Dewa dan Iblis

"Aku tahu kau salah satu iblis," aku Zayin.

"Aku juga tahu kau iblis. Tingkat tujuh, kan?"

Zayin kesal dengan tatapan remeh yang Khun tunjukkan padanya. Saat pertama kali Zayin melihat Khun dan Shin masuk hutan jelas dia sadar bahwa Khun bukanlah manusia biasa. Energi mananya terlalu kuat untuk dimiliki seorang manusia.

Hampir semua iblis Zayin mengenal wajah dan namanya, kecuali 3 iblis tingkat atas. Dia belum pernah bertemu dengan ketiganya.

Selain karena mereka terlalu kuat, mereka bertiga tidak pernah berbaur dengan iblis lain di dunia bawah. Jadi Zayin sangat yakin bahwa Khun merupakan salah satu dari mereka bertiga.

Energi besar yang dikeluarkan Khun untuk melawan mayat hidup tadi masih terasa sangat menekan padanya. Jelas dia bukanlah tandingan Khun jika mereka mencoba untuk bertarung.

Tapi sumpah demi dewa agung yang berkuasa di langit bahwa dia tidak akan meninggalkan Shin bersama iblis ini sendirian.

"Aku tidak akan membiarkanmu berbuat hal buruk pada Shin. Aku tak perduli walaupun kau iblis tingkat satu sekalipun aku akan tetap maju melawanmu."

Reputasi Shin memang cukup baik di alam bawah. Saat kabar Shin dihukum tertidur karena menolong seorang iblis membuat alam bawah gempar.

Sebagian besar dari mereka sangat mengagumi Shin bahkan sebelum mereka bertemu dengannya secara langsung, termasuk Zayin.

Khun menaikan sebelah alisnya. Menatap Zayin sejenak sebelum berjalan melewati Zayin begitu saja.

"Apa kau meremehkanku? aku benar-benar bisa melawanmu."

"Jangan bermimpi. Kau takkan sanggup melawanku, bahkan walaupun aku hanya menggunakan satu jari," ucap Khun sombong.

"Lagipula aku tak perduli apa yang ingin kau lakukan. Lakukan saja sesukamu," tambahnya lagi.

Khun beranjak pergi menghilang ke balik semak meninggalkan Zayin yang masih kesal diremehkan begitu rendahnya.

Biarpun benar bahwa Khun iblis tingkat satu sekalipun, apa bagusnya menjadi sombong?

...oOo...

Shin membuka matanya saat silau sinar matahari dan kicauan merdu burung bernyanyi terdengar di telinganya.

Matahari sudah cukup tinggi dan semalam dia tertidur cukap lelap. Shin melihat tali milik Zayin dan Khun sudah terlepas, jelas mereka sudah terbangun lebih dulu.

Shin melihat Zayin yang masih bersender melamun di salah satu dahan. Entah apa yang sedang dia pikirkan sampai Shin mendekat pun Zayin tak sadar.

"Apa semalam tidurmu nyenyak?"

Zayin terlonjak kaget dan hampir kehilangan keseimbangannya. Terkejut dengan kehadiran Shin yang sudah berada di sebelahnya.

Beruntung Shin segera membantunya agar tidak terjatuh.

Zayin menatap Shin sendu penuh sesal. Bagaimana bisa seorang dewa memiliki energi selemah ini?

Tidakah para dewa sangat jahat memperlakukan dewa sebaik Shin dengan sangat tidak layak.

Shin masih menatap Zayin hangat menunggu jawaban dari pertanyaannya.

"Ya, kurasa begitu."

"Bagus. Apa kamu melihat kemana Khun pergi?"

"Dia ada di sungai. Mungkin mencari ikan," jawabnya ramah.

"Terimakasih. Kalau begitu aku akan menyusulnya."

Zayin sebenarnya malas berada didekat Khun, tapi dilain sisi dia merasa cemas jika Shin harus berdua saja dengan Khun. Pada akhirnya dia memutuskan untuk ikut dengan Shin ke sungai.

...oOo...

"Ini... apa kamu tidak menangkap ikan terlalu banyak?"

Khun menghentikan kegiatannya. Tersenyum kapada Shin yang tampak terkejut melihat setumpuk ikan di pinggir sungai.

"Aku berencana membuat perutmu buncit. Kau terlalu kurus." Khun menghentikan acara memancingnya dan keluar dari sungai.

"Ini sudah sangat bisa membuat perutku jatuh ke tanah."

"Bagus. Aku benar-benar ingin melihatnya."

Khun menghampiri mereka.

"Oh benar. Aku lupa mengembalikan ini semalam."

Shin menyerahkan sebilah pedang milik Khun yang dipinjamkannya semalam.

"Simpan saja, itu milikmu sekarang. Kau pasti akan membutuhkannya lagi nanti."

"Kamu yakin aku bisa memilikinya?"

Khun mengangguk yakin. Sedangkan Zayin masih menatap interaksi keduanya dari jauh.

