Barista Mencari Cinta
Pov dali
"Jadi kamu pilih yang mana? pilih anaknya Pak Wahyu? Apa anak Pak Bagas nih? tanya Pak Agung yang terus meledekku.
"Yah boro-boro milih pak, merekanya aja belum tentu mau sama saya" ujarku sambil menarik nafas dalam merasa risih saja diledek terus seperti itu.
"Atau lebih baik dua-duanya! kan boleh tuh poligami, mantap!" Saran Pak Agung sambil mengedipkan mata sebelah kanannya.
"Udah Pak, jangan ngeledekin terus, bapak itu Mendingan tidur, daripada melek berisik" jawabku sambil menujukan wajah datar.
Obrolan itu terhenti setelah datang waiter membawa pesanan kita, nasi putih hangat dan ikan gurame bakar ditambah sambal Matah membuat mulut Pak agung terhenti mengoceh karena terisi dengan nasi, walaupun Pak Agung sangat suka sekali mengoceh, namun ketika makan dia akan berhenti, menurutnya Kita harus menghormati makanan dengan cara menikmatinya, dan tanpa suara ketika kita melahapnya.
Selesai makan siang aku diantarkan Pak Agung ke kontrakanku dulu, sebelum dia pulang ke rumahnya dan kita berjanji akan membahas penjualan rumah itu, nanti dengan tim broker setelah kusiapkan semua berkasnya.
Setelah Pak Agung pergi meninggalkanku, aku masuk ke kontrakan untuk membaringkan tubuhku yang terasa lelah, setelah membawa mobil dengan jarak yang cukup jauh, itu sangat melelahkan, karena aku belum terbiasa membawa mobil, apalagi kota Jakarta yang terkenal dengan kemacetannya.
Mataku terbuka setelah adzan Ashar berkumandang terdengar di masjid yang tak jauh dari tempat tinggalku, dengan langkah gontai Aku menuju kamar mandi untuk membersihkan badanku, yang tadi belum sempat ku kerjakan tadi, rasa ngantuk itu mengalahkan semuanya.
Dengan cepat Aku Basuh seluruh tubuhku dengan air, agar tidak ketinggalan untuk melaksanakan salat asar berjamaah.
"Nggak apa-apa nggak terlalu bersih juga, yang penting tubuhku sudah kena air, biar badanku kembali segar, lagian aku ganteng ini!" gumamku sambil terus meratakan Seluruh badanku dengan busa sabun.
Selesai mandi aku bergegas memakai pakaianku, dan berlari menuju arah masjid, berlari seperti orang yang dikejar masa karena menjambret ras emak emak dipasae. Selesai salat aku kembali ke kontrakan untuk memulai pekerjaan yang tadi sempat tertunda Karena rasa capek dan ngantuk.
Ku Nyalakan Komputer lalu ku pindahkan file foto yang tadi ku ambil dari rumah pak Bowo ke komputer, untuk diedit dulu supaya lebih menarik minat para pembeli, setengah jam berlalu aku masih mengutak atik foto itu agar lebih meniarik, namun kerjaanku terhenti setelah ada notifikasi pesan di ponselku.
Kuraih ponselku lalu membuka aplikasi pesan ternyata ada pesan, dari seseorang yang membuatku merasa heran dengan tiba-tiba beliau mengundangku, untuk makan malam.
"Maaf dalam rangka apa Pak, takut salah kostum hehehe" balas ku melalui aplikasi berwarna hijau berlogo telepon itu.
Pesanku berubah warna dari centang silver menjadi centang biru menandakan bahwa orang yang aku kirim pesan telah membacanya, tak lama setelah pesan itu berwarna biru di bawah namanya, tertulis "sedang menulis" menandakan beliau akan segera membalas pesanmu.
( Acara keluarga saja, hanya ada kamu, saya dan anak istri saya ) Balas pria yang memberikanku bonus setelah membantu melancarkan pembelian tanahnya.
