"Tolonggggg... tolonggg..."
Shin memandang Khun yang sudah memposisikan diri akan tidur.
"Apa kamu mendengarnya?" tanya Shin.
"Tentu saja. Dia berteriak seperti lolongan anjing."
Dengan wajah kesal Khun turun dari pohon, diikuti oleh Shin. Mereka mencari arah suara teriakan itu.
Shin memimpin jalan karena Khun terlihat sangat malas melakukannya.
Khun masih terlihat kesal. Mungkin karena tidurnya harus terganggu.
Saat Shin akan melewati semak, Khun merentangkan tangannya di depan Shin. Membuatnya berhenti dan mengamati sekitar
"Menunduk dan intip apa yang ada di depan. "
Shin menurut. Dia mengintip dari balik semak seperti yang Khun perintahkan.
Shin berpikir sejenak, bagaimana bisa dia begitu menjadi penurut dan mendengarkan semua perkataan Khun.
Tapi memang tak bisa dipungkiri Khun memiliki kharisma seorang pemimpin. Dia seperti ditakdirkan sangat berani, cerdas dan sigap.
"Kau melihatnya?"
Pertanyaan Khun berhasil membuat Shin tersadar dari lamunannya. Benar dia harus menyelamatkan seseorang dulu.
Shin mencoba fokus pada hal di balik semak. Dia melihat seseorang tengah terperangkap jaring di atas pohon dan beberapa mayat hidup menunggu di bawahnya.
Ini pertama kalinya Shin melihat wujud mayat hidup dan yang saat ini dilihatnya bukanlah jumlah yang sedikit. Mereka tak terlihat agresif. Tapi Shin tak begitu yakin.
Shin berpikir bagaimana cara menolong orang itu. Sedangkan dia belum mengetahui informasi untuk melawan para mayat hidup. Apa mereka memiliki kelemahan agar dapat ditumbangkan dengan mudah?
"Tebas lehernya."
Shin menatap Khun yang juga berjongkok disebelahnya.
"Tebas lehernya dengan pedang agar mereka tumbang dan tak bangkit lagi," jelas Khun.
"Tapi darimana aku mendapatkan pedang?"
Khun mengeluarkan sebilah pedang dari kantong lengan bajunya. Khun menyerahkan sebilah pedang berwarna putih dengan ukiran naga pada sarungnya pada Shin.
"Kau sudah punya sekarang. Tunggu aba-aba dariku dan kita akan menyerang mayat hidup itu bersama-sama."
Shin mengangguk setuju. Dia menarik pedang dari sarungnya. Bunyinya cukup nyaring hingga membuat para mayat hidup itu berlari ke arah mereka.
"Sekarang!"
Mereka berdua melompat keluar dari semak dan bergerak menyerang sebelum terkepung oleh mayat hidup yang berlari ke arah mereka.
Shin berusaha mengimbangi pergerakan Khun. Siapa sangka dia masih memiliki kekuatan untuk menguasai sebuah pedang jiwa. Shin merasa sedikit senang tentang hal itu.
Setelah semua mayat hidup ini tumbang. Khun melemparkan pedangnya ke arah jaring yang berada di atas pohon.
"Aaaaaakh.. aduuuh.. duh.. tidak bisakah kamu menolongku dengan cara yang lebih lembut?" kesal seorang pemuda yang berteriak meminta tolong tadi.
"Tutup mulutmu jika tak mau mengundang mayat hidup lain kemari," balas Khun ketus.
Pemuda itu mendengus kesal lalu berlari kecil ke arah Shin sambil tersenyum, "terimakasih telah menolongku."
Shin menatapnya bingung. Jika dilihat dan diingat-ingat lagi sebenarnya Khun lah yang menolong pemuda ini. Khun melakukan lebih dari apa yang Shin lakukan.
Pemuda itu berlari kecil mengambil pedang miliknya yang terjatuh dibawah pohon saat terperangkap jaring.
