PRIITTT!!
Pertandingan dua sejoli dimulai. Penentuan hanya poin siapa yang paling banyak masuk ke ring dalam waktu 15 menit
Axel yang akan menghitungnya. Dia sudah berdiri mengamati kedua orang itu.
Bola ada di tangan Richi. Dia membelakangi Hugo yang ingin merebut bola dari tangannya.
Richi berbelok, mendribel bola dan menembakkannya ke ring.
Masuk!
Satu poin untuk Richi. Teman-temannya bersorak sorai. Kalau di lihat, sepertinya Hugo sengaja memberi poin kepada gadis itu. Dia seperti tidak benar-benar berusaha mengambil bola dari Richi.
Richi sudah mendapat 6 poin. Hugo menarik napasnya dengan kasar lalu tersenyum. "Ayo kita mulai, aku sudah cukup pemanasannya". Ucapnya di depan Richi sambil menyeringai.
'Kurang ajar. Dia menyepelekanku' Batin Richi.
Bola di tangan Hugo. Dengan gampang dia berbelok dan memasukkan bola ke ring.
Satu poin, satu lagi, masuk! Satu lagi.. Sesekali Hugo menembak dari luar garis dan mendapatkan 3 poin.
Hingga poin mereka selisih sedikit. Hugo mendapat 25 sedangkan Richi 23 poin.
Richi memandang Hugo dengan kesal.
Richi berusaha mengambil bola. Ia menghadang Hugo yang bergerak kiri dan kanan. Hugo dengan tingginya yang menjulang, meletakkan bola di tangannya. dia menaikkan tangannya hingga Richi tidak bisa meraihnya.
Gadis itu terlihat kesal, sebab Hugo seperti tidak serius bertanding. Richi tidak berniat mengambil bolanya sebab percuma, Hugo tinggi sekali di banding dia yang hanya seketiak Hugo.
"Ayo, ambil". Katanya mengejek Richi yang hanya melihatnya dengan kerutan di dahinya.
Saat akan merebut bola, kepala Richi tertabrak dengan bahu Hugo hingga ikat rambutnya lepas. Ia sedikit sempoyong dan rambut Richi terurai sampai hampir menyentuh bokongnya. Panjang sekali.
Richi melihat Hugo yang sedikit teralihkan. Ia langsung merebut bola dari tangannya.
Richi memutar badannya hingga membuat rambutnya terkibas ke wajah Hugo.
Hugo menghirup sedikit sisa harum buah di ujung rambut Richi.
'ah rambutnya. Lembut' batin Hugo.
"Yeeee." Sorak beberapa anak-anak yang menonton sebagai pendukung Richi.
Richi berhasil menembak bola dari luar area setengah lingkaran dan mendapat 3 poin.
"Hah! Untung masuk!" Ucap Richi yang napasnya yang naik turun.
Hugo masih bingung. "Apa! Kenapa dia bisa cetak 3 poin".
"Hei, masih ada 2 menit lagi. Jangan bengong." Teriak Axel yang sedikit tidak terima kalau Hugo kalah dari seorang perempuan.
'Apa! Ah sial' batin Richi yang tak mau kalah. Dia menangpun karena Hugo lengah tadi, kan.
Mau tak mau mereka melanjutkan lagi. Richi sepertinya pasrah.
Cepat sekali Hugo merebut dan langsung melakukan tembakan dari dalam area setengah lingkaran dan mendapatkan 2 poin tambahan.
"Yeeeaaaa" sorak teman-teman Hugo tertawa bahagia. Rasanya tidak terima kalau kapten basket di kalahkan pemain lain, cewek pula.
Richi mengatur napasnya yang tersengal-sengal. 'Ah sial sekali'. Batinnya.
Dia menggulung rambutnya yang terurai sejak tadi dan memasukkannya ke dalam selah rambut lainnya.
Dia berselonjor di lapangan bertumpu pada kedua tangannya ke belakang. Ia mengadahkan wajah ke atas supaya napasnya lebih tenang dan tidak memperdulikan kebahagiaan orang-orang itu.
Rasa lelah menjulur ke seluruh tubuhnya. Tak seperti biasa, kali ini badannya terasa sangat letih. Mungkin ia bermain karena tekanan, ya.
Hugo datang menghampirinya. Berdiri di hadapan gadis itu.
"Terima kekalahanmu. Mulai detik ini, akuilah bahwa aku ini pacarmu". Katanya tersenyum penuh kemenangan sambil menepuk-nepuk dadanya.
Richi membuang muka. Sangat tidak sudi mengakui kekalahannya yang hanya beda satu poin itu.
Richi bangkit dan melewati Hugo begitu saja. Mengambil barang-barangnya dan berlalu meninggalkan mereka disana.
Hugo memandangnya penuh kemenangan. Merasa beruntung dengan sisa dua menit itu.