( Insya Allah, siap pak, kapan dan di mana tempatnya ) balasku, sebenarnya pengen menolak namun itu sangat tidak baik, karena berkat beliau lah aku bisa memiliki rumah. Lagian ini kan cuma hanya makan malam, itung-itung perbaikan gizi daripada makan di sini beli terus.
"Nanti malam jam 19:00, Bagaimana kamu bisa hadir untuk acara makan malam kita, saya share loc untuk lokasinya ) balas Pak Wahyu diikuti dengan titik koordinat lokasi, yang harus aku datangi nanti malam.
( Insya Allah siap ) balasku lalu meletakkan kembali ponselku di tempat semula.
"Makan enak gratis nih" gumamku sambil tersenyum membayangkan jamuan-jamuan yang akan disuguhkan nanti malam, walau ada sedikit rasa yang mengganjal dalam hati dengan undangan ini, soalnya tidak biasa kalau menghadiri acara formal seperti itu, namun aku segera menepis, walau bagaimanapun Pak Wahyu adalah klain yang harus tetap dijaga hubungan baiknya, Siapa tahu saja nanti kalau beliau butuh jasa seperti kami, maka beliau tidak akan mencari yang lain.
Aku melanjutkan kembali pekerjaanku, yang tadi sempat tertunda, supaya semuanya tetap lancar, urusan kerjaan tetap jalan dan silaturahmi tetap terjaga.
*****
Setelah sholat maghrib aku bergegas mengeluarkan motorku, lalu kutarik tuas gas pergi meninggalkan kontrakan, menuju ke arah titik koordinat yang diberikan oleh Pak Wahyu, karena orang itu yang dipegang adalah janjinya, maka sebisa mungkin aku datang tepat waktu sesuai dengan janji yang kubuat.
Apalagi jam pulang kantor seperti sekarang ,akan sangat menyusahkan di perjalanan, aku datang lebih awal Nggak apa-apa menunggu yang penting tidak telat.
Empat puluh lima menit di perjalanan akhirnya aku sampai di di depan sebuah rumah sangat megah, yang membuatku melongok, Berapa harga rumah seperti ini? bagaimana membuatnya? berapa biaya yang harus dihabiskan untuk merawat di rumah sebesar ini? itulah yang memenuhi pikiranku ketika melihat rumahnya.
Aku turun dari motor lalu mendekati pintu gerbang untuk mencari bel, setelah kutemu aku tekan belnya, tak selang berapa lama, pintu itu terbuka sedikit, lalu keluarlah seorang laki-laki berpostur tegap bermuka sangar.
"Mau apa?" Tanyanya sambil menatap tajam ke arahku seolah ingin melahap ku bulat-bulat.
"Betul ini, rumahnya pak Wahyu?" Tanyaku sambil senyum ramah, meski hati tidak bisa berbohong melihat kengerian ini, apa lagi lihat lenganya yang besaranya seperti pahaki, bagaimana kalau tangan itu mendarat di wajahku?.
"Mau ada keperluan apa, kamu menanyakan keberdaan Bos kami?" tanyanya tanpa ekspresi.
"Pak wahyu mengundang saya datang ke sini" jawabku menjelaskan keadaan dengan tetap ramah.
"Hah Sejak kapan bos Kami berteman sama gembel sepertimu? biasanya yang datang ke sini, Mereka paling jelek bawa mobil Pajero, lah elu hanya membawa motor butut" sanggah pria berwajah seram itu sambil menjunggikan senyum sinisnya.
Perkataan itu membuatku terdiam sejenak karena kalau orang sudah tidak percaya atau sudah ditanami kebencian susah untuk menjelaskan.
"Sudah pergi sana! Sebelum saya keluarkan anjing untuk mengusirmu dari tempat ini!" tegas pria itu ketika melihatku tetap diam dan dia hendak pergi meninggalkanku.
"Tunggu dulu Pak, biar saya coba hubungi dulu Pak wahyu supaya bapak percaya" cegahku sebelum dia menutup gerbang pintu.