Dia kembali ke arah Shin. Bergelanyut dilengan Shin sambil tersenyum riang.
"Namaku Zayin."
Shin menatap Khun, melihat bagaimana reaksi Khun tentang pemuda ini. Namun tampaknya Khun tampak acuh dan tak perduli.
"Kamu bisa memanggilku Shen, dan kamu bisa memanggilnya Khun," balas Shin memperkenalkan diri.
Senyum Zayin sekilas menghilang, melirik Khun sebentar kemudian kembali tersenyum ke arah Shin.
"Baik, aku akan memenggil kakak dengan panggilan Kak Shen."
Terdengar sedikit aneh ditelinga Shin saat dia harus dipanggil kakak oleh seseorang yang sudah dewasa.
Mungkin karena dia belum terbiasa dengan panggilan itu. Shin kembali melirik Khun yang sedari tadi hanya diam dan tampak tak suka dengan keberadaan Zayin. Shin menebak mungkin Khun tak terlalu suka dengan anak manja.
"Boleh, kan?" tanya Zayin memastikan karena Shin tak menjawab pertanyaannya.
"Hmmm.. ya silahkan, aku tak keberatan."
Zayin bersorak gembira mendengarnya. Khun berjalan menjauh dari tempat mereka berada, diikuti oleh Shin.
Shin sedikit bingung saat Zayin terus berjalan mengikutinya. Shin melirik Khun yang sepertinya tak keberatan dengan hal ini. Jadi dia juga tak mempermasalahkannya.
"Kak Shen juga seorang pendekar? sedang berburu mayat hidup?" tanya Zayin antusias.
"Kami sudah akan tidur jika tidak mendengar teriakan babi bodoh yang terperangkap jaring, " setelah cukup lama bungkam akhirnya Khun membuka suara.
Zayin menyilangkan tangannya kesal. Tentu dia tahu siapa yang dimaksud babi oleh Khun.
"Kakak, dia mencemoohku, " adu Zayin kepada Shin.
"Kakak dia mencemoohku wle wle... " ulang Khun dengan nada mengejek membuat Zayin semakin mengerat ke arah Shin minta pembelaan.
Shin hanya bisa tersenyum melihat tingkah kedua laki-laki didepannya yang seperti anak kecil.
"Kenapa kau tidak pergi? kenapa mengikuti kami?" tanya Khun kesal.
"Aku tidak mengikutimu. Aku mengikuti Kakak Shen. Aku akan menjaga Kak Shen dari iblis jahat. Kenapa? Kau tidak suka?"
"Menjaga diri sendiri saja tidak becus. Bisa-bisanya mau menjaga orang lain. Dasar bocah."
"Mau duel? Biar aku tunjukkan jurusku."
"Jangan bermimpi. Terlalu cepat 100 tahun untukmu agar bisa mengalahkanku. "
"Kamu juga seorang pendekar?" tanya Shin pada Zayin.
Zayin mengangguk semangat, "iya, dan aku akan ikut kakak mengembara, apa boleh?"
"Aku janji tidak akan menyusahkan. Aku cukup mahir malawan mayat hidup." tambah Zayin.
"Tidak masalah jika kamu memang ingin ikut."
Khun menatap Shin tak percaya. Dia membiarkan bocah berisik ini untuk ikut. Bisa pecah kepalanya mendengar ocehan si bocah tiap hari.
"Kau yakin tidak hanya menjadi benalu?" tanya Khun mencemooh Zayin lagi.
"Kau masih meremehkanku? Mari bertarung kalau begitu!"
"Sudah berhenti berdebat dan segera beristirahat."
Shin segera melerai mereka sebelum mereka benar-benar bertarung.
Zayin menurut. Dia menatap pohon besar di depannya. Di atas sana sudah ada dua tali terikat di masing-masing dahan.
Mereka akan tidur di atas tali? Dia tak percaya Khun membiarkan Shin tidur seperti itu.
"Khun, bisa kamu pinjamkan tali untuk Zayin juga?"
