The Greatest God
Dua prajurit penjaga tahanan langit membuka pintu megah berwarna putih dengan ukiran pada masing-masing permukaan pintu.
Ruangan ini merupakan penjara bagi para pejabat langit. Tak seperti penjara pada umumnya yang memiliki jeruji besi. Ruangan ini justru hanya menampakkan ruangan putih luas.
Ruangan putih luas ini merupakan hukum paling tinggi di langit, penjara yang dikhususkan bagi para dewa yang melakukan kesalahan paling fatal.
Di dalam sana sudah terdapat seorang dewa yang tengah berbaring, menjadikannya pusat dari warna putih di dalam ruangan.
Kedua prajurit mendekati
ke arah dewa yang masih terbaring. Tepat setelah keduanya mendekat, kelopak mata dewa itupun mulai bergerak pelan hingga mata hijau zamrud menatap dua penjaga di depannya.
Dewa itu segera bangkit berdiri di depan kedua penjaga. Seakan tubuhnya sudah paham dengan maksud kedatangan mereka.
"Silahkan ikut kami."
Dewa itu patuh berjalan keluar mengikuti kedua prajurit. Matanya tak henti meneliti sekeliling.
Sudah 700 tahun lamanya dan tidak ada yang berubah sedikitpun dari tempat ini.
Semuanya masih sama. Dinding dan pintu masih berwarna putih dengan ukiran bunga disetiap permukaannya.
Di tengah bangunan masih terdapat air mancur yang juga berwarna putih dan taman bunga warna-warni yang membuat mereka sangat mencolok dan menjadi pusat keindahan.
Pria itu menatap beberapa pejabat langit yang tengah bersantai di taman sambil bersenda gurau.
Dia memberikan senyum terbaik pada mereka. Mencoba untuk beramah tamah, tapi mereka hanya saling berbisik tanpa membalasnya.
Melihat bagaimana reaksi mereka, dewa itu hanya tersenyum pahit. Benar, tidak hanya bangunan. Bahkan setelah 700 tahun lamanya para dewa langit masih tak menyukainya.
Sejak dulu sampai sekarang tak ada yang berubah. Tidak pernah ada pejabat langit yang bisa menerima keberadaannya.
Dewa itu menghela nafas berat kemudian tersenyum lembut. Mau bagaimana lagi? Dia terlahir dengan pandangan seperti itu. Apa yang bisa dia lakukan?
Bahkan sebelum mencari tahu apa kesalahannya, dia harus tertidur 700 tahun lamanya. Dia berharap setelah ini hidupnya bisa berjalan lebih baik.
Pria itu dibimbing ke arah ruangan dengan pintu putih besar lain. Terlihat dua penjaga berdiri di antara pintu. Pintu besar terbuka dengan sendirinya.
Dewa itu menatap sekeliling ruangan yang berada di balik pintu. Siapa yang mengira bahwa hari kebangkitannya akan menjadi rapat besar.
Dewa itu menghela nafas untuk sekian kalinya. Apa yang dia harapkan? Tentu saja di dalamnya juga masih sama. Para petinggi itu masih saja orang yang sama.
Dia tersenyum saat memasuki ruangan terbesar dalam istana langit ini.
Ruangan yang menjadi singgasana dewa agung sekaligus tempat rapat dan berkumpulnya para pejabat langit.
Di sebelah kiri berdiri para dewa penjaga dari ketujuh langit dan sebelah kanan berdiri para pejabat dan ketua prajurit yang jadi kepercayaan dewa agung.
Sedangkan dikursi utama merupakan singgasana dari dewa agung Dewa tertinggi dari langit, bumi bahkan iblis pun patuh padanya.
Dewa pencipta serta hakim dari segala hakim dari tiga alam.
Para dewa penjaga ke tujuh langit menatap remeh Shin saat memasuki ruangan.
Energi mananya jelas terkikis habis setelah dihukum tidur selama 700 tahun lamanya. Bisa dipastikan semua posisi mereka akan aman.
Dengan kekuatan seperti sekarang, mereka berpikir Shin takkan bisa menjadi dewa langit lagi.
Bahkan manusia saja telah mampu mengasah energi mana mereka dan telah mampu menandingi Shin yang sekarang.
Sebenarnya Shin hanya mendapat hukuman 100 tahun dari dewa agung. Dikarenakan tujuh langit merasa itu terlalu ringan dan perbuatan Shin meresahkan ke tujuh langit. Mereka bertujuh sepakat menjatuhkan hukuman 700 tahun.
"Hamba memberi hormat pada dewa agung."
Pria bernama Shin tersenyum ramah. Menurunkan tubuh dan kepalanya sedikit memberi hormat pada dewa agung.
Tak lupa Shin juga memberi hormat pada para dewa dan pejabat langit yang lain. Walaupun tentu saja tak ada yang membalas ramah tamahnya.