"Ya sudah cepat hubungi!, waktu saya tidak banyak" seru pria itu dengan muka datarnya.
Dengan cepat, aku Keluarkan ponsel lalu aku mengirim pesan memberitahu Pak Wahyu, bahwa aku tidak bisa masuk ke rumahnya, pesan yang aku kirim tak lama dari silver menjadi biru tanda Pak Wahyu sudah membacanya.
Namun pesanku tidak dibalas, membuat Jantungku lumayan berdagu kencang karena ini bisa menjadi hal yang memalukan, namun ketika aku ada dalam rasa khawatir menyelimuti pikiranku, tiba-tiba, dari dalam keluar penjaga yang lain sambil membawa ponsel di tangannya.
"Ada telepon dari pak bos" ujar pria yang baru datang dengan wajah ketakutan, entah apa yang sebenarnya terjadi.
Pria yang bermuka sangar itu dengan cepat mengambil ponsel yang baru diberikan, lalu menempelkannya ke telinganya.
"Halo Pak" ujar pria itu dengan lembutnya berbanding 180 derajat ketika menyapaku.
"Angga!!!" bentak suara yang keluar dari telepon, karena di laudspeaker, sehingga suara dari ujung sana terdengar sangat jelas.
"Siap pak" jawab pria yang bernama Angga.
"Sejak kapan kamu mempersulit dirimu sendiri, sehingga tidak membiarkan tamu saya untuk masuk ke rumah" ujar suara ditelepon itu.
"Siap, Maaf Pak, saya hanya menjalankan tugas untuk menjaga rumah bapak, jawab Angga dengan wajah tidak enak.
"Sekarang biarkan tamu saya masuk!, atau kamu sudah bosan bekerja di rumah saya" ancam suara di ujung sana.
"Siap pak, Maaf Pak" jawab Angga.
Klik!!
Telepon itu terputus membuat Angga menghela nafas lega, lalu pandangan matanya menatap ke arahku yang masih terdiam di depannya. Tanpa ada kata yang keluar dari mulutnya Angga mendorong pintu gerbang supaya motorku bisa masuk.
"Masukkan Motornya Pak!" Seru pria yang tadi memberikan telepon sama Angga, dia menyapaku dengan ramah berbeda dengan Angga.
"Terima kasih" jawabku sambil mengulum senyum
Aku mendekati motorku kembali, lalu mendorongnya masuk ke dalam gerbang dan memarkirkannya di samping pos satpam, yang penting tidak mengganggu ketika ada mobil masuk atau keluar.
"Pak wahyu sudah menunggu di dalam, Mari saya antar Pak!" seru pria itu sangat ramah.
"Dali, panggil saja saya Dali" ujarku sambil mengulurkan tangan mengajaknya untuk berkenalan, karena melihat dari raut mukanya dia lebih tua dariku, jadi ketika Dipanggil bapak rasanya itu sangat mengganggu telinga.
"Norman" jawabnya sambil menggenggam tanganku lalu mempersilahkanku untuk berjalan mengikutinya.
"Saya ke dalam dulu ya pak" ujarku menyapa Angga yang duduk di pos satpam, kulemparkan senyum ramah untuknya
Dia hanya mendengus kesal tanpa mengubah ekspresi wajahnya yang datar, berbeda dengan sikap bosnya yang selalu tersenyum ramah, ketika menyapa lawan bicaranya, memang kadang anak buah lebih tidak punya etika dibanding bassnya.
"Silakan duduk dulu Pak!, biar saya beritahu dulu Pak wahyunya" ujar Norman mempersilahkanku
"Dali Man, umur kita tidak berbeda jauh jadi jangan panggil Bapak, lagian juga aku sama sepertimu bekerja sama Pak Wahyu" sapaan Norman membuat telingaku terasa gatal.
"Hehe siap dal saya kedalam dulu" ujar norman sambil berjalan masuk kedalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments