"Ada apa?" tanya Hanggono diseberang telpon.
"Maaf kalau saya mengganggu waktu istirahat anda tuan Hanggono. Saya hanya ingin menyampaikan kabar gembira untuk anda," ucap Edward.
"Apa itu?" tanya Hanggono.
"Deva setuju menikah dengan Decky. kira-kira kapan mereka akan melangsungkan pernikahannya tuan?" tanya Edward.
"Tunggu sampai Deva mengambil ijazah nanti. Untuk sekarang persiapkan saja segala sesuatunya. Cari wedding organizer terbaaik. Turuti apapun konsep pernikahan yang Deva mau."
"Oh ya. Kalian tidak perlu melakukan pesta penikahan. Nanti semua acara pesta pernikahan akan keluarga Hanggono yang urus" sambung Hanggono.
"Baik tuan Hang. Terima kasih atas keba...."
Kata-Kata Edward terpotong, karena Hanggono sudah mengakhiri percakapan itu secara sepihak.
"Dasar tua bangka sialan. Kalau bukan orang kaya raya, rasanya aku ingin melemparkan tua bangka ini kedalam kandang buaya," gerutu Edward.
"Sudahlah pa. Yang penting kita jadi berbesanan dengan keluarga Hanggono. Mama sudah tidak sabar lagi pengen jadi nyonya sosialita lagi," ujar Yasmin.
"Mama benar. Dengan memilikki menantu seperti Decky, aku bisa membangun usahaku kembali," ucap Edward.
Sementara itu. Hanggono yang mendengar kabar itu tidak jadi beristirahat di paviliun, tempat biasa dirinya menghabiskan waktu bersama almarhum istri tercinta. Hanggono langsung menghubungi Decky, yang menurut pemikirannya sedang berada di kantor saat ini.
Tring
Tring
Tring
"Sayang. Ponsel kamu bunyi terus tuh. Berisik tauk," rengek Olivia sembari membenamkan wajahnya didada telanjang milik Decky.
Decky meraih ponselnya dan menggeser tanda panah hijau, tanpa melihat dulu siapa si penelpon.
"Hallo," suara Decky terdengar berat.
Hanggono orang tua dengan segudang pengalaman itu tahu betul sedang apa cucunya itu saat ini.
"Bagus kamu ya? pergi dari rumah bilangnya ke kantor. Tapi ternyata kamu bukannya ke kantor, malah tidur dengan gadis murahan itu?"
Suara Hanggono yang menggelegar diseberang telpon, membuat Decky jadi bangkit seketika dari tempat tidur.
"Kakek jangan sembarangan nuduh. Decky ada dikantor saat ini. Ini kan jam istirahat kek, masak Decky nggak boleh istirahat?" ucap Decky sembari berkacak pinggang.
Sementara itu Olivia dengan jahil menyentuh kejantanan Decky yang tengah menggelantung manja. Decky melotot karena ulah kekasihnya itu, namun Olivia hanya membalasnya dengan kekehan.
"Pokoknya kakek nggak mau tahu. Kamu pulang sekarang juga! atau kalau tidak semua aset dan perusahaan akan menjadi milik pamanmu semua," ucap Hanggono membuat telinga Decky berdenging karena pria tua itu berbicara dengan lumayan keras.
Hanggono mengakhiri panggilan itu secara sepihak. Decky yang kesal dan geregetan langsung membanting ponselnya diatas tempat tidur.
"Kakek kamu kenapa lagi sih? kayak nggak pernah muda aja," tanya Olivia.
"Nggak tahu. Bisanya ngancem aja terus. Lama-Lama kuberi sianida juga tuh aki-aki. Lagian ngapain maksain kerja tiap hari? sudah tahu harta Hanggono nggak akan habis tujuh turunan, meskipun aku ngabisin uang 1 milyar selama satu hari." Jawab Decky.
"Ya udalah beb. Ngapain kamu ambil pusing. Pulangnya nanti aja ya? kita main satu ronde lagi," ujar Olivia sembari mengedipkan mata.
"Nggak bisa honey. Aku harus pulang sekarang ya? kakek ngencem aku, kalau sampai aku nggak pulang sekarang. Aku nggak mau harta dan perusahaan Hanggono diberikan sama pamanku yang karbitan itu," ucap Decky sembari kembali memasang pakaian satu persatu.
"Terus kamu anggurin aku setelah main dua ronde? kamu cuma ngotorin aku tahu nggak? kita kan biasa main 4 ronde Beb," rengek Olivia.
Cup
Decky mengecup bibir Olivia sekilas, dan mengusap pipi mulus kekasihnya itu.
"Sebagai gantinya aku akan transfer kamu 50 juta buat shoping," ujar Decky.
"Nggak mau. 50 dapat apaan? aku mau tas baru. Tambahin cepek," rengek Olivia.
"Oke sayangku. Nanti aku transfer 150 juta ke rekening kamu ya?"
"Yeyyy...kamu memang yang terbaik deh,"
Cup
Olivia mengecup pipi Decky, dan setelahnya mengantar pria itu kedepan pintu. Decky yang sudah memasukki mobilnya bergegas memacu mobil itu dengan kecepatan diatas rata-rata.
"Sialan. Apa sih maunya kakek? aku kayak masih diperlakukan seperti anak kecil. Aku bahkan tidak bebas mengambil keputusanku sendiri," gerutu Decky sembari sesekali memukul stir mobilnya.
Hanya butuh waktu selama 20 menit bagi Decky untuk dirinya sampai di kediaman utama Hanggono. Saat dirinya memasuki rumah itu, Hanggono ternyata sudah menunggunya diruang tamu dengan didepan meja sudah ada beberapa berkas yang Deckypun tidak tahu isinya apa.
"Duduklah! ada hal penting yang ingin aku bicarakan padamu," ucap Hanggono.
"Ada apa sih kek? Decky ini sudah dewasa kek. Sudah 25 tahun. Kakek kenapa sih ngak memberikan kebebasan penuh seperti yang Decky inginkan?" tanya Decky.
"Kebebasan apa yang kamu maksud? kebebasan berbuat mesum, dan kebiasaan berjudimu itu?" tanya Hanggono.
"Ayolah kek. Kakek juga pernah muda kali kek?" ucap Decky.
"Tentu saja kakek pernah muda. Tapi masa muda kakek nggak pernah digunakan dengan hal-hal kotor seperti itu. Ingat ya! kamu itu belum resmi memegang tampuk kekuasaan di keluarga Hanggono. Kamu baru 3 bulan menjalankan masa penjajakkan, apa yang sudah kamu perbuat untuk perusahaan? apa hasilnya?" tanya Hanggono.
"Sekarang untuk mengendalikan sifat liarmu itu, kakek akan menikahkanmu. Mungkin dengan menikah, rasa tanggung jawabmu itu bisa muncul," sambung Hanggono.
"Jadi kakek sudah merestui hubunganku dengan Olivia?" tanya Decky dengan mata berbinar terang.
Hanggono menerbitkan senyumnya itu, senyum yang Decky kira tanda mengiyakan. Namun sesaat kemudian senyum itu lenyap tanpa bekas, yang digantikan dengan tatapan membunuh.
"Mimpi saja kamu!" sarkas Hanggono.
"Jangan bilang kakek ingin menjodohkan aku dengan gadis lain? aku nggak mau ya kek. Aku cuma mencintai Olivia. Aku nggak mau gadis yang lainnya," ucap Decky berapi-api.
"Apa bagusnya wanita murahan itu? belum menikah saja kamu sudah puas menidurinya. Belum tentu juga kamu yang mengambil keperawanannya," ujar Hanggono.
"Aku tidak perduli soal itu. Aku hanya menginginkan Olivia sebagai istriku," ucap Decky.
"Tidak masalah. Kamu hanya perlu menandatangani ini saja," ujar Hanggono sembari menyodorkan map berwarna merah.
"Apa ini?" tanya Decky.
"Surat persetujuan sebagai ahli waris, untuk menyerahkan semua aset keluarga Hanggono, dan juga perusahaan untuk dilimpahkan pada pamanmu." Jawab Hanggono dengn tegas.
"Ap-Apa? apa aku ini sungguh-sungguh cucu kandung? kenapa kakek pilih kasih sekali? kakek lebih percaya dengan anak angkat kakek penjual ****** itu, daripada aku cucu kandung kakek sendiri?" tanya Decky dengan nafas naik turun.
"Setidaknya meski dia hanya seorang penjual ******, dia sudah membuktikan dirinya. Dan tidak pernah bergantung dengan harta Hanggono. Kakek sih tidak masalah kamu mau atau tidak dengan persyaratan yang kakek ajukan. Toh kakek sudah tua juga. Tapi kakek ingin sebelum mati mengetahui perusahaan jatuh pada orang yang tepat." Jawab Hanggono.
Decky sangat kesal mendengar kata-kata Hanggono. Namun perasaannya cukup lega, saat melihat kedua orang tuanya baru datang. Dia pikir orang tuanya bisa menyelamatkan. dirinya dari perjodohan yang tidak dia inginkan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Fenty Dhani
kenapa Deva harus bersama Decky??kasian...dapat lelaki pecundang
..bisanya ngabisin uang doang😔semoga Deva bisa merubahnya menjadi lebih baik
2024-02-09
0
nur lizha
kasian deva
2022-08-10
0
Elisabeth Ratna Susanti
seru 😍😍😍😍
2022-07-11
0