Tatapan penuh mencemooh selalu ditunjukkan padanya. Shin hanya bisa tersenyum mendengar desas-desus mereka menggunjing tepat didepan matanya.
"Selamat datang kembali, anakku, " ucap dewa agung membuat Shin tersenyum penuh hormat.
"Tujuh ratus tahun lamanya, kamu telah menebus kesalahanmu di masa sebelumnya. Kembalilah menjadi dewa yang mulia, langit akan menjaga dan merestuimu kebangkitanmu. "
"Maaf yang mulia, jika hamba tidak sopan," ucap seorang pemimpin salah satu langit.
"Katakanlah wahai anakku. "
"Tidakah yang mulia berpikir bahwa hukuman yang diterima Shin selama ini tak sebanding dengan apa yang telah dia perbuat?"
"Benar yang mulia, hamba juga berpendapat sama. Membebaskan Aresh merupakan dosa yang sangat besar mengingat apa yang telah iblis itu lakukan pada ketiga alam," tambah beberapa dari yang lain.
"Dosa ini sangat fatal, bahkan langit pun enggan untuk dapat mengampuni kesalahannya."
"Tidakah dunia bawah menjadi penerima para pendosa dari langit dan bumi?"
"Tapi dengan tidak adanya raja iblis membuat tiga alam menjadi tak seimbang. "
"Benar yang mulia. Belum lagi setelah 700 tahun tertidur kekuatan Dewa Shin tak sebanding dengan apa yang ada di langit. Apakah pantas untuk langit dapat menerimanya kembali?"
Ucap mereka semua saling menyahut yang pada intinya tidak ingin Shin kembali diangkat menjadi dewa.
"Lalu apa yang menurut kalian sepadan agar Shin dapat menebusnya?" tanya dewa agung.
"Mohon maaf yang mulia, kami sepakat mengusulkan Shin diturunkan ke alam fana untuk menangkap para iblis termasuk Aresh. Mengembalikan mereka ke dunia bawah agar ketiga alam dapat kembali seimbang seperti sedia kala."
"Benar yang mulia. Iblis itu begitu kejam dan sombong, tak seharusnya bebas diluaran sana. Demi keseimbangan ketiga alam, hamba juga setuju jika mereka ditangkap kembali."
Dewa agung menatap Shin yang masih tersenyum kepadanya. Tak ada sanggahan sedikitpun dari Shin. Wajah Shin tak menunjukkan adanya keberatan dari usulan para dewa. Dia hanya tersenyum tenang sama seperti yang diharapkan.
"Bagaimana menurutmu, Nak?" tanya dewa agung meminta pendapat dari Shin.
"Jika menurut para dewa keputusan itu yang terbaik dan hamba dapat berguna, maka hamba tidak keberatan yang mulai."
Dewa agung berpikir sejenak. Dia tak merasa ini mustahil bagi Shin. Shin lebih dari sekedar mampu untuk membawa kembali kedelapan iblis tingkat atas yang tengah bebas. Dialah yang telah menciptakan Shin, maka takkan ada yang meragukan ciptaannya selain dirinya sendiri.
"Kemarilah anakku."
Shin bangkit dan mendekat ke arah dewa agung. Dewa agung memberikan sebuah kendi putih berbahan keramik pada Shin.
"Bawalah, ini akan berguna dalam perjalananmu."
"Terimakasih yang mulia."
"Dengan ini aku memutuskan mengutusmu ke alam fana untuk menangkap iblis tingkat tinggi. Kembalilah kepada langit saat tugasmu selesai dan kamu akan diterima dengan hormat tanpa pengecualian apapun."
"Terimakasih yang mulia. Hamba menerima dengan senang hati dan berjanji untuk melaksanakan tugas dengan seluruh kemampuan hamba."
"Pergilah anakku. Para penjaga akan mengantarmu."
"Baik yang mulia, hamba undur diri."
Dewa penjaga langit berserta seluruh pejabatnya tersenyum puas melihat kepergian Shin dari langit. Mereka yakin Shin takkan bisa kembali lagi ke langit.
Lagi pula siapa yang bisa membujuk para iblis itu kembali. Apalagi iblis yang bernama Aresh. Bahkan ketujuh dari para dewa sudah ditantangnya berduel satu lawan satu dan tak ada yang berhasil mengalahkannya. Bermimpi untuk seimbang saja mereka tak mampu.
Kedua prajurit datang mendekat ke arah Shin, mengawalnya keluar dari ruangan utama. Shin bernafas lega saat dapat keluar dari ruangan yang membuatnya sesak.
Dia tersenyum senang saat melangkah pergi. Shin tak merasa keberatan sedikitpun dengan keputusan dewa agung. Jika dirinya tak diterima di langit maka Shin akan membuktikan keberadaannya layak untuk diakui.
###
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
tristen
sepertinya menarik
2022-06-05
1