Saat perjalanan pulang, Mahen sempat tertidur di dalam mobilnya. Dalam tidurnya, dia bermimpi, Devina menggendong seorang bayi laki-laki yang sangat tampan dan keduanya mengenakan pakaian serba putih.
Wajah Devina begitu bersih, dia tersenyum, melambaikan tangan, lalu berjalan, pergi meninggalkan Mahen dan Annisa.
Mahen berteriak sambil berlari, memanggil-manggil Devina agar kembali tapi Devina beserta putranya hilang seperti di telan bumi.
Sambil menggendong Annisa, Mahen terus saja berlari kesana-kemari, mencari Devina dan bayinya tapi yang dia lakukan sia-sia.
Mahen terus berteriak dalam mimpinya hingga suaranya terdengar nyata oleh sang supir. Pak sopir menghentikan mobil dan memberanikan diri untuk membangunkan majikannya.
"Pak...bangun Pak! Bangun," ucap Pak sopir sambil mengguncang bahu Mahen.
Mahen terbangun, dia menatap bingung ke arah Pak sopir, lalu bertanya, "Dimana istri dan bayiku Pak?"
"Bos...kita masih di mobil dan sedang dalam perjalanan pulang. Bos tadi bermimpi memanggil-manggil Nyonya," jawab Pak Sopir.
Mahen pun menarik nafas dalam, lalu mengucap istighfar, dia baru sadar jika dirinya, memang tadi sedang bermimpi.
"Ya sudah Pak, ayo kita lanjut. Saat ini istri saya pasti sudah sampai rumah," ucap Mahen.
Pak sopir pun kembali melajukan mobilnya, tapi pikiran Mahen jadi tidak tenang memikirkan mimpinya barusan.
Mahen mengambil ponsel dari dalam tas, lalu mengaktifkannya. Dia terkejut saat melihat banyak sekali panggilan tidak terjawab dari guru sekolah Annisa.
Kemudian Mahen menelepon balik nomor tersebut dan terdengarlah suara ibu guru Annisa di balik teleponnya menjawab, "Hallo Pak Mahen... saya ibu gurunya Annisa. Kenapa Annisa belum juga di jemput ya Pak? padahal, tadi saya sudah hubungi Bu Devina dan katanya beliau sedang dalam perjalanan kesini, tapi sampai saat ini belum juga sampai dan saya telephone lagi tidak tersambung. Saya kok jadi khawatir ya Pak, takut terjadi sesuatu di jalan," ucap Bu guru.
"Oh ya Bu, sebentar...saya coba hubungi ponsel istri saya lagi, barangkali sudah aktif dan saya juga akan hubungi mama di rumah. Soalnya istri saya, tadi memang lagi kurang sehat, barangkali dia sedang di klinik atau balik ke rumah. Masalah Annisa, biar saya sekarang juga yang menjemputnya Bu, kebetulan kami sedang dalam perjalanan pulang dan saat ini sudah berada tidak jauh dari sekolah. Terimakasih atas informasinya Bu, dan saya mohon maaf telah merepotkan ibu, hingga terlalu lama menunggu dan menemani Annisa," ucap Mahen, yang sebenarnya saat ini sedang cemas memikirkan Devina.
"Sama-sama Pak, kami tunggu kedatangan Pak Mahen secepatnya, karena saya juga harus segera berangkat ke kantor Dinas Pendidikan."
"Baiklah Bu."
Setelah mematikan ponselnya, Mahen langsung meminta Pak sopir agar putar balik menuju ke sekolah Annisa.
Mahen mencoba menelepon Devina, tapi tetap tidak tersambung. Pikirannya semakin kacau, diapun bermonolog, "Ayo angkat Yang... jangan buat aku khawatir. Mudah-mudahan mimpiku tadi bukan firasat buruk."
Mahen terus menelepon Devina tapi hasilnya tetap sama, lalu dia memutuskan untuk menelepon Dokter Maya, ternyata Bu Dokter mengatakan jika Devina sudah keluar dari klinik sekitar satu setengah jam yang lalu, katanya ingin menjemput Annisa di sekolah.
Mendengar hal itu Mahen semakin cemas, memang tadi saat Devina meneleponnya, dia juga mengatakan sudah akan meninggalkan klinik dan langsung menuju ke sekolah Annisa.
"Mbok Ijah...ya sekarang aku harus menelepon simbok, siapa tahu Devina balik ke rumah," monolog Mahen.
Kemudian Mahen segera menghubungi telepon rumah mereka, yang ada di dapur. Mbok Ijah yang mendengar suara telepon berdering segera meninggalkan pekerjaannya dan berlari untuk mengangkatnya.
