Pov dali
Setelah norman masuk ke dalam, aku Memperhatikan sekeliling rumah yang nampak luar biasa, halaman depannya dibuat kolam ikan yang sangat luas, dan tanaman bunga tumbuh dengan subur disekelilingnya, sehingga membuat mataku betah menatapnya, apalagi ada gazebo buat beristirahat di atas kolam yang terhubung dari teras rumah.
"Kapan ya? punya rumah seperti ini?" hanya gumam itu yang ada dalam hatiku, ketika melihat rumah megah ini, sebenarnya lebih pantas disebut Keraton daripada rumah singgah.
"Tuan lagi bersiap, Mohon tunggu sebentar ya!" Kata norman yang baru keluar dari dalam rumah.
"Yah Nggak apa-apa, terima kasih" ujarku sambil melempar senyum ke arahnya.
"Kamu mau minum apa dal? silakan kamu pesan sama si mbok!, saya lanjut bekerja dulu ya" ujarnya sambil pergi meninggalkan teras menuju pos satpam.
"Mau minum apa?" Tanya wanita yang baru datang dengan Norman.
"Terima kasih, Saya minta air putih saja" pintaku karena tenggorokanku terasa kering setelah Bermacet-macetan menuju ke sini.
"Dingin apa Biasa?" Tanyanya memastikan memberikanku pilihan.
"Biasa aja" jawabku memilih Karena air dingin akan membuat tenggorokan semakin haus kekeringan.
"Tunggu sebentar saya ambilkan dulu" ujar wanita paruh baya itu sambil kembali ke dalam.
Greaaat
Terdengar pintu gerbang didorong, membuat pandanganku tertuju ke arah datangnya suara, memang benar apa yang aku duga, pintu itu sedang dibuka sangat lebar supaya mobil yang di luar bisa masuk ke dalam, dengan mudah mataku terus menatap ke arah gerbang Menunggu siapa yang akan datang.
"Apa itu dia" gumamku dalam hati ketika melihat mobil memasuki carport, karena walau hanya baru sekali melihatnya, namun memori otakku cukup kuat untuk menyimpannya, sehingga aku tidak Mudah Melupakan kejadian itu.
Setelah mobil terparkir dengan sempurna, keluarlah seorang wanita dengan gaun yang sangat elegan, gaun yang menunjukkan belahan dada, gaun warna merah marun sangat kontras dengan kulitnya yang putih.
Wanita itu berjalan menuju tempat di mana aku sedang menunggu, terlihat senyum di bibirnya ketika pandangan kita beradu, membuat luka yang sudah mulai sembuh kembali menganga terasa sangat perih memenuhi relung jiwa.
"Gak nyangka ya, kita bisa bertemu kembali" ujarnya setelah berada tepat di hadapanku, sambil mengulurkan tangan terukir senyum termanis di bibirnya.
Aku hanya menganggukkan kepala dan meraih uluran tangannya, ketika kulit kami bersentuhan, ada rasa yang tidak bisa kuartikan, sakit memang mengingat perlakuannya terhadapku, namun aku tidak bisa mengungkapkannya, entah kenapa lidahku terasa kelu, rasanya pengen berteriak membentak, namun itu hanya angan-angan yang membuatku terus tersiksa olehnya.
"Gimana kabarmu dal?" tanya Ratna yang duduk dikursi yang berada dihadapanku, Dia sangat santai seolah tidak pernah terjadi apa-apa dengan kita.
"Baik na" jawabku singkat sambil menundukkan kepala supaya aku bisa memenangkan pikiranku.
"Kamu masih kerja di cafe? tanyanya lagi mencairkan suasana yang nampak kaku di antara kita berdua.
Sebenarnya aku saja yang kaku, karena Ratna terlihat sangat santai, bahkan sesekali dia melemparkan senyum kepadaku makin membuatku bergidik ngeri, karena dengan senyumannya, semua laki-laki akan tunduk kepadanya, setelah tunduk dia akan menghancurkan sehancur-hancur sampai berkeping-keping menjadi debu.
"Masih na" jawabanku yang selalu singkat.
"Kapan kamu undang aku lagi? untuk ngopi di tempat kerja kamu?" tanyanya yang tidak mempedulikan keadaanku, yang merasa tidak nyaman dengannya.
"Kamu bisa datang kapanpun yang kamu mau, karena coffe itu terbuka untuk umum, jadi tidak harus ada undangan untuk datangnya!" jawabku yang mulai menguasai keadaan.
"Ketus amat sih, jangan kayak perempuan jelous gitu" ledek Ratna.
Aku menarik nafas dalam menangkan jantungku yang tidak beraturan, supaya perkataanku tidak terdengar Parau.
"Emang bener kok, kalau kamu mau ngopi, kamu bisa datang ke tempat kerjaku, kapanpun kamu mau!" jawabku agak sedikit terbata-bata.
"Ya sudah nanti aku mampir ke tempat kerjamu, Oh iya, minta nomor hp-mu lagi dong, soalnya aku sudah berapa kali ganti HP jadi nomormu hilang" pinta wanita yang telah menghancurkan hidupku.
"Buat apa, kamu sekarang sudah senang kan, Bisa Memiliki semua ini, jadi kamu jangan menghancurkan cita-citamu" tolaku secara halus
"Santai saja Dal, lagian aku juga tidak mau hidup denganmu, apalagi kamu masih kere seperti dulu, tapi aku masih penasaran dengan tubuh gagahmu" ujar Ratna sambil mengedipkan mata dan menggigit Bibir bawahnya.
"Hati-hati dengan yang kamu ucapkan, nanti suamimu dengar" aku mengingatkan bahwa sekarang dia tidak aman.
"Ya sudah kalau kamu tidak mau membagi nomor hp-nya, aku bisa mendapatkan yang aku mau dengan mudah" ujarnya sambil tersenyum menunjukkan barisan gigi putihnya.
Ratna bangkit lalu berdiri berjalan mendekatiku, tercium wangi parfumnya yang membuat para pria akan menginginkan tubuhnya.
"Aku akan mendapatkan tubuhmu, seperti yang aku lakukan terhadap sahabatmu, jadi kamu jangan sok jual mahal, harusnya kamu merasa bersyukur aku masih mau mengenalmu" ujar Ratna Suaranya sangat pelan namun terdengar jelas di telingaku.
"Satu lagi kamu jangan coba-coba mengganggu hubungan dengan suamiku, atau kamu juga akan tahu akibatnya, sekarang aku banyak uang jadi aku akan sangat mudah melakukan apapun padamu" ancamnya lagi sambil tersenyum sinis di bibirnya.
Tanpa menunggu jawabanku, dia lalu berjalan menuju pintu rumah pergi meninggalkan sejuta Kenangan dan sejuta penyesalan.
"Kamu sudah datang mah?" tanya seorang laki-laki ketika Ratna masuk ke rumahnya.
"Baru saja sampai Sayang" balas Ratna sambil memeluk pria yang baru menyapanya.
Pria itu gandeng tangan Ratna Untuk Kembali keluar menemuiku, lalu dia mengulurkan tangan setelah berda dihadapanku.
"Maaf membuatmu menunggu lama ujar" pria yang lebih pantas menjadi bapaknya Ratna dibandingkan menjadi suaminya.
"Tidak apa-apa Pak" jawabku sambil senyum, mendakan aku baik baik baik saja.
"Ayo kita masuk nanti ngobrolnya dilanjut lagi" ajak Pak Wahyu yang masih tetap menggandeng istrinya.
Aku hanya menganggukan kepala, dan mengikuti dari belakang, terlihat Pak Wahyu sangat posesif sama istrinya, sehingga dia tidak melepaskan pelukannya, sambil berjalan membuatku tidak nyaman menyaksikan tontonan itu.
Setelah melewati ruang tengah, akhirnya kami sampai di ruang makan, terlihat makanan yang sudah tersaji di meja makan yang terbuat dari pohon jati, ditambah ornamen lampu besar menggantung di atasnya, sehingga membuat orang yang melihatnya akan berdecak kagum.
"Silakan duduk dal" pinta Pak Wahyu setelah menggeser kursi untuk istrinya.
"Terima kasih Pak" Lalu aku mengikuti perintahnya duduk berhadapan dengan Pak Wahyu.
"Tolong panggilkan Aira!, bertahu dia makan malamnya sudah siap" pinta Pak Wahyu ke salah satu pelayan di rumahnya.
Pelayan itu bergegas menaiki anak tangga untuk memanggil anak bosnya, tak lama seorang wanita cantik turun dari tangga, bak Bidadari yang turun dari langit membuat siapa saja yang memandangnya, hatinya akan luluh bertekuk lutut untuk mendapatkan cintanya.
"Aira ayo sini kita makan bareng!" ajak Pak Wahyu setelah melihat anaknya turun dari lantai dua.
Dia hanya mengangguk sambil tersenyum lalu duduk di kursi yang ada di sampingku.
"Hai Kak Dali" sapaannya yang lembut membuat telingaku kecanduan untuk terus disapanya.
"Hai juga Aira" jawabku membalas sapaan.
Walau sebenarnya pikiranku bertanya-tanya apa yang membuat sikapnya berubah, padahal kemarin pas bertemu dia sangat cuek bahkan terkesan arogan.
"Ya udah kita makan dulu, nanti ngobrolnya kita lanjut lagi" Pak Wahyu memberikan komando.
Akhirnya semua orang yang di ruangan itu, membalikan piringnya untuk diisi dengan apa yang mau kami makan, sesuai selera saja, karena makanan yang terhidang di meja itu sangat banyak, memungkinkan untuk memilih, beda dengan dikontrakanku yang makan hanya dengan satu lauk saja.
Selesai makan malam kita semua diajak Pak Wahyu pindah ke gazebo yang ada di tengah kolam, namun Ratna menolak dengan alasan kurang enak badan, jadi dia pamit duluan walaupun Pak Wahyu sempat menolaknya.
Ratna Dan Pak Wahyu meski mereka berstatus suami istri namun Ratna tidak tinggal di rumah yang sekarang, dia lebih memilih tinggal di rumah yang diberikan Pak Wahyu untuknya, menurut Pak Wahyu Aira anaknya belum bisa menerima kehadiran Ratna di kehidupannya, jadi untuk menjaga keduanya maka Pak Wahyu memilih Ratna untuk tinggal di rumah yang lain.
Setelah Ratna pergi aku kembali mengikuti Pak Wahyu untuk mengobrol di Gazebo depan rumahnya, namun yang membuatku merasa heran Aira mengikuti kita untuk bergabung, Padahal yang aku tahu dia sangat introvert jadi sangat heran melihatnya melakukan hal yang seperti ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Kaisar Tampan
keren tor
2022-07-05
1