Dinda menatap ke arah pintu dengan mata terbelalak. Lalu terdengar suara kunci pintu kamarnya dibuka. Dinda semakin ketakutan dan tubuhnya mengejang kaku.
Setelah terdengar suara kunci pintu yang diputar, Dinda melihat pintu itu terbuka dengan perlahan.
Dia merasa sangat takut, tubuhnya bergetar dan tangan nya terasa sangat dingin.
Dari luar pintu terdengar suara erangan keras, Dinda semakin merasakan dadanya menjadi sesak dan susah bernafas.
Seketika insting Dinda bereaksi. Dia harus mencari sesuatu buat dijadikan alat untuk melindungi diri.
Matanya dengan cepat melihat vas bunga yang ada di meja di pinggir tempat tidur.
Dinda langsung mengambil dan menggenggam vas kaca itu dengan kuat.
Perlahan tampak tubuh Vino yang memasuki kamar.
Mata Dinda langsung tertuju pada tangan Vino yang berlumuran darah segar, dan di mulutnya juga terlihat cairan darah yang mengalir.
Dinda merasa kan tubuhnya seketika membatu, ia juga merasa lidah nya menjadi kelu.
Dengan langkah yang terlihat diseret, Vino berjalan ke arah Dinda.
Dinda semakin sulit bernafas.
Akhirnya dia berusaha menekan rasa takutnya dan memaksa diri nya untuk berteriak sekuatnya.
"Tolooong... seseorang tolong aku. Aku mau di bunuh..." teriaknya.
Dinda semakin meringkuk dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Tolong... jangan sakiti aku, maaf kan aku", pintanya memelas.
Beberapa detik kemudian, tidak terdengar suara apapun dari Vino, yang ada hanya suara tangisan Dinda dari balik tangannya.
Namun tiba-tiba saja Dinda mendengar suara sesuatu jatuh di depan nya.
Refleks Dinda berteriak histeris lagi.
"Aaaaaaakh! Tolong jangan! Aku mohon!" Raung Dinda dengan tangis yang semakin keras, tangan yang menutupi wajahnya semakin bergetar.
Namun setelah beberapa saat, tidak ada suara apa-apa lagi di depannya. Dinda menjadi bingung. Benaknya terus membayangkan Vino sedang melakukan apa di depannya.
Dan di dalam bayangan nya, Vino sedang memegang pisau dan menyeringai padanya.
Ia tidak ingin melihat, ia takut sekali.
Namun beberapa menit kemudian suasana masih hening.
Akhirnya Dinda memberanikan diri untuk mengintip dari celah-celah jarinya.
Tapi ia tidak melihat ada Vino berdiri di depan nya.
Dinda menjadi heran.
Kemana dia menghilang? Pikirnya.
Perlahan ia membuka tangan yang menutupi wajahnya. Dan ia sangat terkejut saat melihat ke lantai. Tubuh Vino tergeletak di hadapannya.
"Apa yang terjadi? Kenapa dia jatuh? Apa ia pingsan?" Dinda sangat bingung melihat Vino sekarang tersungkur di depan nya.
Dia tak berani bergerak sedikit pun dan menunggu reaksi dari penculik nya ini. Namun setelah beberapa saat kemudian, tubuh itu tetap tak bergeming.
Pelan- pelan Dinda mendorong tubuh Vino untuk membalikkan tubuhnya dengan vas bunga.
Tampak wajah tampan itu begitu pucat dengan mulut yang berdarah.
Lalu tiba-tiba saja bibirnya bergerak.
"Aku akan meminum darahmu sampai habis wanita jahat" katanya sambil mengerang.
Refleks Dinda menjauh dari Vino sambil menutup mulutnya, keringat nya sudah bercucuran membasahi tubuhnya.
"Dia baru saja meminum darah?" batin Dinda dengan perasaan ngeri.
Seketika Dinda bangun dan langsung berlari ke arah pintu kamar yang terbuka.
Setelah sampai diluar Dinda menyadari bahwa kamar nya berada di lantai atas saat melihat ada tangga di sebelah kanannya.
Dinda langsung menuruni tangga secepat mungkin dan kemudian dia langsung mencari pintu keluar. Dengan cepat ia menarik pintunya, tapi ternyata pintu itu terkunci.
Dinda kembali mencari ke ruangan lain bahkan sampai ke ruangan belakang, namun tidak ada pintu keluar yang bisa dibuka.
Dinda semakin merasa frustasi, tidak ada jalan keluar sama sekali, bahkan semua jendela nya dipasangi terali besi
"Ya Tuhan... apa yang harus kulakukan" Dinda mondar mandir sambil menjambak rambutnya sendiri, dia begitu panik sampai nafasnya ngos-ngosan.
Dia takut Vino akan terbangun kembali dan membunuhnya
Kemudian tiba-tiba dia berhenti, seperti telah menemukan ide.
Ya... kalau aku tidak bisa keluar sendiri, tentu saja aku harus membuat orang yang mengurungku membawaku keluar, pikirnya.
"Ini kesempatanku selagi dia pingsan, aku harus mengikatnya!" seru Dinda.
Dia langsung berlari menuju ruang penyimpanan yang telah dia masuki saat mencari jalan keluar, dan langsung mencari tali.
Namun sayangnya, tidak terlihat ada tali sedikit pun di sana. Dinda hampir putus asa, tapi kemudian ia melihat ada gulungan kabel di lantai, dengan cepat ia mengambilnya dan bergegas keluar.
Dia juga mengambil pisau di dapur untuk berjaga jaga.
Kemudian Dinda berlari kembali ke kamar atas. Begitu sampai di depan pintu, dia berhenti sejenak untuk mengumpulkan keberanian sambil menarik nafas dalam-dalam.
Ia mengintip sedikit dari samping pintu yang terbuka dan melihat tubuh Vino yang masih tergeletak di sana.
Dinda mendekat sedikit demi sedikit sambil mengacungkan pisaunya.
Seperti nya dia masih pingsan, pikirnya.
Lalu dengan perlahan, mula-mula ia mengikat kaki Vino. Dengan susah payah ia berusaha melilitkan kabel itu sambil mengangkat kaki Vino. Setelah itu dia mencoba mendorong perlahan tubuh Vino dan menelungkupkan tubuh laki-laki itu agar bisa di ikat tangannya ke belakang. Jantung Dinda berdetak kencang dengan tangan yang bergetar.
Ia sangat takut kalau tiba-tiba Vino bangkit dan menyerangnya.
Setelah selesai, Dinda menarik nafas lega, dan langsung terduduk di lantai. Tubuh nya terasa sangat lemas karena energi nya terkuras habis saat dia ketakutan tadi. Ia duduk di sana untuk beristirahat. Tangan kanannya menggenggam pisau erat-erat.
Mata Dinda terus tertuju kepada Vino untuk mengawasi nya. Ia harus berjaga malam ini, ia tidak ingin tertidur.
Tiba-tiba saja ia teringat dengan ponsel Vino.
Kenapa aku bodoh sekali? Seharusnya aku mengambil ponselnya dan menelepon Mas Ardi, pikirnya.
Dinda pun mendekati tubuh Vino dan memeriksa sakunya. Dan ia pun mendapatkan ponsel itu. Dinda hampir saja berteriak kegirangan, namun cepat-cepat dia menutup mulutnya.
Dinda langsung mengaktifkan ponsel Vino, tapi sayang sekali, harapan nya kembali pupus, karena ternyata ponselnya memakai kode pengunci. Dinda meremas ponsel itu kuat-kuat. ingin rasanya ia menangis.
Ia meletakkan kembali ponsel itu disampingnya.
Akhirnya ia pun menyerah. Satu-satunya cara yang tersisa hanya dengan mengancam Vino setelah dia bangun.
Dinda bangkit berdiri dan mondar-mandir di dalam kamar itu untuk menghilangkan rasa kantuknya. Ia berusaha agar tidak tertidur, karena harus berjaga untuk mengawasi Vino. Setelah lelah mondar-mandir, Dinda pun duduk kembali. Namun kelelahannya malah memicu rasa kantuknya. Dan tanpa bisa ia tahan lagi, ia pun tertidur.
Bersambung....
Halo pembaca ku yang baik... Menurut kalian, Vino atau Dinda yang akan bangun duluan? Berhasil kah Dinda melarikan diri? Tulis tebakan kalian di komentar ya...
Terimakasih sudah mampir di novel ini. jangan lupa like, rate 5, dan favorit nya ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Andi Fitri
suaminya mana tuh istri hilang ko gk di cari..
2021-01-05
0
Nhur Aj Hasna
pasti vino yg dluan bangun
2020-10-10
1
⟁ Jojo 🌱🐛
semoga vino duluan yang bangun 🤣
KALO SENGGANG MAMPIR YA KE NOVEL SAYA, JUDULNYA
KISAHKU
JANGAN LUPA LIKE, RATE SAMA TINGGALIN JEJAK MAKASIH
2020-09-09
0