100 HARI MENIKAH
Ini Cast menurut versi author ya,,,, kalau kalian mau haluin yang lain juga boleh 😁.
...Namira...
...Emil...
***
Hai Readers,,,,
Karya baru dari saya telah datang, ini lanjutan dari kisahnya Namira sepupu Aretha sama Emil adik Fabrizio dari novel sebelumnya yang berjudul Aretha.
Simak kisah mereka selanjutnya dalam 100 hari menikah. Buat yang suka mohon dukungannya ya .... 😁 Kalau nggak suka tinggal skip aja, selamat membaca....😘😘😘
***
...BAB 1...
Menikah dengan seseorang yang tidak kita cintai dan juga tidak mencintai kita adalah suatu hal yang menjerumuskan ke dalam kehidupan yang menyiksa, itulah yang terjadi pada kami, aku dan dia, pewaris kedua dari O'clan Company yang sempat menjadi priaku, dulu.
Yah, setidaknya kami pernah berhubungan layaknya pasangan kekasih selama beberapa hari meski kata cinta tak pernah terungkap dari bibir kami. Oh, ralat, aku pernah mengakui perasaanku padanya sebelum aku tahu ia menjalin hubungan denganku hanya untuk mempermainkanku, lebih tepatnya agar ia dapat mencicipi rasa tubuhku.
Tapi itu hanyalah masa lalu yang harusnya segera kulupakan, andai pagi itu kami tidak mengalami kejadian buruk yang naasnya membuat kami terjebak dalam ikatan pernikahan yang dipaksakan, sebuah pernikahan kontrak yang telah kami sepakati bersama, antara aku, pihak pertama, Namira Hermawan, dan dia, pihak kedua, Emil Cornelius O'clan.
Bagaimana bisa pernikahan yang seperti ini akan berhasil? Sedangkan kami hidup layaknya orang asing meski di bawah naungan satu atap yang sama. Dan tercetuslah ide menikah kontrak.
"*Yang terjadi ini adalah kesalahan*." Emil menatapku tajam seolah menjelaskan bahwa rencana pernikahan yang dipaksakan oleh kedua orang tua kami ini adalah hal yang tak ingin ia lakukan.
"*I know that*!" terdengar ketus memang, aku hanya ingin menunjukkan padanya jika aku pun sama halnya seperti dirinya yang tak menginginkan pernikahan ini terjadi, meski aku harus mati-matian menyembunyikan batinku yang nyeri begitu perih mendapati penolakan darinya.
Bukankah itu sangat menyakitkan? Dia dalam keadaan sadar membawaku yang tengah dalam pengaruh obat perang.sang masuk ke dalam kamar VVIP keluarganya di hotel O'clan, lalu menindihku tanpa persetujuan dariku dan pada akhirnya kami tertangkap basah oleh keluarganya. Oh,,,, sungguh memalukan.
"*Aaahhh*!!" jerit seorang gadis muda terdengar sangat melengking mengganggu tidurku, hingga dengan malas aku membuka mata dan seketika kedua mataku membola sempurna.
Bagimana tidak? Aku terbangun di atas ranjang bertelan.jang tanpa sehelai benang bersama pria jahanam itu yang juga sama polosnya dengan diriku, tapi bukan itu yang membuatku sangat terkejut, melainkan di hadapan kami telah berdiri setidaknya empat orang dengan tatapan membidik tajam. Mereka adalah keluarga Emil yang berniat istirahat di VVIP room yang tengah kami tempati semalam.
Buru-buru aku menarik selimut putih tebal yang berada di bawah kakiku untuk menutup seluruh tubuh polosku, dan tak lupa kubagi sedikit untuk pria kunyuk itu sebagai penutup belalai panjangnya. Panjang? Ya,,,, miliknya memang Cobra, bukan cacing.
"*Apa yang kalian lakukan? Emil*?" teriak wanita tua yang kutahu dia adalah nenek si pria brengsek.
Setelah kejadian naas hari itu, beberapa hari kemudian kami dinikahkan, tentu kami melakukannya dengan terpaksa karena sebuah ancaman.
"*Menikah, atau terhapus dari hak waris O'clan Company*." begitu tegas pria tua yang Emil sebut sebagai Daddy.
"*Bunuh saja kami jika kau hanya ingin mempermalukan kami sebagai orang tua, Namira*." Itu adalah suara yang terlontar dari mulut ibuku. Terlebih linangan air mata ayah yang terbujur kaku membuatku tidak tega, ini memang salahku yang tak pandai menjaga diri hingga semua ini terjadi. Dan aku harus mempertanggung jawabkan kesalahanku, meski sebenarnya aku masih tetap menyalahkan si brengsek itu.
\*\*\*
Dan di sinilah kini kami berada, hidup dalam satu apartemen yang sama sebagai pasangan suami istri setelah kami sepakat menandatangani perjanjian yang kami buat bersama.
Poin pertama, **tidak boleh ikut campur urusan pribadi pasangan**, sebenarnya aku kurang suka, bukan dengan poin ikut campur urusan pribadinya, tapi lebih kepada kata pasangan, yang kurasa akan lebih tepat jika ditulis sebagai lawan.
Poin kedua, **tidak boleh memaksakan kehendak**, poin ini berurusan dengan permainan ranjang, kami bisa melakukan hubungan suami-istri jika kami sama-sama menginginkannya, tapi siapa juga yang ingin melakukan itu bersama pria brengsek yang sudah pernah mengataiku murahan, bahkan aku masih ingat jelas kalimatnya yang mengatakan, aku bisa menjajakkan diri kembali setelah kami berpisah dulu. Oh, Tuhan.... Rasanya aku ingin merobek mulut sialan itu.
Lupakan, lanjut pada poin ke tiga, **harus tampil mesra di depan keluarga**, ini yang paling menyebalkan, karena kami harus berpura-pura layaknya pasangan harmonis, romantis, modis, klimis, narsis, najis, ah,,,, bukan. Sudahlah, aku memang sangat kesal ketika kami harus berlakon seolah kami pasangan bahagia yang saling mencintai. Lengannya yang membentuk siku lalu aku akan mengapitnya mesra, *ufffhh*,,,, sepertinya aku pantas untuk menjadi seorang aktris setelah lepas dari kontrak sialan ini.
Poin ke empat, **pihak pertama tidak boleh hamil**, jika sampai kebobolan, kami akan membicarakannya ulang, pilihan terbaik yang muncul di otakku adalah menggugurkannya, tapi aku tidak akan seceroboh itu membiarkan dirinya menyentuh tubuhku dan membua.hiku. Jangan harap, namun kami tetap menulis poin ini, dan Emil sebagai pihak kedua meminta akan membicarakan ulang jika sampai hal itu terjadi, '*Jika sampai aku hamil*'.
Poin ke lima, **Pihak kedua wajib memberikan nafkah pada pihak pertama**, ini poin yang paling aku suka, sangat menguntungkan bagiku, itung-itung sebagai tambahan tabunganku, aku membutuhkan banyak uang nanti setelah hidup dengan label status sebagai seorang janda usai perceraian kami. Cerai, kenapa membayangkannya saja terlihat mengerikan?
Dan poin ke enam yang juga menjadi poin terakhir, **pernikahan hanya akan berjalan selama 100 hari**, setelah itu kami akan bercerai, kembali ke kehidupan masing-masing, melupakan semua yang pernah kami lalui seolah itu tak pernah terjadi.
Kami menandatangani bersama berkas perjanjian itu dengan penuh keyakinan. **100 hari menikah**.
Aku pribadi sangat percaya diri pasti bisa menjalani peranku dengan sebaiknya, namun aku tidak yakin, akankah aku mampu menjalani hidupku dengan baik setelah perceraian kami nanti? Sedangkan hatiku sangat lemah jika itu soal cinta, rasa, dan trauma.
Yah, seburuk apa dia melukaiku kemarin, nyatanya aku masih menyimpan rasa untuknya, namun sungguh aku tidak berani jika harus menyebut rasa itu adalah cinta, meski saat jauh darinya aku rindu, namun nyatanya saat bertemu lukaku semakin menganga terlepas dari trauma yang pernah ia cipta. Menganggapku lebih rendah dari wanita-wanita murah.
\*\*\*
"Emil,,,," teriakku dengan nada tinggi kira-kira 8 oktaf, seperti pagi-pagi sebelumnya, keributan, kegaduhan, dan kebisingan tak terelakkan dari apartemen kami yang berada di lantai 20 tengah kota Paris. Kami memutuskan pindah ke Perancis usai menikah. Takut jika sandiwara kami cepat terbongkar jika kami tinggal bersama keluarga di Indonesia.
"Qu'est-ce qui ne va pas?" tanya Emil malas '*ada apa*' dengan bahasa Prancis. Yah, setidaknya itu yang kumengerti karena bahasa prancisku tak sebagus itu.
"Sudah berapa kali aku bilang, buang sampah pada tempatnya, aku bosan harus membersihkan tisu-tisu berbau calon presiden, menteri, dokter, polisi, tentara yang kau buang sembarangan!"
"Kau bisa mengabaikannya, Nami, biarkan assisten yang membersihkannya, kenapa kau sangat suka mencari masalah dengan mengada-ada!"
"Berhenti memanggilku, Nami. Itu terdengar buruk, aku tidak suka." entah kenapa Emil tiba-tiba memiliki nama panggilannya tersendiri padaku, Nami. Padahal sebelumnya Emil memanggilku dengan nama biasa, Namira.
Emil hanya berlalu enggan menanggapi ocehanku sambil menguap siap kembali tidur ke kamarnya.
"Dan apa kau bilang? Assisten? Apa kau sadar dengan yang kau katakan? Kita hanya menggunakan jasa assisten satu Minggu sekali, apa kau ingin membuat gunung tisu sekumpulan calon anakmu yang terbuang sia-sia itu di dalam rumah kita?"
'***BRAK***!' pintu kamarnya tertutup rapat seiring suara gebrakan hasil dari karya tangannya yang membanting benda yang terbuat dari kayu itu dengan keras.
Yah, begitulah setiap harinya, perdebatan terselesaikan dengan pihak tersangka yang melarikan diri. Dan setelahnya? Kami kembali hidup bagai orang asing yang tak bertegur sapa. Baik di rumah, apalagi di luar, kami seperti dua insan yang saling tak terlihat dan tak mengenal. Membuatku jenuh dan tertekan. Tentu saja.
Apa cukup sampai di sana? Tidak, kegilaan masih berlanjut, banyak hal buruk yang Emil lakukan dengan sengaja untuk melukai hati dan perasaanku, apa lagi jika bukan tentang kebiasaanya yang suka bermain ja.lang, hura-hura, pesta. Dan yang terakhir, ja.lang lagi, dia memang tidak bisa jauh dari se.langka.ngan. Bahkan andai imanku tak kukuatkan, pasti aku sudah berada di bawah kungkungannya pada beberapa kali kesempatan. Tapi tentu aku tidak akan melakukan kebodohan itu, having se.ks without love is make me feel so hurts, aku harus bisa menjaga diri, setidaknya itu yang bisa kulakukan, karena untuk menjaga hati, aku telah gagal.
\*\*\*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Diankeren
anaconda x ra 🙈
2024-02-07
0
Diankeren
kok mrip mister si i o sih ziy? ilok org'y sama
2024-02-07
0
Diankeren
chuchok meong
2024-02-07
0