Kutunggu Jandamu
Malam yang sepi, jam menunjukkan pukul 12 tengah malam, Dinda terbangun dari tidurnya, dan menyadari kalau dia masih berada di dalam kamar anak nya, dia ketiduran ketika menidurkan anaknya Arka.
"Ah, sudah tengah malam, Mas Ardi masih belum pulang," gumamnya.
Dinda pun beranjak dari tempat tidur anak nya, dan masuk ke dalam kamar nya sendiri. Sambil menunggu suaminya pulang, iseng-iseng dia membuka aplikasi Facebook-nya.
Melihat kembali fotonya bersama Arka yang diunggahnya tadi sore.
Dan ia melihat akun yang bernamakan Cinta terpendam, selalu melihat dan menyukai status nya.
Siapa sebenarnya dia? apa teman sekelas ku? Soalnya aku konfirmasi permintaan pertemanan nya karena foto profil nya yang berupa gedung sekolah ku dulu, pikirnya.
Namun akhirnya Dinda pun tak dapat menahan rasa kantuknya dan tertidur.
Esok paginya Dinda terbangun dan mendapati suaminya sudah tidur di sampingnya.
"Aku lagi-lagi tidak menyadari kamu pulang Mas. Maafin aku ya," bisiknya pelan.
Kemudian Dinda bangun dan mulai melakukan tugasnya sebagai ibu rumah tangga.
"Tadi malam Mas lembur lagi, maaf ya Din," kata Ardi ketika sudah di meja makan.
"Iya, nggak apa-apa Mas, kemarin sore Mas kan udah kasih tau juga sama Dinda," kata Dinda sambil tersenyum.
"Mungkin malam ini aku harus lembur lagi, karena pekerjaan kemarin belum selesai," katanya lagi sambil melirik istrinya sekilas.
"Aku harus mengejar target penyelesaian proyek ini dengan cepat, biar tahun ini aku dipromosikan naik jabatan," sambungnya.
"Iya Mas, semoga keinginan Mas tercapai," sahut Dinda menyemangati.
"Nanti kalau Papa sudah naik jabatannya, Papa mau belikan mobil buat Arka," kata Ardi sambil mencubit halus pipi anaknya.
"Horeee... Arka bakalan naik mobil dong kalau ke Sekolah," seru Arka riang mendengar perkataan Papanya.
"Ya sudah, Mas berangkat duluan ya, nanti jangan lupa kamu servis motornya Din," kata Ardi setelah menghabiskan suapan terakhir nya.
"Iya Mas," jawab Dinda.
Setelah suaminya berangkat, Dinda pun mengantarkan Arka ke sekolah dengan motornya.
Keadaan ekonomi mereka memang tidak mewah, Dinda hanya memiliki motor sebagai alat transportasi. Sementara Ardi memakai mobil, karena perusahaan tempatnya bekerja berada di kota dan jauh dari rumah nya.
Berhubung Ardi hanyalah pegawai biasa di sebuah perusahaan, dan Dinda hanyalah seorang ibu rumah tangga.
Lima belas menit perjalanan, Dinda dengan anaknya pun sampai di Sekolah.
"Arka masuk dulu ya Ma," kata Arka kecil dan menyalami ibunya sambil tersenyum begitu manisnya.
"Iya sayang, nanti Mama jemput ya." Dinda mengecup dahi anaknya lembut.
Setelah anaknya masuk, seorang wanita paruh baya menyapanya.
"Mama Arka ya?" tanya ibu-ibu itu.
Dinda menoleh dan tersenyum ramah.
"Iya Bu, Ibu baru nganterin anaknya juga ya?"
"Iya, saya sering liat Arka dianterin mamanya," jawab si Ibu.
"Tapi kok saya gak pernah liat papanya Arka ya?" sambungnya.
"Iya Bu, memang saya yang selalu nganterin Arka ke sekolah, karena ayahnya sibuk bekerja, jadi gak sempet nganterin."
"Ooh gitu, maaf saya lancang nanyain, soalnya saya sempet mikir kalau Mama Arka singgle parents," katanya merasa bersalah.
"Iya, ngak apa-apa Bu. Ya udah, kalo gitu saya duluan ya Bu, mau nganterin motor buat di servis."
"Wah, Mama Arka memang mandiri ya, mau servis motor juga dibawa sendiri," puji si Ibu.
Dinda tersenyum tipis mendengarnya.
"Cuma nggak mau ngerepotin suami aja Bu."
Dinda menghidupkan kembali motornya.
Jarak Sekolah Arka dengan tempat servis nya tidak lah jauh.
