BAB 2. PESAN TERSIRAT

Devina yang sudah berada di dalam kamar hanya menggelengkan kepala, lalu dia bermonolog, "Kamu sebentar lagi pasti akan paham Van, saat dirimu menemukan cinta sejati. Apapun pasti akan kita lakukan, agar orang-orang yang kita cintai bahagia, walaupun itu harus mengorbankan kebahagiaan kita sendiri."

Saat Devina hendak merebahkan dirinya di atas kasur, tiba-tiba muncul kembali rasa mual yang sangat hebat, hingga dia hampir saja tidak bisa menahannya.

Devina pun buru-buru berlari ke kamar mandi, keringat dingin sudah mulai bercucuran dan wajahnya juga pucat pasi seperti mayat.

Akhirnya tanpa bisa di tahan lagi Devina memuntahkan semua isi perutnya tanpa tersisa lagi hingga cairan kuning yang sangat pahit pun ikut keluar. Selesai muntah, tubuh Devina terkulai lemas dan akhirnya luruh ke lantai.

Devina sejenak mengumpulkan tenaga, lalu dia berusaha bangkit dan berjalan sempoyongan menuju dapur. Dia ingin membuat teh jahe untuk mengembalikan tenaga dan menghilangkan rasa mual di dalam perutnya.

Mbok Ijah, pembantu yang sejak Devina dan Devani kecil sudah bekerja di rumah itu, merasa terkejut saat melihat majikannya datang sempoyongan ke dapur dengan wajah yang sangat pucat.

"Non Vina kenapa? Non sakit ya? Wajah Non pucat sekali," tanya Mbok Ijah khawatir.

"Biasalah Mbok, mungkin penyakit asam lambungku sedang kambuh," jawab Devina.

"Non...mau Simbok buatkan teh jahe?"

"Iya Mbok, tapi jika Mbok sedang repot, biar aku buat sendiri saja, Mbok lanjutkan pekerjaan, aku bisa kok.

"Nggak repot kok Non, biar Mbok saja yang buat, Non tunggu sebentar ya!" ucap Mbok Ijah sambil memanaskan air dan mengupas jahe.

Devina pun duduk di kursi yang ada di sana sembari menunggu teh jahenya selesai.

Mama Intan yang tadi sempat melihat Devina keluar dari kamarnya menuju ke dapur segera turun dari lantai atas untuk menemui putri sulungnya itu.

"Sedang apa Vin?" tanya mama Intan yang berdiri di belakang Devina.

"Eh...Mama, Vina sedang menunggu teh jahe yang sedang dibuat Simbok Ma!"

"Kamu kenapa, muntah lagi?" tanya Mama khawatir.

"Iya Ma, mungkin penyakit asam lambung ku sedang kambuh," jawab Devina.

"Jangan-jangan kamu hamil Nak?"

"Nggak mungkin Ma, Vina 'kan ikut program KB, suntik pertiga bulan, jadi sudah biasa, menstruasi tidak normal datangnya, setiap bulan."

"Tapi bisa saja 'kan Vin, kamu telat suntiknya. Lebih baik kita periksa ke dokter besok ya, biar lebih jelas atau kita telepon saja agar dokter datang kesini," ucap mama Intan.

"Besok saja Ma, sekalian kita singgah ke kantor Kak Mahen. Bukankah besok kita di minta kesana untuk makan siang bersama karyawan dalam rangka syukuran atas keberhasilan tender baru mereka," ucap Devina.

"Oh iya, Papa tadi sudah bilang ke Mama. Tapi Vin, Papa besok berangkat langsung dari kantor, kita berangkat bertiga ya dari sini."

"Kalau Vani mau Ma, kita tahu sendiri 'kan bagaimana hubungan Vani dengan Kak Mahen? lagipula dia juga masih ujian. Oh ya Ma, Vani sudah berangkat kuliah?" tanya Devina.

"Sepertinya sudah, Mama tadi mendengar suara mobilnya keluar pekarangan. Ada apa memangnya Vin?"

"Aku tadi minta tolong Ma, agar nanti Vina yang jemput Annisa, Mang Diman 'kan nggak masuk dan aku kurang enak badan takut kenapa-kenapa di jalan."

"Iya, tapi dia mau 'kan jemput Annisa?"

"Mau Ma, tapi rada telat karena dia harus selesaikan ujian dulu."

"Oh...kalau begitu baguslah. Annisa bisa menunggu sebentar bersama gurunya. Kamu sudah telepon pihak sekolah atau belum Vin? bahwa Devani telat menjemput Annisa?"

"Belum Ma, sebentar lagi. Aku mau minum teh jahe dan obat sakit kepala dulu, barulah menghubungi guru Annisa. Oh ya Mbok, sudah siap apa belum teh jahenya?" tanya Devina

"Ini Non, sudah siap kok! Silahkan diminum Non, mumpung hangat dan ini air mineral beserta obat sakit kepalanya," ucap Mbok Ijah sambil menyuguhkannya ke hadapan Devina.

Devina mengucapkan terimakasih, lalu diapun perlahan menyeruput teh jahe hangat yang diberikan oleh mbok Ijah dan segera meminum obatnya.

Sementara mama Intan yang melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 pagi terkejut, lalu beliau menepuk keningnya sendiri sambil berkata, "Mama hampir lupa Vin! Mama ke kamar dulu ya, mau bersiap, soalnya sebentar lagi teman-teman Mama datang. Mereka mau ajak Mama pergi ke acara amal," ucap mama Intan.

"Iya Ma," jawab Devina.

Belum sempat sang Mama menaiki anak tangga yang akan menuju ke lantai atas, kembali Devina berkata, "Oh ya Ma! Jika besok pagi aku tidak turun untuk mengurus keperluan sekolah Annisa dan keperluan kerja serta sarapan Kak Mahen, aku mohon Devani membantuku ya Ma, untuk melakukannya!"

Sejenak mama Intan tertegun mendengar ucapan Devina, kenapa Devina malah meminta tolong kepada sang adik, sementara dia tahu bahwa Mahen tidak begitu respek dengan Devani dan terkesan menghindar.

Melihat ketertegunan sang mama, membuat Devina melanjutkan ucapannya, "Badanku rasanya lelah dan nggak bertenaga Ma, pasti dengan tiduran dan istirahat yang cukup, kesehatanku akan segera pulih."

"Baiklah Vin, nanti Mama sampaikan ke Devani. Sebaiknya sekarang kamu istirahat, Mama telepon Mahen dulu ya, agar dia menghubungi dokter kalian?"

"Nggak usah Ma, besok saja kita ke rumah sakit, aku tidak mau membuat Kak Mahen khawatir, karena hari ini dia ada pertemuan penting dengan klien luar negeri."

"Baiklah kalau begitu! kamu istirahat gih, Mama ke kamar dulu."

Devina pun mengangguk lalu dia masuk ke dalam kamar setelah menghabiskan teh jahe. Devina membaringkan tubuhnya sambil tersenyum memperhatikan foto pengantin dan foto Annisa yang terpampang besar di tembok kamar tidurnya.

Sebelum memejamkan mata, Devina berkata, "Semoga kalian selalu bahagia," ucap Devina sambil tersenyum.

Kemudian Devina memejamkan mata, belum sempat dia terlelap, terdengar suara mbok Ijah memanggil dan mengetuk pintu kamar, lalu Devina pun berkata, "Masuk Mbok! Pintunya nggak dikunci."

Mbok Ijah membuka pintu sambil menyerahkan telepon rumah tanpa kabel yang merupakan fasilitas dapur agar pemilik rumah mudah berkomunikasi dengan orang-orang dapur seperti Mbok Ijah dan pembantu yang lain.

"Telepon dari siapa Mbok?" tanya Devina seraya bangkit dari rebahannya.

"Dari Tuan, Non. Kata Tuan penting. Saya kembali ke dapur dulu ya Non, takut masakannya gosong."

"Iya Mbok, terimakasih."

Devina pun segera menerima panggilan dari Mahen, "Hallo...ada apa Yang? kata simbok ada hal penting yang mau Kakak omongin ya? Ponselku baterainya lowbat Kak, jadi sedang aku cas. Ini baru aku hidupkan!" ucap Devina menjelaskan ke Mahen sebelum suaminya itu bertanya karena khawatir.

"Oh...pantas Yang, sejak tadi aku telepon, ponsel kamu tidak aktif."

"Ada apa Yang? Kak Mahen 'kan sedang meeting penting, kenapa malah telepon aku?"

"Memangnya tidak boleh telepon istri sendiri? Aku 'kan kangen Yang. Jika saja meeting ini tidak penting, pasti sekarang aku langsung pulang!" ucap Mahen. Entah mengapa, saat ini Mahen begitu merindukan Devina, padahal baru 3 jam dia meninggalkan rumah.

"Kak Mahen ada-ada saja, kita 'kan setiap hari bertemu dan baru berapa jam Kak Mahen pergi? Ini, aroma Kakak saja masih tercium!" ucap Devina sambil senyum-senyum di balik telepon.

Sedang asyik mereka ngobrol tiba-tiba ponsel Devina berdering, terlihat Bu Lisa, guru Annisa sedang memanggil.

Kemudian Annisa berkata kepada Mahen, "Kak...aku tutup dulu ya, itu ada panggilan dari guru Annisa, mana tahu penting, aku janji setelah itu akan VC Kak Mahen."

"Benar ya, Kakak tunggu lho sambil nunggu klien, soalnya mereka belum datang. Awas jika bohong! Nanti malam double hukumannya," ucap Mahen sambil tertawa.

"Iya deh, aku janji Yang..." ucap Devina sambil menutup teleponnya.

Episodes
1 BAB 1. KEMBAR TAPI BEDA PEMIKIRAN
2 BAB 2. PESAN TERSIRAT
3 BAB 3. KENANGAN TERAKHIR
4 BAB 4. SALAH MENGENALI
5 BAB 5. CEMAS
6 BAB 6. PENYESALAN DEVANI
7 BAB 7. MENCERITAKAN KEJADIAN
8 BAB 8. MENGHARAPKAN KEAJAIBAN
9 BAB 9. MENGHIBUR ANNISA
10 BAB 10. UNEK-UNEK HATI
11 BAB 11. KRITIKAN ANNISA
12 BAB 12. BERDUKA
13 BAB 13. PROSESI PENGURUSAN JENAZAH
14 BAB 14. MENJALANKAN AMANAH KAKAK
15 BAB 15. TERLALU PEDAS
16 BAB 16. MABUK
17 BAB 17. GURU DI RUMAH
18 BAB 18. MAMA BIMBANG
19 BAB 19. CEMBURU
20 BAB 20. MERASA PUNYA MAMA
21 BAB 21. PERSIAPAN MENYAMBUT TAMU
22 BAB 22. UNTUK KU SAJA
23 BAB 23. BERSAING
24 BAB 24. MENOLAK TAPI HATI TAK RELA
25 BAB 25. AKU BUKAN BARANG
26 BAB 26. NASEHAT PAPA EMIR
27 BAB 27. MAIN TEBAK-TEBAKAN
28 BAB 28. MERIJEK PANGGILAN
29 BAB 29. MEMBELIKAN GAUN
30 BAB 30. PERMINTAAN MAAF PAPA BASTIAN
31 BAB 31. NASEHAT MAHEN
32 BAB 32. MENCARI BASTIAN
33 BAB 33. MELAMAR LANGSUNG
34 BAB 34. KECEWA DAN SEDIH
35 BAB 35. UNTUNG SELAMAT
36 BaB 36. PENGOBATAN ALTERNATIF PATAH TULANG
37 BAB 37. BASTIAN PULANG
38 BAB 38. SETUJU MENIKAH
39 BAB 39. MENENTUKAN TANGGAL PERNIKAHAN
40 BAB 40. MEMBERI KESEMPATAN BERDUAAN
41 BAB 41. MENJELASKAN KESALAHPAHAMAN
42 BAB 42. KEMBALI MERAWAT DIRI
43 BAB 43. AKU BUKAN DIA
44 BAB 44. LEBIH BERSAHABAT
45 BAB 45. KESEPAKATAN BERDAMAI
46 BAB 46. TERNYATA SALAH DUGA
47 BAB 47. MEMBERI KESEMPATAN
48 BAB 48. PERHATIAN KECIL YANG MEMBAHAGIAKAN
49 BAB 49. SATU PERMINTAAN
50 BAB 50. MEMBELI PERLENGKAPAN PERNIKAHAN
51 BAB 51. SARAN HANSEN
52 BAB 52. BERUBAH LEBIH BAIK
53 BAB 53. MELAMPIASKAN KEKECEWAAN
54 BAB 54. HANYA BUTUH KEJUJURAN
55 BAB 55. BERZIARAH
56 BAB 56. KERJASAMA MENCARI INFO
57 BAB 57. CELAKA SAAT MENEMUI BASTIAN
58 BAB 58. MENGUSIR DAN MEMUKUL BASTIAN
59 BAB 59. MENDAPATKAN INFORMASI
60 BAB 60. MENOLAK MINUMAN BERALKOHOL
61 BAB 61. PERMINTAAN TERAKHIR BASTIAN
62 BAB 62. DI CULIK
63 BAB 63. MENCARI DEVANI
64 BAB 64. PERMINTAAN BASTIAN
65 BAB 65. MELACAK KEBERADAAN BASTIAN
66 BAB 66. BERHASIL MEMBEBASKAN DEVANI
67 BAB 67. KHAWATIR
68 BAB 68. SAH MENIKAH
69 BAB 69. HATI BASTIAN HANCUR
70 BAB 70. BULAN MADU DADAKAN
71 BAB 71. GAGAL BELAH DUREN
72 BAB 72. KEJUTAN ROMANTIS
73 BAB 73. DIPERSATUKAN LAHIR BATIN
74 BAB 74. KEJUTAN DARI MAMA
75 BAB 75. MENYENANGKAN HATI SUAMI
76 BAB 76. SALAH MAMA
77 BAB 77. PERTANDA BURUK
78 BAB 78. PENCULIKAN KEDUA
79 BAB 79. BERTEMU SAHABAT LAMA
80 BAB 80. BERUSAHA MENCARI JALAN KELUAR
81 BAB 81. MENYAMBANGI BASTIAN
82 BAB 82. SEKRETARIS GILA KARENA CINTA
83 BAB 83. MENCARI PETUNJUK
84 BAB 84. DI JUAL
85 BAB 85. TIRAI KASIH TERKOYAK
86 BAB 86. GELISAH
87 BAB 87. INSAF
88 BAB 88. MENYELIDIKI ASAL USUL
89 BAB 89. MEMERIKSA MAYAT TANPA IDENTITAS
90 BAB 90. ADA KEMAJUAN
91 BAB 91. CURIGA DENGAN ORANG DALAM
92 BAB 92. KECURIGAAN YANG TERBUKTI
93 BAB 93. MENEMUKAN JEJAK DEVANI
94 BAB 94. MEMINTA DATA DENGAN BANTUAN POLISI
95 BAB 95. NASI SUDAH JADI BUBUR
96 BAB 96. MEMBAWA DEVANI PULANG
97 BAB 97. MENDESAK PENGELOLA CLUB
98 BAB 98. TIDAK MENYANGKA
99 BAB 99. HADIAH TERINDAH DIBALIK KEIKHLASAN (TAMAT)
Episodes

Updated 99 Episodes

1
BAB 1. KEMBAR TAPI BEDA PEMIKIRAN
2
BAB 2. PESAN TERSIRAT
3
BAB 3. KENANGAN TERAKHIR
4
BAB 4. SALAH MENGENALI
5
BAB 5. CEMAS
6
BAB 6. PENYESALAN DEVANI
7
BAB 7. MENCERITAKAN KEJADIAN
8
BAB 8. MENGHARAPKAN KEAJAIBAN
9
BAB 9. MENGHIBUR ANNISA
10
BAB 10. UNEK-UNEK HATI
11
BAB 11. KRITIKAN ANNISA
12
BAB 12. BERDUKA
13
BAB 13. PROSESI PENGURUSAN JENAZAH
14
BAB 14. MENJALANKAN AMANAH KAKAK
15
BAB 15. TERLALU PEDAS
16
BAB 16. MABUK
17
BAB 17. GURU DI RUMAH
18
BAB 18. MAMA BIMBANG
19
BAB 19. CEMBURU
20
BAB 20. MERASA PUNYA MAMA
21
BAB 21. PERSIAPAN MENYAMBUT TAMU
22
BAB 22. UNTUK KU SAJA
23
BAB 23. BERSAING
24
BAB 24. MENOLAK TAPI HATI TAK RELA
25
BAB 25. AKU BUKAN BARANG
26
BAB 26. NASEHAT PAPA EMIR
27
BAB 27. MAIN TEBAK-TEBAKAN
28
BAB 28. MERIJEK PANGGILAN
29
BAB 29. MEMBELIKAN GAUN
30
BAB 30. PERMINTAAN MAAF PAPA BASTIAN
31
BAB 31. NASEHAT MAHEN
32
BAB 32. MENCARI BASTIAN
33
BAB 33. MELAMAR LANGSUNG
34
BAB 34. KECEWA DAN SEDIH
35
BAB 35. UNTUNG SELAMAT
36
BaB 36. PENGOBATAN ALTERNATIF PATAH TULANG
37
BAB 37. BASTIAN PULANG
38
BAB 38. SETUJU MENIKAH
39
BAB 39. MENENTUKAN TANGGAL PERNIKAHAN
40
BAB 40. MEMBERI KESEMPATAN BERDUAAN
41
BAB 41. MENJELASKAN KESALAHPAHAMAN
42
BAB 42. KEMBALI MERAWAT DIRI
43
BAB 43. AKU BUKAN DIA
44
BAB 44. LEBIH BERSAHABAT
45
BAB 45. KESEPAKATAN BERDAMAI
46
BAB 46. TERNYATA SALAH DUGA
47
BAB 47. MEMBERI KESEMPATAN
48
BAB 48. PERHATIAN KECIL YANG MEMBAHAGIAKAN
49
BAB 49. SATU PERMINTAAN
50
BAB 50. MEMBELI PERLENGKAPAN PERNIKAHAN
51
BAB 51. SARAN HANSEN
52
BAB 52. BERUBAH LEBIH BAIK
53
BAB 53. MELAMPIASKAN KEKECEWAAN
54
BAB 54. HANYA BUTUH KEJUJURAN
55
BAB 55. BERZIARAH
56
BAB 56. KERJASAMA MENCARI INFO
57
BAB 57. CELAKA SAAT MENEMUI BASTIAN
58
BAB 58. MENGUSIR DAN MEMUKUL BASTIAN
59
BAB 59. MENDAPATKAN INFORMASI
60
BAB 60. MENOLAK MINUMAN BERALKOHOL
61
BAB 61. PERMINTAAN TERAKHIR BASTIAN
62
BAB 62. DI CULIK
63
BAB 63. MENCARI DEVANI
64
BAB 64. PERMINTAAN BASTIAN
65
BAB 65. MELACAK KEBERADAAN BASTIAN
66
BAB 66. BERHASIL MEMBEBASKAN DEVANI
67
BAB 67. KHAWATIR
68
BAB 68. SAH MENIKAH
69
BAB 69. HATI BASTIAN HANCUR
70
BAB 70. BULAN MADU DADAKAN
71
BAB 71. GAGAL BELAH DUREN
72
BAB 72. KEJUTAN ROMANTIS
73
BAB 73. DIPERSATUKAN LAHIR BATIN
74
BAB 74. KEJUTAN DARI MAMA
75
BAB 75. MENYENANGKAN HATI SUAMI
76
BAB 76. SALAH MAMA
77
BAB 77. PERTANDA BURUK
78
BAB 78. PENCULIKAN KEDUA
79
BAB 79. BERTEMU SAHABAT LAMA
80
BAB 80. BERUSAHA MENCARI JALAN KELUAR
81
BAB 81. MENYAMBANGI BASTIAN
82
BAB 82. SEKRETARIS GILA KARENA CINTA
83
BAB 83. MENCARI PETUNJUK
84
BAB 84. DI JUAL
85
BAB 85. TIRAI KASIH TERKOYAK
86
BAB 86. GELISAH
87
BAB 87. INSAF
88
BAB 88. MENYELIDIKI ASAL USUL
89
BAB 89. MEMERIKSA MAYAT TANPA IDENTITAS
90
BAB 90. ADA KEMAJUAN
91
BAB 91. CURIGA DENGAN ORANG DALAM
92
BAB 92. KECURIGAAN YANG TERBUKTI
93
BAB 93. MENEMUKAN JEJAK DEVANI
94
BAB 94. MEMINTA DATA DENGAN BANTUAN POLISI
95
BAB 95. NASI SUDAH JADI BUBUR
96
BAB 96. MEMBAWA DEVANI PULANG
97
BAB 97. MENDESAK PENGELOLA CLUB
98
BAB 98. TIDAK MENYANGKA
99
BAB 99. HADIAH TERINDAH DIBALIK KEIKHLASAN (TAMAT)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!