BAB 4. Peniru Yang Baik, Jatuh Tepat Di Bawah pohon.

Rai mencibir dari balik helmnya saat melihat sebuah mobil sedan mewah yang terparkir di depan kosnya. Namun ia tetap memarkirkan sepeda motornya dan turun dari sana kemudian langsung menghampiri Danang yang sedang duduk terpaku di teras kosnya.

“Sudah pulang, Den?” Tanya Danang ramah. Ia langsung berdiri dari duduknya.

“Ngapain mamang kesini?” Tanya Rai sambil membuka kamar kosnya.

“Saya di suruh bapak buat jemput Aden pulang ke rumah. Katanya ada yang mau di bicarakan, penting, begitu.” Jelas pria berumur 40 tahunan itu.

“Kan bisa telfon aja.”

“Kata bapak harus di sampaikan langsung sama Aden.”

“Sebentar ya, Mang. Aku ganti baju dulu.” Ujar Rai yang langsung masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti seragam sekolah yang ia pakai. “Kalau nggak Mamang pulang duluan aja. Biar aku naik motor.” Jelas Rai lagi kepada Danang.

“Ya udah, Den.” Dan Danang segera berlalu meninggalkan Rai lebih dulu.

Rai berkacak pinggang sambil menoleh kepada jam dinding yang bertengger di atas tempat tidurnya. Sudah hampir jam enam sore. Sebentar lagi hari sudah mulai gelap. Semburat warna jingga matahari tersapu oleh kabut asap yang menebal di langit Jakarta. Semakin hari, polusi udara semakin menjadi.

Rai sengaja mengulur waktu dengan bermain ponsel. Ia tidak ingin cepat-cepat sampai ke rumah ayahnya, tempat yang sebisa mungkin ia hindari. Namun ia juga tidak bisa menolak perintah untuk datang karna pasti ada suatu hal penting yang ingin di bicarakan ayahnya.

Pukul 7 malam, barulah Rai melajukan sepeda motornya menuju ke kediaman sang ayah. Sesampainya di sana, ia segera di sambut oleh Danang yang membukakan pintu gerbang untuknya.

“Bapak udah nunggu Aden dari tadi.” Bisik Danang hati-hati.

“Tadi ngerjain PR dulu, Mang.” Jelas Rai berbohong.

Rai segera masuk ke dalam rumah mewah itu. Rumah yang punya banyak kenangan buruk bagi Rai. Ia mengernyit saat tidak mendapati figura ibunya yang biasa menempel di dekat pintu masuk.

“Dimana foto mama, Mang?”

Danang tidak berani menjawab. Pria itu hanya berusaha menghindari tatapan Rai yang jelas sedang menuntut jawaban.

“Rai!!” Sebuah suara yang berasal dari ruang tamu membuat Rai tidak jadi melanjutkan pertanyaannya kepada Danang. Ia lantas melangkahkan kakinya menuju ke ruang tamu.

Tatapan Rai berubah saat melihat siapa yang sedang duduk di sofa ruang tamu. Di sana ada Fandi, ayahnya. Dan seorang wanita beserta anak kecil yang sedang terlelap di gendongannya.

Firasat Rai buruk mengenai situasi yang ada di hadapannya. Namun ia tetap berjalan dan mendudukkan diri di sofa di depan ayahnya.

“Udah makan?” Tanya Fandi.

Rai hanya mengangguk kecil saja.”Kenapa Papa suruh aku datang?”

“Duduk dululah sebentar, baru ngobrol.” Nampak sekali kalau Fandi sedang berusaha untuk mencairkan suasana. Ia bisa merasakan apa yang tersirat dari tatapan putranya itu.

“Aku gak punya waktu, Pa. Banyak PR yang belum selesai.” Lagi-lagi Rai beralasan.

Namun untuk beberapa saat, Fandi tidak juga mengatakan tujuannya memanggil Rai. Sementara Rai terus melirik kepada wanita di samping ayahnya. Wanita itu hanya terdiam dan tidak berani berkutik.

“Jadi Papa mau ngomong apa?” Rai sudah tidak sabar karna ayahnya malah diam saja.