Dinda membawa motornya pelan, walaupun jalanannya tidak lah ramai. Karena daerah tempat tinggalnya bukanlah di pusat kota. Berhubung semua pekerjaan di rumah sudah dikerjakannya, jadi tidak buru-buru untuk pulang ke rumah.
Dia kembali terpikirkan kata-kata Ibu-ibu tadi.
Memang selama ini, Ardi tidak pernah membantunya mengurus Arka.
Bahkan dihari acara di Sekolah Arka yang mengharuskan kehadiran kedua orangtuanya, Ardi juga tidak bisa menemaninya.
Hh... Mas Ardi sibuk bekerja, bukannya tidak peduli, pikirnya sambil menghela nafas.
Tiba-tiba saja lamunannya buyar dan ia begitu terkejut melihat sebuah mobil berwarna hitam dengan cepat menyalipnya dari belakang, dan berhenti tepat di depannya.
Dinda yang panik ikut menghentikan motornya.
Lalu dari mobil itu turun seseorang yang memakai pakaian serba hitam dan memakai masker yang menutup separuh wajah nya.
Orang itu langsung berjalan dengan cepat ke arah Dinda. Tanpa basa-basi dia membekap seluruh wajah Dinda dengan sebuah sapu tangan.
Dinda pun memberontak sekuat tenaga dan menarik tangan orang itu dari wajahnya. Tapi ada bau menusuk yang masuk kedalam hidungnya ketika dia menarik nafas.
Setelah beberapa saat, Dinda terkulai lemas tak sadarkan diri karena menghirup aroma obat bius yang ada disapu tangan itu.
Dengan sigap orang itu membopong tubuh Dinda kedalam mobilnya.
Saat itu jalanan sedikit sepi, yang ada hanya beberapa pengendara motor yang masih jauh dari tempat itu.
Setelah meletakkan Dinda kedalam mobilnya, ia langsung mengebut mobilnya dengan kencang.
Begitu mobil yang membawa Dinda sudah melaju, dari belakang menyusul sebuah mobil berwarna putih dan berhenti tepat di samping motor Dinda.
Dari dalam mobil itu turun seseorang yang memakai helm dan langsung mengendarai motor Dinda yang tergeletak di tengah jalan.
*****
Mobil hitam itu terus melaju dengan cepat, membawa Dinda jauh dari rumahnya, dari anaknya, dan dari suaminya.
Sesaat kemudian tampak si pengemudi menekan sebuah tombol di mobilnya untuk mengangkat telepon.
"Gimana? motornya udah aman?" tanyanya tanpa melepaskan maskernya.
Sesaat ia mendengar jawaban dari seberang.
"Udah bos"
Lalu laki-laki itu menutup teleponnya dan fokus menyetir kembali.
Setelah Satu jam mengemudi, tampak laki-laki itu mengurangi kecepatan mobilnya, dan ia melirik sedikit ke arah Dinda .
Lalu dia melepas masker yang menutupi wajahnya.
Wajah tampan dibalik masker itu terlihat dingin dan kaku.
Mata nya yang tajam menatap kembali kearah jalan didepannya. Dia menghela nafas yang tampak berat, dan terus mengemudikan mobilnya tanpa henti.
Tiga jam sudah mobil itu masih melaju. Tampak Dinda mulai menggerakkan tangannya, dan membuka matanya.
Laki-laki itu terkejut melihat Dinda yang sudah sadar.
Dengan cepat ia menepikan mobilnya, dan langsung mengambil sapu tangan yang mengandung obat bius dari sakunya. Lalu dia menutup wajah Dinda kembali dengan sapu tangan itu.
Mata indah Dinda terbelalak menatap laki-laki asing yang menutup mulut dan hidungnya itu. Refleks Dinda kembali meronta.
Siapa laki-laki ini sebenarnya? pikirnya saat melihat wajah tampan di depannya yang terlihat panik.
Namun kesadaran nya kembali menghilang ketika ia menghirup aroma obat bius. Perlahan tubuh Dinda melemah dan kepalanya bersandar di bahu si laki-laki tampan.
Laki-laki itu menghela nafas lega.
Tanpa disadari jantungnya berdegup kencang merasakan wajah Dinda yang sangat dekat dengan wajahnya.
Laki-laki itu tampak gugup dan langsung memindahkan kepala Dinda bersandar ke sandaran kursinya kembali.
Setelah menarik nafas dalam-dalam ia menyalakan lagi mesin mobilnya dan melaju membelah jalanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
bau2 clbk
2021-05-17
0
Kuma Saha
permulaan nya udah rame pasti seru
2020-09-08
1
Setyowti Puji Rahayu
nyimakk
2020-09-06
4