Sang Penakluk Yang Takluk
...⚠️...
Pelan-pelan sedang tahap revisi tulisan supaya pembaca lebih mengerti tulisannya. Terima Kasih sudah singgah. Jangan lupa singgah ke judul yang lain🤗🤗
...🦋...
"Hugooooooo..."
Sorak para gadis menyebut nama ketua tim basket yang visualnya sangat memikat, membuat satu sekolah tergila-gila padanya.
Dia Hugo Erhard, Lelaki bertubuh tinggi dan tampan yang sering berganti pacar setiap bulan. Dia menyadari kepopulerannya, semua mata para gadis yang memandangnya selalu berbinar. Kecuali satu...
Dia Richi D. Wiley, perempuan tomboi penyuka basket ini tidak pernah berniat untuk mengenal lelaki yang populer itu. Baginya, lelaki itu sangat merepotkan. Bagaimana tidak, Richi pernah berjalan melewati para fans Hugo, lalu mereka yang kegirangan histeris malah menginjak kakinya dan mengejar Hugo hingga tubuh kurusnya tertubruk dan jatuh. Dia sangat tidak menyukai lelaki itu.
"Hugo, Ayo main!!" teriak salah satu teman Richi, Frans.
Hugo berjalan ke arah lapangan basket, sepertinya dia mau bergabung.
Melihat Hugo masuk lapangan, Richi langsung keluar dengan alasan sakit perut. Dia memilih stop daripada harus bermain bersama lelaki itu.
Kejadian ini terus berulang sampai Hugo mulai menyadari, ternyata ada satu perempuan yang tidak menyukainya. Dia selalu keluar dan berhenti bermain jika Hugo bergabung. Dan ini, tentu saja mengganggunya.
Setelah jam istirahat usai, Hugo yang hendak masuk ke kelas terpaksa harus berlari saat mengetahui segerombolan gadis menyerbu ke arahnya. Entah apa yang hendak mereka lakukan, namun saat melihat para gadis yang berdatangan membuat Hugo mau tak mau lari dari tempatnya.
Hugo berlari ke arah kelasnya yang melewati toilet perempuan. Dari sana, Richi baru saja keluar menggandeng tas berisi baju olahraga sehabis ia bermain basket.
Nampaknya hari ini menjadi hari sial bagi Richi, sebab baru saja keluar satu langkah, tubuhnya yang kurus itu tertabrak tubuh besar yang sempat memberi sedikit rem.
Hampir saja mereka berdua terjatuh. Tubuh kurus Richi di tahan oleh Hugo dengan sebelah tangan. Tak berlangsung lama, Richi mendorong Hugo. Ia menatap sebal lelaki itu.
"Sorry." kata Hugo sambil mengangkat kedua tangannya, tanda ia tak menyentuh apapun dari tubuh gadis itu.
"Kak Hugo..." gadis-gadis yang memanggil namanya mendekat. Hugo membalikkan badan. Membelakangi Richi.
"Kak, terimalah hadiah dari kami". Kata gadis-gadis itu.
"Ya, baiklah, akan aku terima. Tapi tolong jangan beri aku hadiah lagi. Karena pacarku mungkin akan marah." Katanya sambil tersenyum menunjukkan gigi taringnya.
"Siapa pacar kakak?" Seru gadis-gadis itu. Seperti tidak terima idola mereka mempunyai kekasih.
"Ini dia, dibelakang." Kata Hugo menunjuk belakangnya tanpa melirik.
"Hah, siapa?" Bisik gadis-gadis itu.
Hugo menoleh ke belakang. "Lho! Mana orangnya?" Hugo tak sadar Richi sudah menghilang sejak ia membelakangi tubuhnya.
Setelah itu, tersebarlah gosip tentang Hugo yang memiliki kekasih. Walau tidak ada yang tahu, siapa gadis itu. Secantik apakah dia? Bagaimana bisa dia menaklukkan hati Hugo? Banyak tanda tanya melayang di udara. Tak satupun mendapat jawaban.
Hari ini, setelah beberapa menit berlalu, sekolah sangat berisik membicarakan Hugo. Mereka benar-benar penasaran dengan pemilik hati Hugo. Yang menjadi bahan gosip mulai kewalahan dengan pertanyaan bertubi-tubi.
"Hugo, ayolah, siapa pacarmu itu?" Axel yang menjadi teman dekatnya sejak sekolah dasar penasaran setengah mati. Pasalnya, Hugo sudah beberapa bulan menolak berpacaran lagi dengan alasan lelah.
'Pacaran itu melelahkan' ucapnya waktu itu. Karena perempuan-perempuan yang ia pacari bersifat posesif. Apa-apa harus berkabar, bertanya makan apa, lagi dimana, sama siapa? Hugo semakin pusing tujuh keliling.