🍄
Di rumah Daren, mereka berkumpul dan bermain play station. Seperti biasa, mereka bermain sampai bosan dan membahas hal-hal yang seru.
Tidak lupa makanan ringan dan aneka minuman sudah tersedia di atas meja. Beberapa bungkus jajanan sudah tergeletak pasrah dimana-mana.
"Hugo, berterima kasihlah padaku. Aku yang menyelamatkanmu." Kata Axel sambil menyeruput Ice Latte di tangannya.
Hugo yang asyik bermain melawan Daren tak lepas pandangan dari layar besar di depannya. "Kenapa begitu?"
"Sebenarnya, saat kau bertanding tadi, waktunya sudah habis. Tapi aku tambahi dua menit supaya kau berusaha menang darinya."
Brak!
Stick PS ia letakkan begitu keras.
"Apa kau bilang?!"
"Aku melihatmu tadi, seperti meminta sesuatu dari gadis itu tapi dia menolakmu. Setelah kau mengatakan dengan keras kalau dia mengajakmu kencan, dan dia langsung mau bertanding, aku menebak kau pasti mengancamnya. Benar, kan?" Terang Axel yang wajahnya bersinar merasa menjadi pahlawan.
Hugo terdiam. Dia tidak tahu merasa senang atau marah. Sebab dia memang menginginkan kemenangan, tetapi sedikit kesal karena dia menang dengan curang.
"Memangnya apa yang kau bilang?" Tanya Daren menoleh ke orang yang disebelahnya.
"Aku suruh dia jadi pacarku kalau kalah."
"Wah. Licik sekali orang ini hahaa" Tawa Isak.
"Kau benar-benar ya, hahaa" Ledek Axel. "Apa kau merasa senang karena dia kalah?"
"Entahlah." Sejujurnya Hugo tidak menyukai kecurangan. Tetapi saat ini, ada sedikit kelegaan pada kecurangan yang dilakukan Axel.
"Dia benar-benar hampir seimbang denganmu, ya. Kalau bukan karena kau lebih tinggi saja." Ucap Daren.
"Aku juga kesulitan karena dia itu lincah. Sepertinya dia juga olahraga rutin." Kata Hugo mengingat-ingat postur tubuh Richi yang terlihat segar.
"Tapi serius, dia terlihat sangat cantik waktu rambutnya terurai begitu." Puji Axel dengan wajah berbinar-binar.
Yang lain diam sejenak, mengingat kejadian itu.
Kepala Richi menabrak bahu Hugo yang membuat karet rambut miliknya lepas.
Hugo sejenak mengingat. Selama dia melihat Richi, gadis itu selalu menggulung rambutnya.
"Benar. Mungkin kalau dia berdandan layaknya perempuan, dia pasti di kejar-kejar cowok." Timpal Isac yang sempat kagum juga.
"Lihat badannya. Tinggi semampai hampir menyeimbangi Axel. Rambutnya juga bagus. Zaman sekarang para gadis selalu membentuk atau mewarnai rambut mereka. Tapi dia, dibiarkan begitu saja sudah membuat Hugo terpesona ." Daren menambahi sekaligus melihat reaksi Hugo.
"Apa!" Hugo terkejut namanya di seret.
"Kenapa aku?"
"Jujurlah, aku melihatmu lengah karena terkejut dengan belaian rambut Richi di wajahmu." Tutur Daren terkekeh.
"Oh, jadi itu sebab Richi dapat triple poin." Seru Isak yang melempar kacang ke arah Hugo.
"Jangan mengarang!" Hugo mengelak.
"Kau, kan, suka dengan perempuan berambut panjang seperti itu." Goda Daren lagi supaya Hugo salah tingkah.
"Tapi memang, Waktu dia menggulung rambutnya, sejujurnya itu sangat cantik. Ya, kan? Lehernya jenjang begitu dan...."
"Sudah-sudah! Malah mengomentari fisik orang." Hugo memotong kalimat Axel dan berbalik menghadap layar dan memulai lagi permainannya dengan Daren.
Hugo sudah tidak fokus. Dia memikirkan kalimat-kalimat yang teman-temannya ucapkan tadi. Dia teringat saat rambut panjang Richi yang mengenai wajahnya dan sedikit menghirup wangi buah di ujung rambutnya.
"Hahahh kau kalah!" Pekik Daren girang. Baru kali ini dia bisa menang dengan mudah melawah Hugo.
'Sial aku gak fokus!' Batinnya.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 288 Episodes
Comments
Siti Nina
bagus ceritanya,,, ,
2024-01-20
0
FR
mulai kepikiran kan
2023-12-04
0
Qaisaa Nazarudin
Licik,,Berarti td Richi tadi yg menang ya..gak gentle banget,, pecundang,gak berarti kemenangannya Hugo..
2023-05-07
0