“Ehm,,, jadi gini. Papa mau ngenalin, ini, istri papa. Sebenernya kami udah lama nikah siri.”

Rai terdiam. Seperti yang sudah ia duga. “Terus?” Tanggapannya sangat dingin.

“Kok tanggapanmu begitu?” Tanya Fandi yang merasa tersinggung dengan reaksi putranya.

“Jadi aku harus bilang apa? Nyelamatin pernikahan kalian? Aku harus kirim bunga atau apa?”

“Rai?” Fandi tidak menyangka kalau Rai sengaja menyulut pertengkaran, lagi.

“Kenapa harus bilang sekarang padahal Papa udah lama nikahnya? Seharusnya gak usah peduli buat ngasih tau aku sekarang. Gak ada gunanya. Aku gak peduli.”

“Rai!!” Kali ini Fandi sudah terpancing emosinya, ia bicara dengan nada tinggi.

“Kalau gak ada yang penting lagi, aku mau pulang.” Ujar Rai yang langsung berdiri begitu saja.

“Dimana sopan santunmu?! Dia istri papa. Seenggaknya hormati dia sebagai orang yang lebih tua dari kamu. Nurun siapa sih sifat brengsekmu itu?”

Kalimat itu mampu membuat langkah kaki Rai terhenti. Ia membalikkan badan dan menatap lurus kepada ayahnya.

“Kenapa Papa masih tanya? Aku ini peniru yang baik. Memangnya dari siapa aku belajar jadi orang brengsek? Apa Papa lupa pepatah, buah jatuh gak jauh dari pohonnya? Aku, jatuh tepat di bawah batang pohon itu.” Kali ini Rai berkata sambil membelalakkan matanya. Ia sungguh marah kepada ayahnya.

Entahlah, runyam sekali kehidupan yang ia rasakan. Tidak ada niat untuk bersikap baik kepada ayahnya. Luka di hatinya sangat sulit untuk di jabarkan. Bahkan dengan melihat wajah ayahnya saja sudah membuatnya muak dan marah.

“Rai!!! Kamu!!!” Fandi langsung merangsek mendekati Rai dan menampar pipi putranya itu.

Plak!!!

Rai tidak berkutik, bahkan kepalanya sama sekali tidak bergeser sedikitpun. Rasanya tetap sama. Bukan pipinya yang terasa sakit, tapi hatinya yang sedang tercabik-cabik.

Ia menatap datar ayahnya tanpa ekspresi. Sementara istri baru Fandi berusaha untuk menenangkan suaminya dan menarik lengan Fandi agar menjauh dari Rai.

“Sebenarnya kamu ini kenapa Rai?! Sebesar apa sih kesalahan papa sama kamu sampai kamu bersikap begini?”

“Bukannya Papa yang lebih tau? Papa kan orang dewasa. Papa selalu bilang kalau aku ini anak kecil yang gak seharusnya ikut campur urusan Papa. Papa juga menyuruhku diam saat mama dan kakak pergi dari rumah ini dan akhirnya mereka... Mereka...” Rai tidak sanggup untuk melanjutkan kalimatnya. Terlalu sakit.

“Sampai kapan kamu mau nyalahin papa atas kepergian mama dan kakakmu? Mamamu pergi atas kemauannya sendiri, jadi buat apa papa larang?”

“Alasan klasik. Cerita lama. Papa cuma gak mau nyalahin diri sendiri, papa pengen benar sendiri karna itu papa nyalahin pilihan mama. Memangnya karna siapa mama ambil keputusan itu?”

“Rai!! Cukup!!”

“Ya. Semoga pernikahan kalian bahagia.” Dengus Rai sambil berbalik dan pergi meninggalkan rumah itu.

Rai membawa semua rasa marah dan kecewanya dari rumah itu. Ia menyimpan rapi semua rasa sakit di dalam lubang yang menganga di hatinya. Kemudian menutupnya dengan prestasi dan senyum palsu. Untung wajah tampannya mendukung itu semua.

Rai melajukan sepeda motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Ia sengaja mencari jalanan sepi agar ia bisa melampiaskan semuanya lewat tarikan pedal gas. Dalam hati ia berharap untuk terjatuh, namun keseimbangannya terlalu sempurna untuk mendukung niatnya itu.

Rai melakukan hal itu sampai larut malam. Ia terus berkeliling tak tentu arah hingga ia merasa lelah sendiri. Ia merasa seperti sedang berada di dalam sebuah sirkuit yang tak berujung dan tak punya jalan untuk keluar. Tidak ada garis finish seberapa cepatpun ia melaju. Ia terperangkap dalam luka yang tak kasat mata.

Terpopuler

Comments

Rita

Rita

sama2 sakit sm2 kecewa

2023-10-04

0

rintik

rintik

akankah takdir menyatukan Rai dan esta

2022-09-06

1

𝗺𝗮𝘂𝗹𝘆ᵈᵉʷⁱ

𝗺𝗮𝘂𝗹𝘆ᵈᵉʷⁱ

Rai punya luka mungkin korban broken home ya

2022-09-06

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. Keadaan Yang Tidak Pernah Membaik Bagi Sebagian Orang.
2 BAB 2. Tidak Di Anggap Keberadaannya.
3 BAB 3. Entahlah, Keajaiban Macam Apa Ini.
4 BAB 4. Peniru Yang Baik, Jatuh Tepat Di Bawah pohon.
5 BAB 5. Dua Semesta Yang Berbeda.
6 BAB 6. Luka Yang Bisa Membuat Hati Rusak Dan Membusuk.
7 BAB 7. Cara Untuk Merayakan Kekalahan.
8 BAB 8. Semua Itu Hanya Alasan Untuk Melarikan Diri.
9 BAB 9. Teman Yang Benar-Benar Teman.
10 BAB 10. Apa Gunanya Menyesal Kalau Akhirnya Takdir Yang Ikut Campur?
11 BAB 11. Benteng yang Kokoh Itu, Hanyalah Sebuah Ilusi.
12 BAB 12. Pelajaran Bodoh Tapi Berharga Mahal.
13 BAB 13. Aib. Luka Bagi Orang-Orang Yang Berharga.
14 BAB 14. Dia Yang Menanggung Semua Perbuatanmu.
15 BAB 15. Teman Baru Yang Memberikan Kesenangan.
16 BAB 16. Mencoba Menjadi Kuat, Padahal Terluka Dan Hancur.
17 BAB 17. Persetan Dengan Nama Baik.
18 BAB 18. Menyerah Pada Setumpuk Cita-Cita Demi Pilihan Yang Bijaksana.
19 BAB 19. Dipaksa Dewasa Oleh Perbuatan.
20 BAB 20. Memaksa Diri Untuk Nyaman Dengan Kesendirian.
21 BAB 21. Semuanya Semakin Samar.
22 BAB 22. Tidak Ada Waktu Untuk Bersenang-Senang.
23 BAB 23. Perjuangan Hidup Dan Mati Untuk Sampai Di Titik Ini.
24 BAB 24. Airmataku Tidak Akan Keluar Semudah Itu.
25 BAB 25. Luka Yang Sama Dalam Bentuk Yang Berbeda.
26 BAB 26. Dua Orang Yang Sedang Menguatkan Satu Sama Lain.
27 BAB 27. Bodoh Itu Tidak Memalukan.
28 BAB 28. Wanita Akan Terlihat Cantik Di Mata Orang Yang Tepat.
29 BAB 29. Munafik Jika Tidak Tergoda.
30 BAB 30. Cangkang Kosong Yang Tidak Berisi.
31 BAB 31. Masih Tetap Menjadi Cangkang Kosong.
32 BAB 32. Merasa Di Asingkan. Keberadaanya Memang Tidak Berarti.
33 BAB 33. Kehancuran Yang Sudah Di Depan Mata.
34 BAB 34. Tempat Asing Bagi Kita.
35 BAB 35. Tidak Punya Nilai Tambah.
36 BAB 36. Rasa Iri Melihat Kebaikan Orang Lain.
37 BAB 37. Tidak Punya Tempat Untuk Melarikan Diri.
38 BAB 38. Keadaan Yang Sudah Mulai Membaik.
39 BAB 39. Tidak Ada Hasil Yang Menghianati Usaha.
40 BAB 40. Lemah Dengan Sedikit Perhatian. Karna Itu Adalah Kemewahan.
41 BAB 41. Memperhatikan Secukupnya Saja.
42 BAB 42. Dongeng Itu Tidak Seperti Ini.
43 BAB 43. Debaran Hati Yang Semakin Menjadi
44 BAB 44. Berusaha Mati-Matian Melawan Debaran.
45 BAB 45. Berada Di Zonanya Masing-Masing.
46 BAB 46. Kehangatan Keluarga Yang Membuat Hati Pias.
47 BAB 47. Celah. Jangan Lewati Batasan Itu.
48 BAB 48. Membuat Batasan Yang Lebih Kokoh.
49 BAB 49. Memaksa Diri Untuk Tidak Melampaui Batasan.
50 BAB 50. Ingin Memberikan Semua Kenyamanan.
51 BAB 51. Bertindak Diam-Diam Dengan Mengumpulkan Keberanian.
52 BAB 52. Suasana Suram Dan Kesunyian Yang Mendalam.
53 BAB 53. Tidak Ada Waktu Untuk Iri Dengan Hidup Orang Lain.
54 BAB 54. Semua Itu Adalah Sebuah Kebohongan.
55 BAB 55. Besar Gengsi. Membuat Salah Menanggapi.
56 BAB 56. Laksana Sinar Jingga Yang Menerpa Bumi.
57 BAB 57. 1% Si Pemilik Hati. Seperti Senja Yang Menyapu Awan Gelap.
58 BAB 58. Tak Perlu Malu Dengan Pandangan Orang Lain.
59 BAB 59. Pengumuman Akan Sebuah Rencana Besar.
60 BAB 60. Benteng Batasan Itu Sudah Hancur Tak Bersisa.
61 BAB 61. Semuanya Terjadi Karna Campur Tangan Takdir.
62 BAB 62. Terkadang, Mulut bisa Membunuh Tanpa Ampun.
63 BAB 63. Cinta Masa Muda Ternyata Juga Bisa Menyakitkan.
64 BAB 64. Seluruh Dunia Mencibir, Membuat Sejuta Perasaan Sakit
65 BAB 65. Ingin Menjadi Kuat. Agar Bisa Melindungimu.
66 BAB 66. Perasaan Itu Hanyalah Membuat Lemah.
67 BAB 67. Guntur Yang Membuat Dunia Serasa Runtuh.
68 BAB 68. Masih Jauh Dari Kata Dewasa.
69 BAB 69. Tidak Bisa Melupakan, Apalagi Memaafkan.
70 BAB 70. Senyumnya Terasa Gamang Dan Kosong.
71 BAB 71. Belum Bisa Sepenuhnya Mengiklaskan.
72 BAB 72. Bahtera Sudah Terkoyak. Kekuatan Yang Menjadi Kelemahan.
73 BAB 73. Sebuah Jalan Yang Seharusnya Tidak Mereka Tapaki.
74 BAB 74. Masa, Bukan Hanya Untuk Menunggu Seseorang Kembali.
75 BAB 75. Terimakasih Sandaran Ternyamanku....
76 Season 1, Selesai.
77 BAB 77. SEMESTA RAI Season 2.
78 BAB 78. Orang-Orang Yang Tidak Punya Pengakuan.
79 BAB 79. Bukan Tidak Beruntung, Hanya Kurang Bersyukur.
80 BAB 80. Dua Harapan Namun Bertolak Belakang.
81 BAB 81. Rasa Ingin Dan Takut Muncul Di Saat Bersamaan.
82 BAB 82. Semoga Waktu Memberi Kesempatan Kembali. Pendamba, Perindu, pejuang.
83 BAB 83. Seindah Kenangan Masa Lalu.
84 BAB 84. Setumpuk Harapan Yang Masih Belum Ada Kejelasan.
85 BAB 85. Memutus Setiap Kenangan Untuk Hati Yang Baru.
86 BAB 86. Butuh Waktu Lama Untuk Menjadi Kuat.
87 BAB 87. Rindu Itu Tidak Bisa di Usir.
88 BAB 88. Ada Yang Menarik Untuk DIperhatikan.
89 BAB 89. Sekarang Tidak Ingin Menahan Diri Lagi.
90 BAB 90. Ada Sedikit Rasa Kasihan Di Dalam Hati.
91 BAB 91. Senangnya Mendapat Pengakuan Dan Pujian.
92 BAB 92. Dasar Hati Kecil. Senangnya Bukan Main.
93 BAB 93. Berbohong Itu Menyakitkan Walaupun Ada Alasannya.
94 BAB 94. Hanya Tidak Ingin Menyembunyikan Apapun.
95 bab 95. Pelarian. Butuh Alasan Agar Tidak Menyalahkan Dri Sendiri.
96 BAB 96. Titik Rindu Yang Mampu Menggugurkan Rasa Marah.
97 BAB 97. Ada Cerita Yang Tersembunyi.
98 BAB 98. Perasaan Itu Semakin Menciut.
99 BAB 99. Keadaan Yang Tidak Terlalu Baik.
100 BAB 100. Akhirnya, Ikhlas Itu Datang Juga.
101 BAB 101. Hanya Ingin Tetap Menjadi Sandaran Ternyaman.
102 BAB 102. Semua Hanya Mimpi.
103 BAB 103. Ingin Menghancurkan Dinding Keraguan.
104 BAB 104. Tidak Suka Melihat Caranya Memperlakukan Pria lain.
105 BAB 105. Tidak Akan Ada Orang Yang Sanggup Jika Berurusan Dengan Kehilangan.
106 BAB 106. Mencari Titik Keraguan.
107 BAB 107. Dalam Memulai Sesuatu, Fikiran Selalu Menolak Untuk Baik-Baik Saja.
108 BAB 108. Wajah Yang Teduh Namun Sangat sulit Untuk Di taklukan.
109 BAB 109. Hanya Rai Yang Boleh Melindungi Semestanya.
110 BAB 110. Semua Prosesnya Harus Di Lalui Dengan Benar.
111 BAB 111. Akan Menunjukkan Semua Perasaan Yang Ada.
112 BAB 112. Seburuk Apapun Hubungannya, Hatinya Tetap Mencelos.
113 BAB 113. Semua Rasa Sakit Itu Hanya Bagian Dari Masalalu.
114 BAB 114. Jarak Tidak Lantas Membuat Perasaan Menjauh.
115 BAB 115. Ternyata Sudah Sekian Lama Waktu Berlalu.
116 BAB 116. Tak Perlu Mendendam Terhadap Rasa Sakit.
117 BAB 117. Pasti Ada Yang Terluka Dibalik Kebahagiaan Orang Lain.
118 BAB 118. Bukan Bermaksud Untuk Pamer, Tapi Memang Ada rasa Bangga.
119 BAB 119. Rindu Yang Tidak Bisa Di Ibaratkan Dengan Apapun.
120 BAB 120. Yang Namanya Kebetulan Itu Tidak Bisa Dihindari.
121 BAB 121. Ada Sebongkah Rasa Malu.
122 BAB 122. Tujuan Untuk Memperbaiki Hubungan Yang Sudah Rusak.
123 BAB 123. Buah Dan Pohon.
124 BAB 124. Tamparan Dari Ucapan Bisa Jauh Lebih Menyakitkan.
125 BAB 125. Rencana Hilang Ditelan Ketidaksabaran.
126 BAB 126. Setiap Orang Punya Seseorang Yang Tidak Di Sukainya.
127 BAB 127. Kenangan Yang Terselip Dalam Angka.
128 BAB 128. Datang Di Waktu Yang Sangat Tidak Tepat, Membuat Kecewa.
129 BAB 129. Untuk Menghabiskan Waktu Berdua.
130 BAB 130. Memperhatikan Diri Sendiri Sebelum Memperhatikan Orang Lain.
131 BAB 131. Salah Satu Candunya, Masih Seperti Mimpi.
132 BAB 132. Satu-Satunya Semesta Milik Rai. Sampai Maut Memisahkannya Dari Semestanya.
133 TERIMAKASIH!!
134 Bonchap 1.
135 Bonchap 2.
136 Boncap 3.
137 My Handsome Rich Husband. Launching!
138 Metalmorfosis.
139 Novel Baru.
Episodes

Updated 139 Episodes

1
BAB 1. Keadaan Yang Tidak Pernah Membaik Bagi Sebagian Orang.
2
BAB 2. Tidak Di Anggap Keberadaannya.
3
BAB 3. Entahlah, Keajaiban Macam Apa Ini.
4
BAB 4. Peniru Yang Baik, Jatuh Tepat Di Bawah pohon.
5
BAB 5. Dua Semesta Yang Berbeda.
6
BAB 6. Luka Yang Bisa Membuat Hati Rusak Dan Membusuk.
7
BAB 7. Cara Untuk Merayakan Kekalahan.
8
BAB 8. Semua Itu Hanya Alasan Untuk Melarikan Diri.
9
BAB 9. Teman Yang Benar-Benar Teman.
10
BAB 10. Apa Gunanya Menyesal Kalau Akhirnya Takdir Yang Ikut Campur?
11
BAB 11. Benteng yang Kokoh Itu, Hanyalah Sebuah Ilusi.
12
BAB 12. Pelajaran Bodoh Tapi Berharga Mahal.
13
BAB 13. Aib. Luka Bagi Orang-Orang Yang Berharga.
14
BAB 14. Dia Yang Menanggung Semua Perbuatanmu.
15
BAB 15. Teman Baru Yang Memberikan Kesenangan.
16
BAB 16. Mencoba Menjadi Kuat, Padahal Terluka Dan Hancur.
17
BAB 17. Persetan Dengan Nama Baik.
18
BAB 18. Menyerah Pada Setumpuk Cita-Cita Demi Pilihan Yang Bijaksana.
19
BAB 19. Dipaksa Dewasa Oleh Perbuatan.
20
BAB 20. Memaksa Diri Untuk Nyaman Dengan Kesendirian.
21
BAB 21. Semuanya Semakin Samar.
22
BAB 22. Tidak Ada Waktu Untuk Bersenang-Senang.
23
BAB 23. Perjuangan Hidup Dan Mati Untuk Sampai Di Titik Ini.
24
BAB 24. Airmataku Tidak Akan Keluar Semudah Itu.
25
BAB 25. Luka Yang Sama Dalam Bentuk Yang Berbeda.
26
BAB 26. Dua Orang Yang Sedang Menguatkan Satu Sama Lain.
27
BAB 27. Bodoh Itu Tidak Memalukan.
28
BAB 28. Wanita Akan Terlihat Cantik Di Mata Orang Yang Tepat.
29
BAB 29. Munafik Jika Tidak Tergoda.
30
BAB 30. Cangkang Kosong Yang Tidak Berisi.
31
BAB 31. Masih Tetap Menjadi Cangkang Kosong.
32
BAB 32. Merasa Di Asingkan. Keberadaanya Memang Tidak Berarti.
33
BAB 33. Kehancuran Yang Sudah Di Depan Mata.
34
BAB 34. Tempat Asing Bagi Kita.
35
BAB 35. Tidak Punya Nilai Tambah.
36
BAB 36. Rasa Iri Melihat Kebaikan Orang Lain.
37
BAB 37. Tidak Punya Tempat Untuk Melarikan Diri.
38
BAB 38. Keadaan Yang Sudah Mulai Membaik.
39
BAB 39. Tidak Ada Hasil Yang Menghianati Usaha.
40
BAB 40. Lemah Dengan Sedikit Perhatian. Karna Itu Adalah Kemewahan.
41
BAB 41. Memperhatikan Secukupnya Saja.
42
BAB 42. Dongeng Itu Tidak Seperti Ini.
43
BAB 43. Debaran Hati Yang Semakin Menjadi
44
BAB 44. Berusaha Mati-Matian Melawan Debaran.
45
BAB 45. Berada Di Zonanya Masing-Masing.
46
BAB 46. Kehangatan Keluarga Yang Membuat Hati Pias.
47
BAB 47. Celah. Jangan Lewati Batasan Itu.
48
BAB 48. Membuat Batasan Yang Lebih Kokoh.
49
BAB 49. Memaksa Diri Untuk Tidak Melampaui Batasan.
50
BAB 50. Ingin Memberikan Semua Kenyamanan.
51
BAB 51. Bertindak Diam-Diam Dengan Mengumpulkan Keberanian.
52
BAB 52. Suasana Suram Dan Kesunyian Yang Mendalam.
53
BAB 53. Tidak Ada Waktu Untuk Iri Dengan Hidup Orang Lain.
54
BAB 54. Semua Itu Adalah Sebuah Kebohongan.
55
BAB 55. Besar Gengsi. Membuat Salah Menanggapi.
56
BAB 56. Laksana Sinar Jingga Yang Menerpa Bumi.
57
BAB 57. 1% Si Pemilik Hati. Seperti Senja Yang Menyapu Awan Gelap.
58
BAB 58. Tak Perlu Malu Dengan Pandangan Orang Lain.
59
BAB 59. Pengumuman Akan Sebuah Rencana Besar.
60
BAB 60. Benteng Batasan Itu Sudah Hancur Tak Bersisa.
61
BAB 61. Semuanya Terjadi Karna Campur Tangan Takdir.
62
BAB 62. Terkadang, Mulut bisa Membunuh Tanpa Ampun.
63
BAB 63. Cinta Masa Muda Ternyata Juga Bisa Menyakitkan.
64
BAB 64. Seluruh Dunia Mencibir, Membuat Sejuta Perasaan Sakit
65
BAB 65. Ingin Menjadi Kuat. Agar Bisa Melindungimu.
66
BAB 66. Perasaan Itu Hanyalah Membuat Lemah.
67
BAB 67. Guntur Yang Membuat Dunia Serasa Runtuh.
68
BAB 68. Masih Jauh Dari Kata Dewasa.
69
BAB 69. Tidak Bisa Melupakan, Apalagi Memaafkan.
70
BAB 70. Senyumnya Terasa Gamang Dan Kosong.
71
BAB 71. Belum Bisa Sepenuhnya Mengiklaskan.
72
BAB 72. Bahtera Sudah Terkoyak. Kekuatan Yang Menjadi Kelemahan.
73
BAB 73. Sebuah Jalan Yang Seharusnya Tidak Mereka Tapaki.
74
BAB 74. Masa, Bukan Hanya Untuk Menunggu Seseorang Kembali.
75
BAB 75. Terimakasih Sandaran Ternyamanku....
76
Season 1, Selesai.
77
BAB 77. SEMESTA RAI Season 2.
78
BAB 78. Orang-Orang Yang Tidak Punya Pengakuan.
79
BAB 79. Bukan Tidak Beruntung, Hanya Kurang Bersyukur.
80
BAB 80. Dua Harapan Namun Bertolak Belakang.
81
BAB 81. Rasa Ingin Dan Takut Muncul Di Saat Bersamaan.
82
BAB 82. Semoga Waktu Memberi Kesempatan Kembali. Pendamba, Perindu, pejuang.
83
BAB 83. Seindah Kenangan Masa Lalu.
84
BAB 84. Setumpuk Harapan Yang Masih Belum Ada Kejelasan.
85
BAB 85. Memutus Setiap Kenangan Untuk Hati Yang Baru.
86
BAB 86. Butuh Waktu Lama Untuk Menjadi Kuat.
87
BAB 87. Rindu Itu Tidak Bisa di Usir.
88
BAB 88. Ada Yang Menarik Untuk DIperhatikan.
89
BAB 89. Sekarang Tidak Ingin Menahan Diri Lagi.
90
BAB 90. Ada Sedikit Rasa Kasihan Di Dalam Hati.
91
BAB 91. Senangnya Mendapat Pengakuan Dan Pujian.
92
BAB 92. Dasar Hati Kecil. Senangnya Bukan Main.
93
BAB 93. Berbohong Itu Menyakitkan Walaupun Ada Alasannya.
94
BAB 94. Hanya Tidak Ingin Menyembunyikan Apapun.
95
bab 95. Pelarian. Butuh Alasan Agar Tidak Menyalahkan Dri Sendiri.
96
BAB 96. Titik Rindu Yang Mampu Menggugurkan Rasa Marah.
97
BAB 97. Ada Cerita Yang Tersembunyi.
98
BAB 98. Perasaan Itu Semakin Menciut.
99
BAB 99. Keadaan Yang Tidak Terlalu Baik.
100
BAB 100. Akhirnya, Ikhlas Itu Datang Juga.
101
BAB 101. Hanya Ingin Tetap Menjadi Sandaran Ternyaman.
102
BAB 102. Semua Hanya Mimpi.
103
BAB 103. Ingin Menghancurkan Dinding Keraguan.
104
BAB 104. Tidak Suka Melihat Caranya Memperlakukan Pria lain.
105
BAB 105. Tidak Akan Ada Orang Yang Sanggup Jika Berurusan Dengan Kehilangan.
106
BAB 106. Mencari Titik Keraguan.
107
BAB 107. Dalam Memulai Sesuatu, Fikiran Selalu Menolak Untuk Baik-Baik Saja.
108
BAB 108. Wajah Yang Teduh Namun Sangat sulit Untuk Di taklukan.
109
BAB 109. Hanya Rai Yang Boleh Melindungi Semestanya.
110
BAB 110. Semua Prosesnya Harus Di Lalui Dengan Benar.
111
BAB 111. Akan Menunjukkan Semua Perasaan Yang Ada.
112
BAB 112. Seburuk Apapun Hubungannya, Hatinya Tetap Mencelos.
113
BAB 113. Semua Rasa Sakit Itu Hanya Bagian Dari Masalalu.
114
BAB 114. Jarak Tidak Lantas Membuat Perasaan Menjauh.
115
BAB 115. Ternyata Sudah Sekian Lama Waktu Berlalu.
116
BAB 116. Tak Perlu Mendendam Terhadap Rasa Sakit.
117
BAB 117. Pasti Ada Yang Terluka Dibalik Kebahagiaan Orang Lain.
118
BAB 118. Bukan Bermaksud Untuk Pamer, Tapi Memang Ada rasa Bangga.
119
BAB 119. Rindu Yang Tidak Bisa Di Ibaratkan Dengan Apapun.
120
BAB 120. Yang Namanya Kebetulan Itu Tidak Bisa Dihindari.
121
BAB 121. Ada Sebongkah Rasa Malu.
122
BAB 122. Tujuan Untuk Memperbaiki Hubungan Yang Sudah Rusak.
123
BAB 123. Buah Dan Pohon.
124
BAB 124. Tamparan Dari Ucapan Bisa Jauh Lebih Menyakitkan.
125
BAB 125. Rencana Hilang Ditelan Ketidaksabaran.
126
BAB 126. Setiap Orang Punya Seseorang Yang Tidak Di Sukainya.
127
BAB 127. Kenangan Yang Terselip Dalam Angka.
128
BAB 128. Datang Di Waktu Yang Sangat Tidak Tepat, Membuat Kecewa.
129
BAB 129. Untuk Menghabiskan Waktu Berdua.
130
BAB 130. Memperhatikan Diri Sendiri Sebelum Memperhatikan Orang Lain.
131
BAB 131. Salah Satu Candunya, Masih Seperti Mimpi.
132
BAB 132. Satu-Satunya Semesta Milik Rai. Sampai Maut Memisahkannya Dari Semestanya.
133
TERIMAKASIH!!
134
Bonchap 1.
135
Bonchap 2.
136
Boncap 3.
137
My Handsome Rich Husband. Launching!
138
Metalmorfosis.
139
Novel Baru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!