Khun melemparkan tali pada Zayin. Zayin mengurungkan protesnya pada Khun karena Shin lebih dulu menghentikannya untuk berdebat.
Dengan berat hati dia mengikat tali di sebelah dahan tempat Shin berada.
"Apa kakak sudah lama menjadi pendekar?" tanya Zayin sambil berbaring di atas tali.
Dia merasa tidak nyaman tapi melihat Shin berbaring tanpa mengeluh membuatnya tak ingin mengeluh juga.
"Tidak. Sebenarnya aku bukan pendekar. Aku bahkan tidak banyak tahu tentang mayat hidup."
"Kakak tidak tahu? Lalu kenapa kakak bersamanya? " Zayin menunjuk ke arah Khun yang berada di seberang mereka.
"Apa kalian sudah saling mengenal sebelumnya?" tanya Shin pada Zayin dan Khun.
Sedang yang di tunjuk hanya berbalik memposisikan tidurnya.
Bukankah mereka tampak akrab satu sama lain. Belum lagi mereka saling berbicara santai satu sama lain.
"Tidak! "
"Jangan bercanda!"
Bantah keduanya bersamaan. Shin hanya tersenyum melihat mereka berdua yang terlihat sudah begitu dekat.
"Apa dia yang memaksa kakak untuk mengikutinya?"
"Tidak, Khun tak pernah memaksaku."
"Aku memang bukan seorang pendekar. Tapi aku memiliki tujuan untuk mengembalikan kedelapan iblis ketempat mereka seharusnya."
Zayin mengalihkan pandangannya, melirik ke arah Khun sebentar kemudian berbisik ke arah Shin. "Apa kakak yakin?"
"Kamu tak percaya aku bisa melakukannya?"
"Bukan begitu."
"Tidak masalah, aku bahkan juga tak yakin bisa melakukannya. Tapi aku harus berusaha melakukannya."
Shin melihat Zayin yang tampak khawatir denganya. Dia jadi merasa bersalah membuat pemuda itu harus mengkhawatirkannya.
Shin tersenyum ke arah Zayin, mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja lalu menyuruhnya untuk segera beristirahat.
...oOo...
Zayin terbangun oleh suara rintihan tertahan dari balik semak.
Dia menatap khawatir ke tempat Shin berada. Bersyukur Shin masih terlelap dengan damai. Dia kemudian melirik tempat Khun dan benar saja pria itu sudah tak lagi di atas pohon.
Zayin memutuskan untuk turun memeriksa apa yang dilakukan Khun dibalik semak tengah malam begini.
Dia mengintip dari balik semak dan sedikit terkejut melihat Khun menghabisi beberapa mayat hidup dengan tangan kosong. Ternyata rintihan tadi berasal dari suara para mayat hidup yang tercekik di tangan Khun.
Zayin tak percaya melihat apa yang terjadi di depan matanya. Bagaimana bisa Khun mengalahkan mayat hidup dengan sangat mudah dan damai tanpa mengeluarkan banyak kebisingan.
"Kau terbangun? Padahal aku sudah mencoba setenang mungkin, " ucap Khun tanpa menatap ke arah Zayin.
Zayin tersentak kaget Khun mengetahui keberadaannya. Sudah terlanjur tertangkap basah, dia pun keluar dari balik semak dan melihat Khun membereskan semua mayat hidup yang tergeletak dengan satu gerakan tangan.
Khun tersenyum senang melihat Zayin terkejut dengan apa yang baru saja dia lakukan.
"Kenapa? Masih berani mau melawanku?" Cemooh Khun.
"Siapa yang takut. Kau hanya seorang iblis. Aku tahu kau itu salah satu iblis yang ingin ditangkap Shin," jelas Zayin.
"Dan aku tahu kalau kau juga seorang iblis."
Khun tersenyum remeh ke arah Zayin. Membuat Zayin semakin muak dengan iblis sombong satu ini.
###
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments