KAU GADAIKAN DIRIKU
"Kami mohon Tuan Hang memberikan kami sedikit kelonggaran lagi. Kami pasti bisa melunasi semua hutang-hutang kami," Edward sembari menangkupkan kedua tangannya.
"Iya Tuan. Minimal pandanglah almarhum papa kami, sebagai teman lama tuan Hang," timpal Yasmin.
Hanggono terkekeh sembari menghembuskan asap dari cerutu yang dia hisap beberapa detik yang lalu. Pria itu bahkan menghentakkan tongkat ke lantai sebanyak dua kali, karena rasa geli dihatinya. Pria berusia senja dengan rambut yang sudah memutih itu menatap kearah Edward dan Yasmin secara bergantian.
"Justru karena aku masih memandang Bakrie, makanya aku tidak menjebloskan kalian kedalam penjara. Aku rasa waktu 3 tahun sudah cukup kuberikan kelonggaran untuk hutang kalian yang seharusnya sudah jatuh tempo 1 tahun yang lalu," ucap Hanggono.
"Uang 200 milyar bagi keluarga Hanggono memang tidak ada artinya, tapi yang namanya hutang tetap saja harus dibayar. Dulu Bakrie punya hutang sebesar 100 milyar sudah aku anggap lunas karena dia sudah meninggal. Dan dia berjanji akan menikahkan putri sulung kalian dengan putra keduaku. Tapi kalian ingkar janji dan malah membiarkan dia kabur bersama pacarnya yang seorang pengusaha bangkrut itu," sambung Hanggono.
"Sekarang kalianpun sudah bangkrut. Jadi kalian minta kelonggaran mau bayarnya pakai apa? kalian bernafas saja sudah sempit, sok mau minta kelonggaran," sarkas Hanggono.
"Kami minta maaf soal kejadian Leoni dulu. Sebagai orang tua kami tentu ingin yang terbaik buat putri kami. Anda ingin menjodohkannya dengan putra kedua anda yang hanya seorang anak angkat dan masih kuliah saat itu. Tentu kami lebih memilih Ferdy yang seorang pengusaha sukses. Mohon tuan juga mengerti perasaan kami sebagai orang tua," ucap Yasmin.
"Tapi mereka saling mencintai." Jawab Hanggono.
"Kita hidup nggak kenyang makan cinta. Dia hanya anak angkat, dan sekarangpun dia tidak memimpin perusahaan keluarga Hanggono. malah jadi...."
Edward menyenggol lutut Yasmin, agar istrinya itu tidak memprovokasi pengusaha ternama itu.
"Bodoh. Pantas saja bangkrut, pola pikir kalian sangat sempit. Sesempit kepitan ketiak kalian," ujar Hanggono.
"Sekarang tidak usah berbasa basi lagi. Aku minta kalian tinggalkan rumah ini, dan perusahaan kalian akan aku akuisisi," ucap Hanggono.
"Kami mohon jangan lakukan itu tuan Hang. Kalau anda menyita rumah ini, kami tinggal dimana? kami sudah tidak punya apa-apa lagi selain rumah ini," ujar Edward.
"Aku tidak...."
"Kakek Hang? kakek Hang kapan datang?"
Deva berhambur kepelukkan Hanggono, yang membuat pria berusia senja itu jadi bingung. Deva meletakkan sebuah piala berukuran besar diatas meja, beserta sebuah piagam yang baru dia dapatkan disekolah sebagai penyandang juara umum satu disekolah menengah atas.
"Hey...apa ini? ada apa dengan ekspresi kakek Hang yang kebingungan? kakek Hang melupakan cucumu yang imut ini?" tanya Deva sembari berkacak pinggang.
Hanggono menatap gadis kecil berseragam abu-abu dengan rambut dikuncir satu. Gadis kecil itu memang terlihat manis menurut pandangan Hanggono. Selain itu Deva gadis yang cantik dan berkulit bening.
"Ckk...Deva kek. Ini Deva yang sering main dipangkuan kakek dulu," ucap Deva.
Mata Hanggono langsung berbinar saat mengingat semuanya.
"Oh...hahaha...cucu kesayanganku. Kemarilah sayang," ujar Hanggono dengan merentangkan kedua tangannya.
Deva segera berhambur kepelukkan Hanggono. Sementara Edward dan Yasmin yang otaknya dipenuhi dengan pikiran kotor, langsung saling memberi isyarat lewat alis mereka.
"Mana mungkin kakek lupa. Tapi bukankah cucu yang harus datang menemui kakeknya?" tanya Hanggono.
"Mana Deva berani. Kakek orang hebat, Deva takut diusir meski sudah di depan pintu." Jawab Deva sembari terkekeh.
"Tidak ada yang berani melakukan itu pada cucu kesayangan kakek," ujar Hanggono.
"Kakek lihatlah! hari ini adalah hari kelulusanku. Aku mendapat juara umum satu. Mendapatkan piala dan juga piagam. Tidakkah kakek bangga padaku?" tanya Deva.
"Benarkah? hebat sekali. Kalau begitu mesti diberi hadiah. Katakan! apa yang kamu inginkan sebagai hadiahmu?" tanya Hanggono
"Tawaran yang menarik. Jangan disia-siakan ini. Apa ya?"
Deva terlihat berpikir, dengan satu jari telunjuk dia letakkan didagu.
"Aha...kakek kan orang kaya raya, Deva mau dibelikan motor matic dong kek," ucap Deva.
"Dikabulkan." Jawab Hanggono.
"Yeyyy...." Deva berjingkrak senang.
"Tapi untuk sekarang kamu harus naik keatas dulu, kakek ingin berbicara penting dengan orang tuamu. Besok motor barumu akan datang," ujar Hanggono.
"Benarkah?" tanya Deva antusias.
"Tentu saja." Jawab Hanggono.
"Yes,"
Cup
Deva mencium pipi Hanggono dan memeluk pria tua itu.
"Makasih kek. Kakek emang yang terbaik," ujar Deva.
Deva kemudian pergi ke kamar atas dengan membawa piala dan juga piagam yang dia peroleh dari sekolah.
"Aku tidak akan menyita rumah kalian, tapi dengan satu syarat," ucap Hanggono.
"Apa syaratnya tuan Hang?" tanya Edward.
"Aku ingin Deva menikah dengan Decky Hanggono. Pewaris tunggal HANG GROUP." Jawab Hanggono.
Jika kebanyakkan orang tua akan menolak jika menjual putrinya, tapi tidak dengan Edward dan Yasmin. Mereka tentu saja sangat senang jika Deva menikah dengan Decky Hanggono, ahli waris dari HANG GROUP. Hidup bergelimangan harta sudah diambang mata, tentu saja mereka tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu.
"Apa jika Deva menikahi Decky, semua hutang kami dianggap lunas?" tanya Edward penuh harap.
"Tentu saja. Bahkan aku akan memberikan mahar sebuah rumah mewah, jika kalian berhasil membujuk Deva menikah dengan Decky." Jawab Hanggono.
"Baiklah. Kami akan membujuk Deva, agar mau menikah dengan Decky. Tapi saya harap tuan juga bersabar, Deva baru lulus sekolah. Tentu keinginan sebagai anak belia sangatlah banyak," ujar Edward.
"Baik. Aku beri waktu kalian sampai Deva menerima ijazah. Kalau kalian tidak berhasil, kalian tidak perlu lagi bertanya padaku. Silahkan kalian angkat kaki dari rumah ini," ucap Hanggono.
"Baik tuan Hang." Jawab Edward.
Hanggono kemudian membuat cek senilai 30 juta dan menyodorkannya pada Edward.
"Cairkan cek ini. Ajak Deva pergi ke dealer. Belikan dia motor matic yang dia mau," ucap Hanggono.
"Terima kasih banyak Tuan Hang," ujar Edward sembari meraih selembar cek dari tangan Hanggono.
Hanggono langsung beranjak dari tempat duduknya, dengan dibantu supir pribadi dan tongkat kayu yang dia milikki. Sebuah mobil mewah berwarna hitam sudah terparkir di depan rumah Edward. Hanggono kemudian menaikki mobil itu bersama supir, dan menghilang dibalik pagar setelah mobil itu melaju.
"Bukankah ini suatu keberuntungan pa?" tanya Yasmin.
"Tentu saja. Kalau tahu begitu, kenapa tidak ngutang 1 triliun saja. Sudah pasti akan dianggap lunas juga sama si tua bangka itu." Jawab Edward.
"Sekarang yang kita harus pikirkan tentu saja membujuk Deva agar mau menikah dengan Decky. Tapi bagaimana kalau dia menolak pa?" tanya Yansmin.
"Kenapa kamu malah mengkhawatirkan itu? dia mau atau tidak, Deva harus tetap mau bagaimanapun caranya. Itupun kalau mama nggak mau hidup gembel. Coba mama bayangkan kalau Deva sampai menikah dengan Decky, kita pasti akan kecipratan kaya juga." Jawab Edward.
Yasmin dan Edward larut dalam pemikiran dan hayalan masing-masing. Hayalan tentang jadi pengusaha sukses akibat dukungan sang menantu sudah didepan matanya. Begitu juga dengan Yasmin, yang ingin kembali jadi nyonya sosialita high class sudah dipelupuk mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Fenty Dhani
aku mampir kak🌹🌹🌹
2024-02-09
0
Norma Indah Susanti
Hai, Kak.
Aku mampir
2023-08-24
0
mama oca
salam kenal kaka ..
2023-06-02
0