Para pemuda pengendara motor tersebut melarikan diri, saat melihat mobil Devina menabrak pohon, mereka takut pihak kepolisian akan segera datang dan mengusut hingga membuat diri mereka tersangkut masalah hukum.
Semuanya mencari titik aman, pergi sejauh mungkin dan bersembunyi. Hanya satu orang yang berhenti, memarkirkan motor besarnya, lalu berlari menghampiri mobil Devina yang mengeluarkan asap.
Pemuda itu adalah Bastian Mahesa, putra dari Calvin Mahesa, salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan juga putra dari Diani pemilik toko perhiasan ternama di kota Medan.
Dengan perasaan bersalah karena dirinya ikut dalam rombongan tersebut, Bastian berusaha sekuat tenaga, membuka pintu mobil untuk menolong Devina.
Setelah pintu mobil berhasil di buka dengan peralatan seadanya, Bastian segera menarik tubuh Devina, keluar dari dalam mobil, lalu menggendongnya, tanpa melihat siapa dan bagaimana rupa wanita yang ditolongnya tersebut.
Yang terpenting bagi Bastian adalah memberi pertolongan secepatnya kepada korban sebelum terlambat.
Bastian pun membawa tubuh Devina menjauh dari tempat kejadian karena dia takut mobil itu akan meledak.
Lalu Bastian merebahkan tubuh Devina yang berlumuran darah di emperan sebuah toko. Dia memeriksa denyut nadi dan akhirnya merasa sedikit lega karena masih ada tanda kehidupan pada diri wanita yang di tolongnya.
Namun saat Bastian mengamati lebih dalam siapa wanita yang tergeletak di hadapannya itu, yang wajahnya berlumuran darah, Bastian pun terkejut dan panik.
Spontan Bastian mendekap, mengguncang-guncang tubuh Devina sambil berteriak dan menangis, hingga membuat massa yang mulai berdatangan di sana menjadi heran.
"Bangun Devani! bangun! lihat... ini aku Bastian. Hei gadis bodoh...ayo bangunlah!" ucap Bastian.
Kemudian dia berteriak lagi, "Kalian kok diam saja! cepat telephonekan rumah sakit! Ambulance, mana ini ambulance, ayo... kalian tolong pacarku!" teriak Bastian semakin histeris.
Asap kian banyak mengepul, membumbung tinggi ke udara.
Orang-orang yang melihat kejadian itupun sebagian histeris dan yang lain segera membantu dengan menghubungi pihak kepolisian serta pihak rumah sakit.
Tidak berselang lama, pihak kepolisian dan mobil ambulance pun datang. Bastian segera membopong Devina, menaikkannya ke atas ambulance. Dia tidak memperdulikan lagi pakaiannya yang kotor terkena noda darah.
Di dalam ambulance, Bastian terus mengguncang-guncang tubuh Devina, sambil terus berkata, "Bangunlah Sayang...bangun, aku tidak siap untuk kehilanganmu. Walaupun kita sering bertengkar, tapi aku mencintaimu."
"Pak, maaf... izinkan saya untuk memeriksa luka pasien. Saya harus memberi pertolongan pertama atas pendarahan di kepalanya," ucap seorang suster.
"Saya bukan Bapak-bapak suster! Apa saya tampak begitu tua di mata kalian? Dia pacarku sus! Aku mohon tolong dia!" ucap Bastian.
"Jadi saya panggil apa ini? mas saja ya?"
"Terserah suster deh, tolong cepat Sus, darahnya semakin banyak keluar, lihatlah...bibirnya begitu pucat seperti mayat."
"Mas geser dong! Bagaimana saya mau mengobati mbaknya, jika mas tidak memberi saya jalan," ucap suster lagi.
Bastian pun menepuk pundaknya, apa yang dikatakan oleh suster benar, jika dia terus memeluk Devani, bagaimana suster bisa menghentikan pendarahannya.
Suster pun heran melihat Bastian yang berpenampilan preman, memakai kalung dan gelang putih seperti rantai ternyata bisa menangis dan begitu perhatian dengan sang pacar.
Setelah Bastian melepaskan pelukannya dan berpindah tempat duduk, suster pun mengeluarkan perlengkapannya, dia berusaha menghentikan pendarahan, sebagai pertolongan pertama sebelum mereka tiba di rumah sakit.
Ambulance tiba di rumah sakit Persada, security dan para suster datang membantu membawa berankar dan memindahkan Devina ke atasnya.
Lalu mereka buru-buru mendorong brankar tersebut menuju ruang UGD. Bastian terus mengikuti di belakangnya dengan rasa cemas yang tidak kunjung hilang.
Sesampainya di UGD, dokter sudah menunggu karena beliau memang telah menerima info ada pasien kecelakaan sedang dalam perjalanan.
Bastian di minta suster untuk mengurus administrasi di bagian pelayanan dan mereka meminta data pasien.
Bastian bingung, dia tadi tidak sempat menyelamatkan tas Devani, yang mungkin ada tanda pengenal di dalamnya. Jika dia kembali ke tempat kejadian toh percuma, barangkali tas tersebut sudah terbakar di dalam mobil atau sudah hilang di ambil oleh warga yang berkerumun.
Lalu Bastian berkata kepada suster yang bertugas di bagian pelayanan, "Begini Sus! Aku akan menghubungi keluarganya terlebih dahulu, tapi aku mohon selamatkan pacarku! Aku pasti akan kembali secepatnya. Jika masalah dana jangan khawatir, ini aku tinggalkan kartu ATM beserta identitasku di sini sebagai jaminan," ucap Bastian sambil mengeluarkan dompetnya.
"Nggak seperti itu Mas, kami butuh tandatangan keluarganya, jadi jika terjadi hal yang tidak kita inginkan, kami pihak rumah sakit tidak akan dipersalahkan."
"Baiklah Sus, aku berangkat dulu, aku titip pacarku ya Sus!"
Bastian memang belum lama jadian dengan Devani dan Devani belum banyak bercerita tentang keluarganya. Tapi bagi Bastian itu tidak jadi masalah, selagi mereka tetap bersama suatu saat dia pasti akan mengetahuinya juga.
Devani selama ini memang menyembunyikan identitas dan alamat rumahnya, dia tidak mau jika teman-temannya mengenal dan mendekati dia hanya karena latar belakang keluarga.
Bahkan banyak teman Devani yang tidak tahu jika dirinya juga memiliki saudara kembar. Hanya Trias lah, yang tahu semuanya, karena Trias sudah seperti keluarga bagi Devani, mereka satu sekolah dan sekarang juga satu kampus. Triaslah tempat dia mencurahkan semua isi hati dan keluh kesahnya.
Bastian yang awalnya mengenal Devani dari Trias, segera menghubunginya, dia memberitahu tentang kecelakaan yang menimpa Devani dan meminta alamat rumah atau nomor telepon keluarganya.
Trias sangat terkejut, dia tidak percaya jika Devani kecelakaan karena baru dua jam yang lalu gadis itu menelephonenya memberitahukan bahwa dirinya sedang di kampus, bersiap untuk ikut ujian perbaikan nilai.
Sementara Trias sendiri hari ini yang tidak memiliki jadwal kuliah memilih rebahan di rumah sambil memainkan ponselnya.
Saat mendengar ucapan Bastian Trias pun berkata, "Apa Bas! Tidak mungkin Devani kecelakaan! Dia saat ini sedang di kampus."
"Kalau kau tidak percaya datanglah ke rumah sakit Persada, aku baru membawanya kesini, tapi sebelumnya kita harus memberitahukan keluarganya agar mereka juga datang. Tolong cepat Trias, keadaan Devani gawat, sejak kejadian tadi, dia belum sadarkan diri," ucap Bastian.
"Baiklah Bas, kita bagi tugas saja, kamu tetap di rumah sakit, dampingi Devani dan aku akan memberitahu keluarganya. Ingat ya Bas, jika keadaannya semakin memburuk cepat kabari aku," ucap Trias.
"Iya Trias, aku kembali ke ruang UGD dulu ya, siapa tahu ada kabar baik dari dokter."
Bastian menutup ponselnya lalu buru-buru kembali ke ruang UGD, dia ingin menemui dokter, guna menanyakan tentang kondisi Devani.
Sementara di kantor Mahen, perasaannya tidak enak sejak tadi, jantungnya sakit, napasnya sesak, sampai dia terhuyung hampir terjatuh saat sedang menjelaskan proyek kerjasama perusahaannya dengan klien luar negeri.
Semua yang hadir di sana terkejut dan mereka menghentikan kegiatan rapat. Asisten Mahen segera memapahnya kembali ke kursi dan memberi Mahen minum.
Mereka hendak memanggil dokter tapi Mahen melarangnya, dia hanya ingin asistennya melanjutkan rapat, karena tidak ingin mengecewakan klien mereka dan meminta sopir kantor untuk mengantarnya pulang, agar dia bisa beristirahat.
Pihak sekolah juga bingung kenapa sudah hampir dua jam Devina belum juga sampai ke sekolah untuk menjemput Annisa, sementara tadi Devina mengatakan jika dia sudah berangkat menuju ke sekolah.
Akhirnya pihak sekolah menelepon Devina kembali tapi tidak terhubung, lalu mereka mencoba menelepon Mahen, tapi ponsel Mahen juga tidak aktif. Mahen mematikan ponselnya saat rapat pembahasan proyek tadi dimulai.
Bagaimanakah reaksi Bastian nanti, saat dirinya tahu jika yang mengalami kecelakaan bukanlah Devani pacarnya? melainkan saudara kembarnya yaitu Devina. Ikuti terus kisahnya ya sobat dan jangan lupa beri dukungannya agar author semangat terus berkarya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Bunda Aish
yang baca juga ikut bingung,devani devina....😉
2023-07-12
0