Sebenarnya, gampang sekali bagi Hugo mendapatkan kekasih. Para gadis itulah yang berjajar mengenalkan diri. Jika Hugo suka dengan penampilan dan wajah mereka, Hugo akan mengajaknya berkencan.
Apalagi lelaki ini, sangat royal kepada siapapun. Karena dia adalah calon penerus tunggal Lovvi Group. Perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan dan pariwisata.
Axel mengguncang tubuh Hugo yang malas berbicara. Bukannya malas, sih. Memang dia sendiri tidak tahu siapa pacarnya. Dan sama sekali tidak menyangka mengapa bisa sampai seheboh ini.
Hugo melipat tangannya di dada. Memejamkan mata. Dia menghembuskan perlahan napasnya. Lalu menggelengkan kepala.
Teman-temannya langsung melemas. Tak dapat informasi apapun dari Hugo.
"Bisa-bisanya kau menyembunyikan ini dari kami." Ucap Isaac tak terima.
"Nanti. Aku akan beri tahu nanti. Tapi jangan terkejut."
"Kenapa?"
"Lihat saja nanti". Jawab Hugo singkat.
Sahabatnya mengangguk-angguk. Merasa kagum dengan gadis yang mampu membuka hati yang sudah lama tertutup itu.
Ada juga yang meremehkan. "Paling hanya satu bulan" Terka Isaac.
"Lama. Satu minggu!" Timpal Daren pula.
Yang lain tertawa. Siapa, sih, yang mendapat gelar pacar Hugo terlama? Rata-rata hanya bertahan satu bulan. Itupun sudah yang paling lama.
Hugo seakan tidak peduli ditertawakan oleh sahabat-sahabatnya. Karena yang kini ia pikirkan adalah bagaimana caranya agar gadis itu mau berpacaran dengan dirinya.
Hugo akan memintanya menjadi pacar pura-pura. Melihat gadis itu yang tidak punya ketertarikan pada dirinya, membuat Hugo sedikit senang. Sebab statusnya bersama gadis itu akan mengurangi populasi gadis-gadis yang mengejarnya. Supaya dia bisa sedikit lebih bersantai tanpa harus dikerumuni banyak perempuan di sekolahnya.
...🐥...
Hugo menyapu lapangan basket dengan pandangannya. Mencari-cari sosok yang wajahnya sudah menggantung di pikirannya. Sesekali ia membalas sapaan gadis-gadis yang menyapamya.
Tidak sulit mencari gadis itu. Karena ia selalu berada di lapangan basket saat jam pulang sekolah.
'Harus dapat. Ya, dia harus mau.' batin Hugo.
Disana, ia melihat gadis itu bersiap memasukkan bola ke ring dengan satu tangan. Dan, Blar! Bola masuk ke ring dengan sempurna.
Hugo masuk ke dalam lapangan. Disambut riang oleh yang lain. Seperti biasa, gadis itu langsung berhenti bermain dan menuju tempat duduk di ujung lapangan. Hugo berjalan di belakangnya.
"Sebentar". Hugo tidak tahu nama gadis itu.
Gadis itu menoleh.
"Bisa bicara sebentar?"
Gadis itu duduk dan menenggak air dalam botolnya tanpa napas sampai hampir habis.
Benar-benar bukan perempuan. Batin Hugo.
"Apa?" Gadis itu mendongak melihat ke arah Hugo yang berdiri tidak jauh dari dirinya.
"Bisa minta tolong?" Hugo berjongkok supaya tidak ada oranf lain yang mendengar ucapannya.
"Jadilah pacarku". What the .. 'kenapa jadi nembak?' Maki Hugo dalam hati.
Reaksi gadis itu amat sadis. Dia mengernyitkan alis dan menatap Hugo seperti punya dendam yang belum terbalas.
"Sorry, bukan itu maksudnya. Jadi begini.."
Hugo menceritakan awal mula gosip itu. Dan dia merasa, gadis itulah yang cocok menjadi kekasih pura-puranya.
"Tidak!" Tolaknya langsung. Dia beranjak dari bangkunya meninggalkan Hugo.
"Tolonglah. Anggap saja aku sedang menawarimu sesuatu. Kau mau apa, aku bisa kabulkan". Suaranya memohon dengan sedikit berbisik. Orang-orang banyak yang sesekali menoleh ke arah mereka.
"Kau menganggapku orang susah? Ck, menyebalkan. Laki-laki sepertimu ini sangat mengganggu." Richi langsung pergi meninggalkan Hugo.
"Hei, apa kau bilang!" Teriaknya kesal. "Sial! Sok sekali dia!" Gerutunya.
Tak berhenti sampai disitu, keesokan harinya pun Hugo masih mencari Richi. Dia menemukan Richi sedang berjalan di koridor. Sepertinya gadis itu baru saja dari perpustakaan.
Hugo datang dari depan. Dia tiba-tiba menghadang jalan Richi dan berjongkok melepas tali sepatu gadis itu.
Richi menarik kaki kanannya kebelakang. "Mau apa kau?" Tanyanya dengan wajah marah namun nada suara yang tenang.
"Aku akan mengikat tali sepatumu. Kemarilah." Hugo menaikkan sedikit suaranya. Berharap ada yang mendengar.
Benar saja. Seseorang langsung melihat dan berteriak. "Kak Hugo! Itu pacar kak Hugo?" Teriakan gadis itu membuat beberapa orang yang melintas melihat.
Ya. Seperti ini saja, sudah bisa menunjukkan dia adalah pacarku, kan. Kalau dibujuk, dia takkan mau. Batin Hugo.
Richi menoleh ke arah gadis yang langsung berlari entah kemana. Di bawah kakinya, Hugo sudah selesai mengikat tali sepatunya.
Hugo mengulurkan tangan. "Hai. Siapa namamu? Kedepannya kita akan terus berte...Augh!"
Richi menubrukkan bahunya di lengan Hugo dengan sengaja. Dia berjalan sambil menggerutu, lelaki itu telah berbuat seenaknya.
"Tunggu! Aku.. "
"Berhentilah menggangguku. Kau membuatku dalam masalah!" Pekik Richi sambil terus berjalan meninggalkan Hugo.
Lelaki itu malah tersenyum miring menatapi kepergian Richi. "Masalah apa? Kau berpacaran denganku. Suatu saat nanti, kau akan merasa itu menguntungkanmu." gumamnya.
Hugo sebenarnya bisa saja memilih salah satu gadis yang mengejar-ngejarnya untuk di jadikannya kekasih dikala seperti ini. Tetapi dia tak mau, karena gadis itu akan mengambil keuntungan darinya.
Kalau gadis tomboy ini, pastilah tidak akan mengambil apapun sebab dia pun tidak menyukai Hugo.
Hugo berjalan menuju kelas. Satu masalah telah selesai, pikirnya. Ya, anggapannya sih, begitu. Gosip menjalar begitu cepat. Baru beberapa menit, orang-orang sudah membicarakan gosip baru.
Richi berjalan dengan langkah lebar, wajahnya masih begitu kesal pada ketua basket gila yang meminta aneh-aneh padahal tidak saling mengenal.
Orang-orang mulai melihat ke arahnya. Ternyata benar, sekolah ini seperti berpenghuni hantu jika berkaitan dengan Hugo, Cepat sekali menyebar.
"Richi.." sahut salah seorang gadis termolek di kelasnya saat melihat Richi duduk di mejanya dengan nada yang sengaja dibuat-buat.
"Kau tega sekali ya. Bisa-bisanya kau sudah di garis finish." Greta sudah duduk di atas meja Richi sambil merengek.
"Apa maksudmu." Tukas Richi.
"Gosip itu salah, kan? tapi kenapa kau yang digosipin? Padahal aku mau jadi bahan gosip itu". Lalu Greta menyipitkan matanya curiga, "Kau benar tidak pacaran dengannya, kan?"
Richi menghela napas, dia memaki lelaki itu dalam hati karena kini gosip mereka pacaran benar-benar tersebar.
"Ambil kalau mau. Sekarang, menyingkir sana." Richi menepuk bokong Greta. Yang ditepuk merasa dilecehkan.
"Richi, kau jangan pukul-pukul. Kau kan, laki-laki." Ucapnya sambil berdiri dan tertawa. "Aneh-aneh saja gosip mereka. Memangnya ada yang percaya lelaki cantik ini kencan dengan Hugo? Kalian tidak tahu apa-apa tentang selera Hugo." Serunya pada teman-temannya yang duduk mendengarkannya.
"Memangnya Hugo menyukai gadis seperti apa, Greta?" Tanya gadis di depan pintu bersama gadis-gadis lain yang penasaran bentuk pacar Hugo.
"Hugo itu menyukai gadis feminim, tahu. Dia menyukai gadis yang berambut panjang terurai, berjalan memakai hak tinggi untuk menyeimbangkan dengan tingginya, yang berdandan tipis, dan yang pasti dia perempuan." Ucap Greta sambil cekikikan melirik Richi.
Yang dilirik sedang santai membaca novel dengan kaki diangkat di atas meja.
Bersambung....
Halo, mohon bantuannya untuk like, komen, dan Fav yah😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 288 Episodes
Comments
Muhammad Falihuddin
mampir yg k tiga kalinya pennnn.... gak bosen aq baca karya mu ber ulang ulang
2023-11-26
0
S.Syahadah
melipir sini dulu sebari nunggu ariari up hihi
2023-08-03
1
Qaisaa Nazarudin
Yang ada kamu yg beruntung bukannya dia ck..😌😌
2023-05-07
0