Semesta Rai

Semesta Rai

BAB 1. Keadaan Yang Tidak Pernah Membaik Bagi Sebagian Orang.

Hai semuanya...

Perkenalkan, aku PiEl. Ini adalah novel pertamaku. Mohon dukungan dan saran dari para pembaca sekalian, ya... Semoga kalian suka dengan alur ceritanya. Maaf kalau cerita ini seperti cerita pasaran. Kalau ada yang tidak berkenan silahkan sampaikan kritiknya dengan bahasa yang lugas, ya. Karna aku juga lagi belajar dan aku sangat membutuhkan bimbingan dari  kalian semuanya.

Salam...

*****

SMA Negeri Lentera Bangsa, Jakarta.

Ding dung, ding dung, ding dung.

Suara bel istirahat berbunyi dan semua siswa segera beranjak dari tempat duduk mereka saat guru sudah pergi dari ruang kelas. Begitu juga dengan Esta, Desi, Tina, Arin, dan Tria. Lima gadis remaja itu segera menuju kekantin untuk membeli camilan. Hanya Esta yang tidak membeli apapun namun iatetap mengikuti teman-temannya ke kantin. Setelah itu mereka semua memilih duduk bersantai untuk menghabiskan sisa jam istirahat mereka di sebuah bangku yang menghadap ke lapangan Volly.

Di lapangan itu, nampak beberapa siswa laki-laki yang sedang bertanding ala-ala. Esta memilih untuk duduk di deretan bangku atas di belakang teman-temannya. Sementara teman-temannya sibuk berbisik sambil sesekali tertawa kecil.

Tidak di anggap, itu adalah makanan sehari-hari bagi seorang Semesta. Gadis bertubuh agak gempal itu bahkan tidak peduli selama ia tidak terlihat sendirian. Ia tidak keberatan jika di anggap tidak ada dan selalu di abaikan oleh teman-temannya. Ya, Esta tetap menganggap mereka adalah teman-temannya. Walaupun dengan kesadaran diri yang tinggi, ia sangat tau kalau hanya dirinyalah yang beranggapan seperti itu.

Semesta, dia hanyalah seorang gadis remaja biasa. Tidak punya prestasi apapun. Dengan tubuhnya yang sedikit gemuk itu dia bahkan tidak terlihat cantik, namun juga tidak jelek. Karet gelang merah selalu menjadi andalannya untuk mengikat rambutnya ke belakang agar terlihat sedikit lebihrapi, setidaknya itu menurutnya. Baju putih yang hampir berubah warna lengkap dengan rok yang bahkan  benang jahitannya sudah banyak yang menyembul keluar, membuat ia terlihat sedikit kumuh.

Sebenarnya dia terlihat sangat berantakan dan seadanya. Namun Esta tidak peduli. Bukan dia tidak mau menjadi lebih baik, namun keadaannya tidak pernah bisa berubah lebih baik sejak dulu. Kalau saja ada kasta, sepertinya takdir memang sengaja menempatkannya di bagian paling bawah. Ia berada di antara gerombolan orang-orang buangan.

Tapi walaupun begitu, Esta tetap bersikap baik. Ia tidak pernah mengeluh pada sang pemberi hidup walaupun ia jarang beribadah sekalipun.Gadis itu selalu taat dengan semua peraturan yang ada di bumi. Ia bahkan tidak pernah menerobos lampu APILL saat menyeberang jalan. Ia tidak pernah bolos sekolah kalau hanya terserang demam ringan saja.

Tapi itu semua hanya yang nampak dari luarnya saja. Di dalam, Esta memang sudah mati perasaannya. Hidupnya sama sekali tidak mudah. Ia berada di lingkungan yang menganggapnya sampah. Ditambah ia di besarkan oleh paman dan istrinya yang setiap hari selalu bertengkar namun anehnya, mereka tidak pernah berpisah.

Bekas luka? Itu sudah menjadi tato kebanggaan di punggung dan lengannya. Ia selalu menganggap luka-luka itu adalah sebuah luka kehormatan yang memang harus ia miliki. Setidaknya dengan cara diam seperti itulah, ia berterimakasih kepada paman dan bibinya karna sudah bersedia memberinya makan,tempat tinggal yang layak, serta sudah bersedia menyekolahkannya.

Kadar kecerdasannya yang pas-pasan, membuat Esta selalu nangkring di peringkat yang hampir akhir di kelasnya. Ya, setidaknya ia tidak di peringkat paling akhir. Masih ada dua orang temannya yang lebih bodoh dari dirinya. Itu sedikit membuatnya lega.

Tidak seperti pria tampan yang sedang bermain volly di depan sana, yang selalu menjadi peringkat teratas dalam hal nilai dan pertemanan,yang siapapun bisa melihat kalau pria itu pastilah mempunyai kehidupan yang sempurna. Itu bisa di lihat dari teman-temannya yang seperti punya kehidupan yang sama. Sama-sama tampan, dan sama-sama terlihat kaya. Pakaian yang di kenakan oleh mereka seperti bersinar. Bahkan wajah mereka memperlihatkan semuaitu.

“Uuuuuhhh... Keren. Prok,, prok,, prok..”

Teman-teman Esta nampak antusias saat melihat pria tampan itu melakukan smash dan menempatkan timnya menuju kemenangan.

“Pokoknya Rai itu gebetanku, ya. Gak ada yang boleh ngerebut dia, titik.” Desis Tina yang langsung mendapatkan senggolan di lengannya dari teman-temannya.

“Kamu itu cuma nge-crush aja bertahun-tahun. Tembak dong.” Goda Tria.

“Gila, ya nggak mungkin lah aku yang nembak duluan. Aku tetap akan mempertahankan harga diriku sebagai cewek.” Bela Tina.

“Jaman sekarang gak ada itu yang namanya hilang harga diri perkara nembak cowok duluan. Hajar terus mumpung kesempatan masih di depan mata.” Timpal Desi lagi.

Esta hanya mendengarkan mereka saja. Sesekali tatapan matanya melirik ke arah camilan yang sedang mereka makan. Ia menginginkan camilan itu.

“Banyak sainganmu, Tina.” Lanjut Tria.

“Kan? Gak heran sih, secara dia seganteng itu. Didukung ama otak yang cerdas plus anak kolongmerat.”

“Konglomerat, kali.” Protes Desi.

“Ya, pokoknya itulah.”

Esta sama sekali tidak berniat untuk ikut mengobrol. Ia hanya memperhatikan saja objek pembicaraan teman-temannya itu sambil sesekali menuliskan sesuatu di buku binder yang selalu ia bawa.

Karna terik matahari semakin panas, teman-teman Esta memilih untuk menyingkir dan mencari tempat berteduh agar bisa lebih fokus menatap pria idaman mereka. Dan lagi, mereka melupakan Esta.

Gadis itu sedang sibuk dengan bindernya sampai-sampai tidak menyadari kalau ia tinggal seorang diri di sana.

Buk!...

Tiba-tiba sebuah bola melayang dan terpantul tapat di samping kakinya, bola itu mengenai bindernya dan membuat binder itu terjatuh sebelum tersangkut kursi yang ada di depannya. Kejadian itu membuat Esta tersadar dan melihat ke sekeliling dengan bingung.

Esta segera memungut bindernya yang jatuh. Ia mencari penanya namun sudah menghilang entah kemana.

Salah satu pria idola sekolah itu langsung berlari mendekati bangku tempat Esta berada. Pria itu hanya menatap tanpa mengucap sepatah katapun. Ia hanya melihat Esta yang sedang sibuk mencari sesuatu di sekitarnya.

“Woi! Es teh! Lemparin bola itu ke sini!” Pekik pria lainnya yang masih berada di tengah lapangan.

Mendengar nama besarnya di sebut, Esta langsung menegakkan badannya dan melihat ke arah lapangan. Sekilas, pandangannya bertemu dengan pemilik mata indah yang di kagumi oleh banyak teman-teman se kelasnya itu.

Tanpa bicara, Rai hanya mengulurkan tangannya saja untuk meminta Esta mengembalikan bola  padanya. Untung Esta segera mengerti dan langsung mengambil bola itu dan melemparkannya kembali kepada Rai.

Tidak ada ucapan terimakasih yang perlu di dengar oleh Esta. Mungkin penampilannya itu sudah cukup menjelaskan bahwa ia hanyalah orang yang sudah seharusnya di abaikan. Apalagi tindakannya itu hanyalah sebuah sikap sepele dan tidak butuh pengakuan. Sebuah ucapan terimakasih hanyalah seperti kata mantra ajaib bagi Esta. Ia bahkan sudah tidak mengingat kapan dan siapa yang terakhir kali mengucapkan terimakasih selain para pelanggan yang ia layani di warung pecel lele milik Pakde Karya.

Tapi itu tidak masalah. Itu bukanlah hal besar baginya. Ia tidak butuh ucapan terimakasih apalagi dari pria poluler di sekolah karna memang ia tidak melakukan hal hebat. Hanya sebatas mengembalikan bola kepada pemainnya saja. Jadi apa yang bisa di harapkan?

Terpopuler

Comments

Dwi ratna

Dwi ratna

aq bru mampir ka,dr novel prima ke zinia mlh bru k pendahulu nya

2023-05-10

0

Zieya🖤

Zieya🖤

Akhirnya aku melayang kemari.....

2023-05-07

0

Park Kyung Na

Park Kyung Na

mampir

2023-03-13

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. Keadaan Yang Tidak Pernah Membaik Bagi Sebagian Orang.
2 BAB 2. Tidak Di Anggap Keberadaannya.
3 BAB 3. Entahlah, Keajaiban Macam Apa Ini.
4 BAB 4. Peniru Yang Baik, Jatuh Tepat Di Bawah pohon.
5 BAB 5. Dua Semesta Yang Berbeda.
6 BAB 6. Luka Yang Bisa Membuat Hati Rusak Dan Membusuk.
7 BAB 7. Cara Untuk Merayakan Kekalahan.
8 BAB 8. Semua Itu Hanya Alasan Untuk Melarikan Diri.
9 BAB 9. Teman Yang Benar-Benar Teman.
10 BAB 10. Apa Gunanya Menyesal Kalau Akhirnya Takdir Yang Ikut Campur?
11 BAB 11. Benteng yang Kokoh Itu, Hanyalah Sebuah Ilusi.
12 BAB 12. Pelajaran Bodoh Tapi Berharga Mahal.
13 BAB 13. Aib. Luka Bagi Orang-Orang Yang Berharga.
14 BAB 14. Dia Yang Menanggung Semua Perbuatanmu.
15 BAB 15. Teman Baru Yang Memberikan Kesenangan.
16 BAB 16. Mencoba Menjadi Kuat, Padahal Terluka Dan Hancur.
17 BAB 17. Persetan Dengan Nama Baik.
18 BAB 18. Menyerah Pada Setumpuk Cita-Cita Demi Pilihan Yang Bijaksana.
19 BAB 19. Dipaksa Dewasa Oleh Perbuatan.
20 BAB 20. Memaksa Diri Untuk Nyaman Dengan Kesendirian.
21 BAB 21. Semuanya Semakin Samar.
22 BAB 22. Tidak Ada Waktu Untuk Bersenang-Senang.
23 BAB 23. Perjuangan Hidup Dan Mati Untuk Sampai Di Titik Ini.
24 BAB 24. Airmataku Tidak Akan Keluar Semudah Itu.
25 BAB 25. Luka Yang Sama Dalam Bentuk Yang Berbeda.
26 BAB 26. Dua Orang Yang Sedang Menguatkan Satu Sama Lain.
27 BAB 27. Bodoh Itu Tidak Memalukan.
28 BAB 28. Wanita Akan Terlihat Cantik Di Mata Orang Yang Tepat.
29 BAB 29. Munafik Jika Tidak Tergoda.
30 BAB 30. Cangkang Kosong Yang Tidak Berisi.
31 BAB 31. Masih Tetap Menjadi Cangkang Kosong.
32 BAB 32. Merasa Di Asingkan. Keberadaanya Memang Tidak Berarti.
33 BAB 33. Kehancuran Yang Sudah Di Depan Mata.
34 BAB 34. Tempat Asing Bagi Kita.
35 BAB 35. Tidak Punya Nilai Tambah.
36 BAB 36. Rasa Iri Melihat Kebaikan Orang Lain.
37 BAB 37. Tidak Punya Tempat Untuk Melarikan Diri.
38 BAB 38. Keadaan Yang Sudah Mulai Membaik.
39 BAB 39. Tidak Ada Hasil Yang Menghianati Usaha.
40 BAB 40. Lemah Dengan Sedikit Perhatian. Karna Itu Adalah Kemewahan.
41 BAB 41. Memperhatikan Secukupnya Saja.
42 BAB 42. Dongeng Itu Tidak Seperti Ini.
43 BAB 43. Debaran Hati Yang Semakin Menjadi
44 BAB 44. Berusaha Mati-Matian Melawan Debaran.
45 BAB 45. Berada Di Zonanya Masing-Masing.
46 BAB 46. Kehangatan Keluarga Yang Membuat Hati Pias.
47 BAB 47. Celah. Jangan Lewati Batasan Itu.
48 BAB 48. Membuat Batasan Yang Lebih Kokoh.
49 BAB 49. Memaksa Diri Untuk Tidak Melampaui Batasan.
50 BAB 50. Ingin Memberikan Semua Kenyamanan.
51 BAB 51. Bertindak Diam-Diam Dengan Mengumpulkan Keberanian.
52 BAB 52. Suasana Suram Dan Kesunyian Yang Mendalam.
53 BAB 53. Tidak Ada Waktu Untuk Iri Dengan Hidup Orang Lain.
54 BAB 54. Semua Itu Adalah Sebuah Kebohongan.
55 BAB 55. Besar Gengsi. Membuat Salah Menanggapi.
56 BAB 56. Laksana Sinar Jingga Yang Menerpa Bumi.
57 BAB 57. 1% Si Pemilik Hati. Seperti Senja Yang Menyapu Awan Gelap.
58 BAB 58. Tak Perlu Malu Dengan Pandangan Orang Lain.
59 BAB 59. Pengumuman Akan Sebuah Rencana Besar.
60 BAB 60. Benteng Batasan Itu Sudah Hancur Tak Bersisa.
61 BAB 61. Semuanya Terjadi Karna Campur Tangan Takdir.
62 BAB 62. Terkadang, Mulut bisa Membunuh Tanpa Ampun.
63 BAB 63. Cinta Masa Muda Ternyata Juga Bisa Menyakitkan.
64 BAB 64. Seluruh Dunia Mencibir, Membuat Sejuta Perasaan Sakit
65 BAB 65. Ingin Menjadi Kuat. Agar Bisa Melindungimu.
66 BAB 66. Perasaan Itu Hanyalah Membuat Lemah.
67 BAB 67. Guntur Yang Membuat Dunia Serasa Runtuh.
68 BAB 68. Masih Jauh Dari Kata Dewasa.
69 BAB 69. Tidak Bisa Melupakan, Apalagi Memaafkan.
70 BAB 70. Senyumnya Terasa Gamang Dan Kosong.
71 BAB 71. Belum Bisa Sepenuhnya Mengiklaskan.
72 BAB 72. Bahtera Sudah Terkoyak. Kekuatan Yang Menjadi Kelemahan.
73 BAB 73. Sebuah Jalan Yang Seharusnya Tidak Mereka Tapaki.
74 BAB 74. Masa, Bukan Hanya Untuk Menunggu Seseorang Kembali.
75 BAB 75. Terimakasih Sandaran Ternyamanku....
76 Season 1, Selesai.
77 BAB 77. SEMESTA RAI Season 2.
78 BAB 78. Orang-Orang Yang Tidak Punya Pengakuan.
79 BAB 79. Bukan Tidak Beruntung, Hanya Kurang Bersyukur.
80 BAB 80. Dua Harapan Namun Bertolak Belakang.
81 BAB 81. Rasa Ingin Dan Takut Muncul Di Saat Bersamaan.
82 BAB 82. Semoga Waktu Memberi Kesempatan Kembali. Pendamba, Perindu, pejuang.
83 BAB 83. Seindah Kenangan Masa Lalu.
84 BAB 84. Setumpuk Harapan Yang Masih Belum Ada Kejelasan.
85 BAB 85. Memutus Setiap Kenangan Untuk Hati Yang Baru.
86 BAB 86. Butuh Waktu Lama Untuk Menjadi Kuat.
87 BAB 87. Rindu Itu Tidak Bisa di Usir.
88 BAB 88. Ada Yang Menarik Untuk DIperhatikan.
89 BAB 89. Sekarang Tidak Ingin Menahan Diri Lagi.
90 BAB 90. Ada Sedikit Rasa Kasihan Di Dalam Hati.
91 BAB 91. Senangnya Mendapat Pengakuan Dan Pujian.
92 BAB 92. Dasar Hati Kecil. Senangnya Bukan Main.
93 BAB 93. Berbohong Itu Menyakitkan Walaupun Ada Alasannya.
94 BAB 94. Hanya Tidak Ingin Menyembunyikan Apapun.
95 bab 95. Pelarian. Butuh Alasan Agar Tidak Menyalahkan Dri Sendiri.
96 BAB 96. Titik Rindu Yang Mampu Menggugurkan Rasa Marah.
97 BAB 97. Ada Cerita Yang Tersembunyi.
98 BAB 98. Perasaan Itu Semakin Menciut.
99 BAB 99. Keadaan Yang Tidak Terlalu Baik.
100 BAB 100. Akhirnya, Ikhlas Itu Datang Juga.
101 BAB 101. Hanya Ingin Tetap Menjadi Sandaran Ternyaman.
102 BAB 102. Semua Hanya Mimpi.
103 BAB 103. Ingin Menghancurkan Dinding Keraguan.
104 BAB 104. Tidak Suka Melihat Caranya Memperlakukan Pria lain.
105 BAB 105. Tidak Akan Ada Orang Yang Sanggup Jika Berurusan Dengan Kehilangan.
106 BAB 106. Mencari Titik Keraguan.
107 BAB 107. Dalam Memulai Sesuatu, Fikiran Selalu Menolak Untuk Baik-Baik Saja.
108 BAB 108. Wajah Yang Teduh Namun Sangat sulit Untuk Di taklukan.
109 BAB 109. Hanya Rai Yang Boleh Melindungi Semestanya.
110 BAB 110. Semua Prosesnya Harus Di Lalui Dengan Benar.
111 BAB 111. Akan Menunjukkan Semua Perasaan Yang Ada.
112 BAB 112. Seburuk Apapun Hubungannya, Hatinya Tetap Mencelos.
113 BAB 113. Semua Rasa Sakit Itu Hanya Bagian Dari Masalalu.
114 BAB 114. Jarak Tidak Lantas Membuat Perasaan Menjauh.
115 BAB 115. Ternyata Sudah Sekian Lama Waktu Berlalu.
116 BAB 116. Tak Perlu Mendendam Terhadap Rasa Sakit.
117 BAB 117. Pasti Ada Yang Terluka Dibalik Kebahagiaan Orang Lain.
118 BAB 118. Bukan Bermaksud Untuk Pamer, Tapi Memang Ada rasa Bangga.
119 BAB 119. Rindu Yang Tidak Bisa Di Ibaratkan Dengan Apapun.
120 BAB 120. Yang Namanya Kebetulan Itu Tidak Bisa Dihindari.
121 BAB 121. Ada Sebongkah Rasa Malu.
122 BAB 122. Tujuan Untuk Memperbaiki Hubungan Yang Sudah Rusak.
123 BAB 123. Buah Dan Pohon.
124 BAB 124. Tamparan Dari Ucapan Bisa Jauh Lebih Menyakitkan.
125 BAB 125. Rencana Hilang Ditelan Ketidaksabaran.
126 BAB 126. Setiap Orang Punya Seseorang Yang Tidak Di Sukainya.
127 BAB 127. Kenangan Yang Terselip Dalam Angka.
128 BAB 128. Datang Di Waktu Yang Sangat Tidak Tepat, Membuat Kecewa.
129 BAB 129. Untuk Menghabiskan Waktu Berdua.
130 BAB 130. Memperhatikan Diri Sendiri Sebelum Memperhatikan Orang Lain.
131 BAB 131. Salah Satu Candunya, Masih Seperti Mimpi.
132 BAB 132. Satu-Satunya Semesta Milik Rai. Sampai Maut Memisahkannya Dari Semestanya.
133 TERIMAKASIH!!
134 Bonchap 1.
135 Bonchap 2.
136 Boncap 3.
137 My Handsome Rich Husband. Launching!
138 Metalmorfosis.
139 Novel Baru.
Episodes

Updated 139 Episodes

1
BAB 1. Keadaan Yang Tidak Pernah Membaik Bagi Sebagian Orang.
2
BAB 2. Tidak Di Anggap Keberadaannya.
3
BAB 3. Entahlah, Keajaiban Macam Apa Ini.
4
BAB 4. Peniru Yang Baik, Jatuh Tepat Di Bawah pohon.
5
BAB 5. Dua Semesta Yang Berbeda.
6
BAB 6. Luka Yang Bisa Membuat Hati Rusak Dan Membusuk.
7
BAB 7. Cara Untuk Merayakan Kekalahan.
8
BAB 8. Semua Itu Hanya Alasan Untuk Melarikan Diri.
9
BAB 9. Teman Yang Benar-Benar Teman.
10
BAB 10. Apa Gunanya Menyesal Kalau Akhirnya Takdir Yang Ikut Campur?
11
BAB 11. Benteng yang Kokoh Itu, Hanyalah Sebuah Ilusi.
12
BAB 12. Pelajaran Bodoh Tapi Berharga Mahal.
13
BAB 13. Aib. Luka Bagi Orang-Orang Yang Berharga.
14
BAB 14. Dia Yang Menanggung Semua Perbuatanmu.
15
BAB 15. Teman Baru Yang Memberikan Kesenangan.
16
BAB 16. Mencoba Menjadi Kuat, Padahal Terluka Dan Hancur.
17
BAB 17. Persetan Dengan Nama Baik.
18
BAB 18. Menyerah Pada Setumpuk Cita-Cita Demi Pilihan Yang Bijaksana.
19
BAB 19. Dipaksa Dewasa Oleh Perbuatan.
20
BAB 20. Memaksa Diri Untuk Nyaman Dengan Kesendirian.
21
BAB 21. Semuanya Semakin Samar.
22
BAB 22. Tidak Ada Waktu Untuk Bersenang-Senang.
23
BAB 23. Perjuangan Hidup Dan Mati Untuk Sampai Di Titik Ini.
24
BAB 24. Airmataku Tidak Akan Keluar Semudah Itu.
25
BAB 25. Luka Yang Sama Dalam Bentuk Yang Berbeda.
26
BAB 26. Dua Orang Yang Sedang Menguatkan Satu Sama Lain.
27
BAB 27. Bodoh Itu Tidak Memalukan.
28
BAB 28. Wanita Akan Terlihat Cantik Di Mata Orang Yang Tepat.
29
BAB 29. Munafik Jika Tidak Tergoda.
30
BAB 30. Cangkang Kosong Yang Tidak Berisi.
31
BAB 31. Masih Tetap Menjadi Cangkang Kosong.
32
BAB 32. Merasa Di Asingkan. Keberadaanya Memang Tidak Berarti.
33
BAB 33. Kehancuran Yang Sudah Di Depan Mata.
34
BAB 34. Tempat Asing Bagi Kita.
35
BAB 35. Tidak Punya Nilai Tambah.
36
BAB 36. Rasa Iri Melihat Kebaikan Orang Lain.
37
BAB 37. Tidak Punya Tempat Untuk Melarikan Diri.
38
BAB 38. Keadaan Yang Sudah Mulai Membaik.
39
BAB 39. Tidak Ada Hasil Yang Menghianati Usaha.
40
BAB 40. Lemah Dengan Sedikit Perhatian. Karna Itu Adalah Kemewahan.
41
BAB 41. Memperhatikan Secukupnya Saja.
42
BAB 42. Dongeng Itu Tidak Seperti Ini.
43
BAB 43. Debaran Hati Yang Semakin Menjadi
44
BAB 44. Berusaha Mati-Matian Melawan Debaran.
45
BAB 45. Berada Di Zonanya Masing-Masing.
46
BAB 46. Kehangatan Keluarga Yang Membuat Hati Pias.
47
BAB 47. Celah. Jangan Lewati Batasan Itu.
48
BAB 48. Membuat Batasan Yang Lebih Kokoh.
49
BAB 49. Memaksa Diri Untuk Tidak Melampaui Batasan.
50
BAB 50. Ingin Memberikan Semua Kenyamanan.
51
BAB 51. Bertindak Diam-Diam Dengan Mengumpulkan Keberanian.
52
BAB 52. Suasana Suram Dan Kesunyian Yang Mendalam.
53
BAB 53. Tidak Ada Waktu Untuk Iri Dengan Hidup Orang Lain.
54
BAB 54. Semua Itu Adalah Sebuah Kebohongan.
55
BAB 55. Besar Gengsi. Membuat Salah Menanggapi.
56
BAB 56. Laksana Sinar Jingga Yang Menerpa Bumi.
57
BAB 57. 1% Si Pemilik Hati. Seperti Senja Yang Menyapu Awan Gelap.
58
BAB 58. Tak Perlu Malu Dengan Pandangan Orang Lain.
59
BAB 59. Pengumuman Akan Sebuah Rencana Besar.
60
BAB 60. Benteng Batasan Itu Sudah Hancur Tak Bersisa.
61
BAB 61. Semuanya Terjadi Karna Campur Tangan Takdir.
62
BAB 62. Terkadang, Mulut bisa Membunuh Tanpa Ampun.
63
BAB 63. Cinta Masa Muda Ternyata Juga Bisa Menyakitkan.
64
BAB 64. Seluruh Dunia Mencibir, Membuat Sejuta Perasaan Sakit
65
BAB 65. Ingin Menjadi Kuat. Agar Bisa Melindungimu.
66
BAB 66. Perasaan Itu Hanyalah Membuat Lemah.
67
BAB 67. Guntur Yang Membuat Dunia Serasa Runtuh.
68
BAB 68. Masih Jauh Dari Kata Dewasa.
69
BAB 69. Tidak Bisa Melupakan, Apalagi Memaafkan.
70
BAB 70. Senyumnya Terasa Gamang Dan Kosong.
71
BAB 71. Belum Bisa Sepenuhnya Mengiklaskan.
72
BAB 72. Bahtera Sudah Terkoyak. Kekuatan Yang Menjadi Kelemahan.
73
BAB 73. Sebuah Jalan Yang Seharusnya Tidak Mereka Tapaki.
74
BAB 74. Masa, Bukan Hanya Untuk Menunggu Seseorang Kembali.
75
BAB 75. Terimakasih Sandaran Ternyamanku....
76
Season 1, Selesai.
77
BAB 77. SEMESTA RAI Season 2.
78
BAB 78. Orang-Orang Yang Tidak Punya Pengakuan.
79
BAB 79. Bukan Tidak Beruntung, Hanya Kurang Bersyukur.
80
BAB 80. Dua Harapan Namun Bertolak Belakang.
81
BAB 81. Rasa Ingin Dan Takut Muncul Di Saat Bersamaan.
82
BAB 82. Semoga Waktu Memberi Kesempatan Kembali. Pendamba, Perindu, pejuang.
83
BAB 83. Seindah Kenangan Masa Lalu.
84
BAB 84. Setumpuk Harapan Yang Masih Belum Ada Kejelasan.
85
BAB 85. Memutus Setiap Kenangan Untuk Hati Yang Baru.
86
BAB 86. Butuh Waktu Lama Untuk Menjadi Kuat.
87
BAB 87. Rindu Itu Tidak Bisa di Usir.
88
BAB 88. Ada Yang Menarik Untuk DIperhatikan.
89
BAB 89. Sekarang Tidak Ingin Menahan Diri Lagi.
90
BAB 90. Ada Sedikit Rasa Kasihan Di Dalam Hati.
91
BAB 91. Senangnya Mendapat Pengakuan Dan Pujian.
92
BAB 92. Dasar Hati Kecil. Senangnya Bukan Main.
93
BAB 93. Berbohong Itu Menyakitkan Walaupun Ada Alasannya.
94
BAB 94. Hanya Tidak Ingin Menyembunyikan Apapun.
95
bab 95. Pelarian. Butuh Alasan Agar Tidak Menyalahkan Dri Sendiri.
96
BAB 96. Titik Rindu Yang Mampu Menggugurkan Rasa Marah.
97
BAB 97. Ada Cerita Yang Tersembunyi.
98
BAB 98. Perasaan Itu Semakin Menciut.
99
BAB 99. Keadaan Yang Tidak Terlalu Baik.
100
BAB 100. Akhirnya, Ikhlas Itu Datang Juga.
101
BAB 101. Hanya Ingin Tetap Menjadi Sandaran Ternyaman.
102
BAB 102. Semua Hanya Mimpi.
103
BAB 103. Ingin Menghancurkan Dinding Keraguan.
104
BAB 104. Tidak Suka Melihat Caranya Memperlakukan Pria lain.
105
BAB 105. Tidak Akan Ada Orang Yang Sanggup Jika Berurusan Dengan Kehilangan.
106
BAB 106. Mencari Titik Keraguan.
107
BAB 107. Dalam Memulai Sesuatu, Fikiran Selalu Menolak Untuk Baik-Baik Saja.
108
BAB 108. Wajah Yang Teduh Namun Sangat sulit Untuk Di taklukan.
109
BAB 109. Hanya Rai Yang Boleh Melindungi Semestanya.
110
BAB 110. Semua Prosesnya Harus Di Lalui Dengan Benar.
111
BAB 111. Akan Menunjukkan Semua Perasaan Yang Ada.
112
BAB 112. Seburuk Apapun Hubungannya, Hatinya Tetap Mencelos.
113
BAB 113. Semua Rasa Sakit Itu Hanya Bagian Dari Masalalu.
114
BAB 114. Jarak Tidak Lantas Membuat Perasaan Menjauh.
115
BAB 115. Ternyata Sudah Sekian Lama Waktu Berlalu.
116
BAB 116. Tak Perlu Mendendam Terhadap Rasa Sakit.
117
BAB 117. Pasti Ada Yang Terluka Dibalik Kebahagiaan Orang Lain.
118
BAB 118. Bukan Bermaksud Untuk Pamer, Tapi Memang Ada rasa Bangga.
119
BAB 119. Rindu Yang Tidak Bisa Di Ibaratkan Dengan Apapun.
120
BAB 120. Yang Namanya Kebetulan Itu Tidak Bisa Dihindari.
121
BAB 121. Ada Sebongkah Rasa Malu.
122
BAB 122. Tujuan Untuk Memperbaiki Hubungan Yang Sudah Rusak.
123
BAB 123. Buah Dan Pohon.
124
BAB 124. Tamparan Dari Ucapan Bisa Jauh Lebih Menyakitkan.
125
BAB 125. Rencana Hilang Ditelan Ketidaksabaran.
126
BAB 126. Setiap Orang Punya Seseorang Yang Tidak Di Sukainya.
127
BAB 127. Kenangan Yang Terselip Dalam Angka.
128
BAB 128. Datang Di Waktu Yang Sangat Tidak Tepat, Membuat Kecewa.
129
BAB 129. Untuk Menghabiskan Waktu Berdua.
130
BAB 130. Memperhatikan Diri Sendiri Sebelum Memperhatikan Orang Lain.
131
BAB 131. Salah Satu Candunya, Masih Seperti Mimpi.
132
BAB 132. Satu-Satunya Semesta Milik Rai. Sampai Maut Memisahkannya Dari Semestanya.
133
TERIMAKASIH!!
134
Bonchap 1.
135
Bonchap 2.
136
Boncap 3.
137
My Handsome Rich Husband. Launching!
138
Metalmorfosis.
139
Novel Baru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!