"Hey bocah kemari. Buat dirimu berguna dan buat api unggun untuk membakar semua ikan ini. Jangan berharap kau bisa mendapat sarapan gratis."

"Aku tidak butuh ikanmu. Aku bisa mencarinya sendiri."

Shin tersenyum.

"Kemarilah, aku akan membantumu membuat api. Kita makan ikan bersama."

Dengan terpaksa Zayin duduk di sebelah Shin membantunya membuat api. Shin kembali memasukkan pedang pada kantong lengannya hingga sebuah kendi kecil jatuh menggelinding. Khun mengambil kendi itu yang berhenti tepat di sebelah kakinya.

"Kendi yang bagus, " puji Khun dan memberikan benda itu kembali pada pemiliknya.

"Terimakasih," balas Shin saat menerima kendi miliknya.

"Itu akan sangat berguna untuk menangkap iblis."

"Benarkah? Sampai sekarang aku tak tahu apa kegunaan dan cara memakai kendi ini."

"Mudah saja. Saat kau berhadapan dengan iblis, buat mereka lengah dan buka penutup kendinya, maka iblis itu akan terperangkap di dalamnya."

"Kendi sekecil ini? Apa mereka akan baik-baik saja?"

Khun tersenyum mendengar pertanyaan khawatir dari Shin. "Mereka akan baik-baik saja. Di dalamnya tak sekecil yang kau bayangkan."

Zayin menatap penuh selidik pada Khun. Sebenarnya apa yang Khun rencanakan. Apa iblis itu hanya akan menyerahkan diri pada Shin? Kenapa dia menjelaskan cara untuk menangkap dirinya sendiri? Apa jangan-jangan Khun ingin menghancurkan kendi itu?

"Woahh, kendi yang bagus. Dari mana kakak mendapatkannya?" Zayin bertanya antusias.

"Dari orangtuaku."

Khun tersenyum kecut saat mendengar jawaban dari Shin. Dia menyerahkan beberapa tusuk ikan yang siap untuk dibakar pada Shin. Shin menaruhnya di dekat api dan mereka duduk melingkar menghadap api unggun.

"Khun, kamu tahu begitu banyak soal iblis. Apa aku boleh bertanya satu hal?"

"Tanyakan saja. Tanyakan apapun yang ingin kamu ketahui."

"Apa iblis bisa tinggal di langit?"

Zayin menatap Shin bingung. Jika iblis tinggal di langit tentu saja tidak akan ada dunia bawah, kan? Bahkan untuk mendekatinya saja mereka tidak diijinkan. Bagaimana bisa iblis bermimpi untuk tinggal di langit?

"Mungkin."

Zayin menatap Khun tak percaya. Omong kosong apa yang Khun bicarakan. Bahkan jika mereka berlutut 1000 tahun sekalipun tak akan mampu membuat dewa agung mengiba pada iblis.

"Kau tahu? Iblis itu dulunya tinggal di langit. Sebelumnya mereka adalah seorang dewa."

"Selama ini dewa agung hanya pernah menciptakan satu iblis," tambah Khun lagi.

Benarkah? Zayin baru tahu tentang hal ini, "Siapa? Apa itu raja iblis?" tanyanya ikut penasaran.

"Bukan."

"Dia Aresh. Aresh adalah iblis pertama dan terakhir yang pernah dewa agung ciptakan," jawab Shin.

"Benar. Bahkan raja iblis pun juga awalnya adalah seorang dewa," jelas Khun.

Zayin menutup mulutnya tak percaya. Pantas Aresh begitu kejam dan sombong. Siapa yang tahu kalau dia merupakan iblis yang sebenarnya?

"Menurutmu, kenapa dewa agung menciptakan Aresh?" tanya Zayin penasaran.

"Jangan bertanya padaku. Tanyakan pada pak tua itu," balas Khun mengambil salah satu ikan yang telah matang dan memberikannya pada Shin.

Zayin manganga tak percaya. Bahkan iblis ini berani mengatai dewa agung sebagai pak tua. Jelas sebuah dosa besar dan tak terampuni. Pantas saja dia menjadi iblis. Bahkan dia tak memiliki tata krama pada penciptanya sendiri.

"Yang ini sudah matang," jelas Khun saat memberikan ikan lain pada Shin.

Shin menerima ikan dari Khun, "terimakasih."

Ikan bakar ini sungguh lezat. Shin menyantap ikannya dengan nikmat sembari menikmati kicauan burung pagi dan perdebatan kedua temannya yang belum berhenti memperebutkan ikan.

Shin merasa sangat nyaman di sini. Haruskah dia kembali ke langit? Kembali pada tempat yang tak menginginkan keberadaannya.

Shin menghembuskan nafasnya panjang. "Aku tak ingin kembali," lirihnya.

"Apa?"

"Apa?"

Tanya Khun dan Zayin secara bersamaan.

Shin hanya tersenyum dan menyuruh keduanya lanjut memakan ikan.

#

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!