"Hallo," sapa Mbok Ijah.
"Mbok ini Mahen, apa Non Devina di rumah?" tanya Mahen dengan harap cemas.
"Non Devina pergi jemput Non Nisa lho Tuan," jawab Mbok Ijah.
"Tapi Non Annisa belum ada yang jemput Lho Mbok, barusan gurunya telepon saya. Saya jadi cemas, kemana sebenarnya Devina? nggak biasanya dia pergi lama tanpa kabar dan mengabaikan putrinya seperti saat ini. Begini saja ya Mbok, jika nanti Non Vina kembali, cepat hubungi saya, ini saya lagi diperjalanan untuk menjemput Annisa," ucap Mahen.
"Oh ya Mbok... Mama Intan ada di rumah?"
"Nggak Tuan...nyonya Intan sedang pergi bersama teman-temannya, menghadiri acara amal, begitu yang simbok dengar tadi."
"Ya sudah Mbok, saya mau coba telepon Mama deh... barangkali Mama tahu dimana Devina saat ini."
Mahen memutus panggilan, lalu mencari nomor kontak Mama mertuanya. Kecemasannya semakin bertambah saat sang mama mengatakan bahwa ketika beliau berangkat, Devina masih di rumah.
Mama Intan juga khawatir, lalu dia memutuskan untuk pulang terlebih dahulu, meninggalkan acara yang belum selesai. Mama pulang menggunakan jasa ojol karena beliau ingin cepat sampai di rumah tanpa menyusahkan teman-temannya yang masih asyik mengikuti acara.
Dalam perjalanan, mama Intan menelepon Devani yang saat ini sedang di kampus, siapa tahu dia mengetahui keberadaan sang kakak.
"Hallo, ada apa Ma?" tanya Devani, saat dia mengangkat telepon dari mamanya.
"Van, kamu tahu Devina kemana?" tanya Mama Intan.
"Bukannya Devina di rumah Ma? tadi soalnya dia bilang sedang tidak enak badan dan minta tolong aku agar menjemput Annisa di sekolah. Tapi karena aku sedang ujian, aku jemputnya bakalan telat. Ini masih istirahat, nunggu ujian satu mata kuliah lagi. Barulah setelah selesai aku akan menjemput Annisa, pasti Devina sudah konfir 'kan kepada pihak sekolah jika aku datangnya telat," ucap Devani.
Mama bertambah cemas saat mendengar penjelasan dari Devani, lalu beliau meminta Abang ojol untuk putar arah dan menyusuri jalan menuju sekolah Annisa, berharap beliau akan mendapatkan petunjuk tentang keberadaan Devina.
Trias sahabat Devani dan Bastian, begitu mendengar kabar Devani kecelakaan segera bersiap, mengeluarkan motor Scoopy nya untuk berangkat ke rumah orang tua Devani.
Dia harus segera memberitahukan kabar ini kepada keluarganya. Trias yang sudah beberapa kali pernah diajak oleh Devani ke rumahnya, tidak merasa kesulitan lagi untuk menemukan alamat rumah di maksud.
Saat ini Trias sudah tiba di depan rumah besar milik orang tua Devani, lalu Trias segera menemui penjaga gerbang, "Permisi Pak!" sapa Trias.
"Oh...Non, siapa ya? teman non Devani 'kan?" tanya Sukri.
"Iya Pak, bapak ternyata masih ingat dengan saya."
"Tentu Non, Bapak selalu ingat dengan semua tamu yang pernah datang kesini. Non mau bertemu dengan siapa? tidak ada orang di rumah lho Non, semua pergi termasuk Nyonya Intan," ucap Pak Sukri.
"Oh ya Pak, jika begitu saya minta nomor telepon Mamanya Devani dong, soalnya ini darurat. Devani kecelakaan, keadaannya lumayan parah dan tidak sadarkan diri. Sekarang dia di bawa oleh teman saya ke rumah sakit Persada dan pihak rumah sakit ingin keluarganya secepatnya datang kesana guna menandatangani surat untuk kelanjutan tindakan perawatan dan pengobatan Devani."
"Sebentar Non, biar saya telepon Nyonya," ucap Pak Sukri yang ikut panik.
Beliau menghubungi nomor kontak Nyonya Intan dan memberitahukan tentang berita yang baru saja di sampaikan oleh Trias.
Bagaimanakah reaksi Nyonya Intan? ikuti terus yuk...dan jangan lupa ya beri dukungannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments