Rai Kenandra.
Yang saat ini sedang menduduki peringkat teratas kepopuleran di lentera bangsa. Bukan hanya kecerdasannya saja yang menjadi daya tariknya, melainkan di dukung juga dengan wajah tampan yang di gilai banyak gadis-gadis disana. Rai bahkan menjadi tolak ukur tentang seorang jodoh idaman masa depan.
Sikap dingin dan acuhnya tidak menjadi kendala para gadis untuk tetap mengidolakannya. Mereka justru semakin menggilainya. Ia sudah terbiasa dengan semua perhatian itu bahkan saat ia baru lahir.
Terlahir di keluarga mantan artis yang terkenal kaya raya dan memiliki beberapa perusahaan besar, membuat Rai mendapatkan seluruh perhatian sempurna dari orang-orang di sekitarnya. Ya, hidupnya terlihat sangat sempurna. Dirinya membuat banyak orang iri dengan berharap bisa bertukar tempat dengan Rai. Ia sama sekali tidak keberatan dengan itu kalau saja ada caranya. Namun itu sama sekali tidak berguna.
Tapi itu hanya yang terlihat saja di kasat mata manusia. Tidak ada yang tau kalau ia menyimpan luka yang menganga lebar dan kebencian yang sudah memuncak sampai ubun-ubun dan siap meledak kapan saja.
Rai sedang menyimpan sebuah bom waktu dalam hatinya yang siapapun tidak bisa menjinakkannya. Bahkan tim gegana sekalipun.
Orang mungkin berfikir kalau hidupnya amatlah sempurna sampai-sampai mereka iri padanya. Mereka tidak tau luka apa yang ia punya hingga ia memilih untuk lebih banyak diam dan mengacuhkan sekitarnya. Berbicara yang penting-penting saja dan menghindari omong kosong yang tidak berguna.
Rai menatap lekat gadis setengah gemuk yang sedang sibuk mencari sesuatu itu. Ia sama sekali tidak berniat untuk memanggilnya walau ia tau kalau itu adalah salah satu teman sekelasnya. Tatapannya hanya tertuju pada salah satu bekas luka yang sudah menghitam di bawah telinga gadis itu.
“Woi! Es teh! Lemparin bola itu ke sini!”
Rai mendengar salah satu temannya berteriak dari belakang. Dan beberapa saat kemudian gadis dengan panggilan es teh itu berjalan dan menyerahkan bola padanya. Setelah itu ia kembali sibuk dengan permainannya bersama dengan teman-temannya hingga mencetak beberapa point lagi.
Waktu istirahat sudah berakhir, dan kini saatnya untuk mereka kembali ke dalam kelas masing-masing.
Ketua kelas masuk dengan membawa kabar buruk, guru pengajar yang seharusnya masuk di jam itu telah pulang karna ada musibah, begitu kabarnya. Ketua kelas lantas menyampaikan berita itu kepada teman-temannya dan meminta mereka mengerjakan soal yang sudah di berikan oleh guru dengan membentuk kelompok lima orang.
Langsung saja semua mengerubungi meja Rai. Berharap mereka bisa satu kelompok dengan murid terpintar di sekolah itu. Namun seperti biasa, Rai akan menentukan sendiri dengan siapa dia akan bekerja sama.
“Rai, mau kemana?” Tanya Akash dengan berbisik saat melihat Rai berjalan ke arah pojok belakang.
Rai hanya terdiam sambil terus berjalan ke meja Esta dan meminta gadis itu untuk menjadi anggota kelompoknya.
Kali ini, Rai memilih temannya Trio, Akash, Tina dan terakhir, Esta. Dia memilih murid terpintar di kelas untuk kelompoknya, selain Esta tentu saja.
Ya, tanpa di duga, Rai memilih gadis yang bahkan tidak sibuk untuk mencari kelompok dan hanya duduk di bangkunya saja dan menunggu kelompok mana yang kekurangan orang.
“Rai, kamu gak salah?” Tanya Akash lagi setelah Rai kembali ke mejanya.
“Seenggaknya harus ada satu orang bodoh di kelompok kita biar adil.” Seloroh Rai datar.
Ia sama sekali tidak memperhatikan kalau Esta sedang ternganga tidak percaya dengan tindakannya.
“Kamu nunggu apa?” Pekik Trio kepada Esta. Ia meminta Esta untuk segera datang ke meja mereka.
Kerja kelompok itu berjalan dengan damai dan tentram. Hanya Esta saja yang sepertinya tidak mengerjakan apa-apa dan hanya menumpang nama dan tanda tangannya di lembar jawaban. Karna yang mengerjakan semua soal itu adalah Rai, Trio, Akash, dan Tina. Mereka sama sekali tidak meminta pendapatnya apalagi jawabannya.
Sebuah keberuntungan bagi Esta karna ia tidak perlu repot untuk mendapatkan nilai bagus. Tapi ia juga mendapatkan sebuah rasa tidak nyaman dan sakit saat ia sama sekali tidak dianggap walaupun ia merupakan aggota kelompok itu.
Tugas telah selesai, dan Esta kebagian tugas untuk mengumpulkannya kepada ketua kelas. Setelah itu iapun keluar dari ruang kelas dan bersiap untuk pulang.
Kelas 3.1 berada di lantai empat gedung sekolah. Sudah waktunya pulang namun Rai masih ingin bermain di lapangan volly, bersama dengan Trio dan Akash. Hal yang sering mereka lakukan.
Namun tanpa sepengetahuan Rai, ternyata Tina diam-diam mengikuti mereka dari belakang. Gadis itu sedang mengumpulkan keberanian untuk menyatakan perasaannya kepada Rai. Ia seperti tidak ingin melewatkan kesempatan saat mendapat perlakuan baik dari Rai saat kerja kelompok tadi. Ia merasa kalau Rai lebih memperhatikan dirinya.
“Ngapain kamu?” Tanya Trio.
“Aku mau ngomong sama Rai sebentar dong.” Ujar Tina meminta dua pria itu pergi.
Rai tidak menggubris. Ia hanya terus duduk di kursi tribun penonton.
Sementara Trio dan Akash menuruti permintaan Tina. Mereka sudah bisa menebak apa yang ingin di bicarakan oleh Tina kepada Rai jadi mereka meninggalkan gadis itu dan bersiap melihat wajah kekecewaan dari seorang Tina, gadis terpintar di kelas.
“Ngelihatin apa, sih?” Tina memulai pembicaraan dengan mendekati Rai dan ikut duduk di samping pria itu.
“Gak ada.” Jawab Rai datar. “Mau ngomong apa?”
“Rai, aku sayang sama kamu. Kita pacaran yuk.” Ujar Tina tiba-tiba dengan wajah yang sudah memerah.
Rai tidak nampak terkejut karna sudah menduganya. Tina adalah gadis ke sekian yang berani menyatakan perasaan padanya.
“Enggak.” Jawab Rai dengan tegas.
“Kamu bahkan gak butuh waktu buat berfikir? Aku suka banget sama kamu, Rai. Aku sayang sama kamu. Aku udah nyimpan perasaan ini lama banget. Dan baru sekarang aku berani ngungkapinnya.”
“Buang-buang waktu.” Dengus Rai tanpa mengalihkan wajahnya kepada Tina. Ia malah berdiri dan berniat meninggalkan Tina dan menyusul teman-temannya bermain volly.
Tina segera mengikuti langkah Rai dengan berlari kecil. Gadis itu menarik lengan Rai dan dengan berani menghentikannya. “Bukannya kamu juga ada perasaan ya sama aku? Buktinya tadi kamu perhatian banget sama aku.”
“Jangan mudah baper. Kapan aku perhatian sama kamu? Itu cuma perasaanmu aja.”
“Rai!” Pekik Tina tidak terima. Ia kecewa karna mendapatkan penolakan langsung dari pria yang ia kagumi.
Saat tubuh Rai berbalik, ia mendapati Esta yang sedang serius memperhatikannya. Gadis itu mematung di atas bangku tribun dan memperhatikan Rai dan Tina.
Namun setelah mendapat tatapan tajam dari Rai, Esta segera mengalihkan wajah ke bawah dan buru-buru membungkuk untuk mencari penanya yang tadi sempat terjatuh di sekitar itu.
“Lepasin.” Satu kata yang penuh penekanan.
Tina masih keras kepala. Ia mengikuti arah pandang Rai dan melihat Esta namun tidak peduli. Ia sedang patah hati karna penolakan dari Rai. Ia sudah tidak peduli dengan perasaan malunya karna Esta memperhatikan dirinya.
Karna Tina tidak menggubrisnya, akhirnya Rai mengibaskan tangannya sampai tangan Tina terlepas darinya dan segera berlari untuk berkumpul bersama dengan teman-temannya dan memulai permainan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Park Kyung Na
awal" udh 😭
2023-03-14
0
LenidewiLestari
mapir kesini, baru awalni kok dah ada air mata😭. awal yg bagus saya suka saya suka😁😁
2023-02-11
0
Kukuh Endro
seorang Rai yang tampan dan pintar juga kaya ada sebuah rahasia ya kak,, jd penasaran nih cerita selajutnya...👍
2022-11-04
0