NovelToon NovelToon

Barista Mencari Cinta

PART 1. Tiba Tiba mengundanku

Pov dali

"Jadi kamu pilih yang mana? pilih anaknya Pak Wahyu? Apa anak Pak Bagas nih? tanya Pak Agung yang terus meledekku.

"Yah boro-boro milih pak, merekanya aja belum tentu mau sama saya" ujarku sambil menarik nafas dalam merasa risih saja diledek terus seperti itu.

"Atau lebih baik dua-duanya! kan boleh tuh poligami, mantap!" Saran Pak Agung sambil mengedipkan mata sebelah kanannya.

"Udah Pak, jangan ngeledekin terus, bapak itu Mendingan tidur, daripada melek berisik" jawabku sambil menujukan wajah datar.

Obrolan itu terhenti setelah datang waiter membawa pesanan kita, nasi putih hangat dan ikan gurame bakar ditambah sambal Matah membuat mulut Pak agung terhenti mengoceh karena terisi dengan nasi, walaupun Pak Agung sangat suka sekali mengoceh, namun ketika makan dia akan berhenti, menurutnya Kita harus menghormati makanan dengan cara menikmatinya, dan tanpa suara ketika kita melahapnya.

Selesai makan siang aku diantarkan Pak Agung ke kontrakanku dulu, sebelum dia pulang ke rumahnya dan kita berjanji akan membahas penjualan rumah itu, nanti dengan tim broker setelah kusiapkan semua berkasnya.

Setelah Pak Agung pergi meninggalkanku, aku masuk ke kontrakan untuk membaringkan tubuhku yang terasa lelah, setelah membawa mobil dengan jarak yang cukup jauh, itu sangat melelahkan, karena aku belum terbiasa membawa mobil, apalagi kota Jakarta yang terkenal dengan kemacetannya.

Mataku terbuka setelah adzan Ashar berkumandang terdengar di masjid yang tak jauh dari tempat tinggalku, dengan langkah gontai Aku menuju kamar mandi untuk membersihkan badanku, yang tadi belum sempat ku kerjakan tadi, rasa ngantuk itu mengalahkan semuanya.

Dengan cepat Aku Basuh seluruh tubuhku dengan air, agar tidak ketinggalan untuk melaksanakan salat asar berjamaah.

"Nggak apa-apa nggak terlalu bersih juga, yang penting tubuhku sudah kena air, biar badanku kembali segar, lagian aku ganteng ini!" gumamku sambil terus meratakan Seluruh badanku dengan busa sabun.

Selesai mandi aku bergegas memakai pakaianku, dan berlari menuju arah masjid, berlari seperti orang yang dikejar masa karena menjambret ras emak emak dipasae. Selesai salat aku kembali ke kontrakan untuk memulai pekerjaan yang tadi sempat tertunda Karena rasa capek dan ngantuk.

Ku Nyalakan Komputer lalu ku pindahkan file foto yang tadi ku ambil dari rumah pak Bowo ke komputer, untuk diedit dulu supaya lebih menarik minat para pembeli, setengah jam berlalu aku masih mengutak atik foto itu agar lebih meniarik, namun kerjaanku terhenti setelah ada notifikasi pesan di ponselku.

Kuraih ponselku lalu membuka aplikasi pesan ternyata ada pesan, dari seseorang yang membuatku merasa heran dengan tiba-tiba beliau mengundangku, untuk makan malam.

"Maaf dalam rangka apa Pak, takut salah kostum hehehe" balas ku melalui aplikasi berwarna hijau berlogo telepon itu.

Pesanku berubah warna dari centang silver menjadi centang biru menandakan bahwa orang yang aku kirim pesan telah membacanya, tak lama setelah pesan itu berwarna biru di bawah namanya, tertulis "sedang menulis" menandakan beliau akan segera membalas pesanmu.

( Acara keluarga saja, hanya ada kamu, saya dan anak istri saya ) Balas pria yang memberikanku bonus setelah membantu melancarkan pembelian tanahnya.

( Insya Allah, siap pak, kapan dan di mana tempatnya ) balasku, sebenarnya pengen menolak namun itu sangat tidak baik, karena berkat beliau lah aku bisa memiliki rumah. Lagian ini kan cuma hanya makan malam, itung-itung perbaikan gizi daripada makan di sini beli terus.

"Nanti malam jam 19:00, Bagaimana kamu bisa hadir untuk acara makan malam kita, saya share loc untuk lokasinya ) balas Pak Wahyu diikuti dengan titik koordinat lokasi, yang harus aku datangi nanti malam.

( Insya Allah siap ) balasku lalu meletakkan kembali ponselku di tempat semula.

"Makan enak gratis nih" gumamku sambil tersenyum membayangkan jamuan-jamuan yang akan disuguhkan nanti malam, walau ada sedikit rasa yang mengganjal dalam hati dengan undangan ini, soalnya tidak biasa kalau menghadiri acara formal seperti itu, namun aku segera menepis, walau bagaimanapun Pak Wahyu adalah klain yang harus tetap dijaga hubungan baiknya, Siapa tahu saja nanti kalau beliau butuh jasa seperti kami, maka beliau tidak akan mencari yang lain.

Aku melanjutkan kembali pekerjaanku, yang tadi sempat tertunda, supaya semuanya tetap lancar, urusan kerjaan tetap jalan dan silaturahmi tetap terjaga.

*****

Setelah sholat maghrib aku bergegas mengeluarkan motorku, lalu kutarik tuas gas pergi meninggalkan kontrakan, menuju ke arah titik koordinat yang diberikan oleh Pak Wahyu, karena orang itu yang dipegang adalah janjinya, maka sebisa mungkin aku datang tepat waktu sesuai dengan janji yang kubuat.

Apalagi jam pulang kantor seperti sekarang ,akan sangat menyusahkan di perjalanan, aku datang lebih awal Nggak apa-apa menunggu yang penting tidak telat.

Empat puluh lima menit di perjalanan akhirnya aku sampai di di depan sebuah rumah sangat megah, yang membuatku melongok, Berapa harga rumah seperti ini? bagaimana membuatnya? berapa biaya yang harus dihabiskan untuk merawat di rumah sebesar ini? itulah yang memenuhi pikiranku ketika melihat rumahnya.

Aku turun dari motor lalu mendekati pintu gerbang untuk mencari bel, setelah kutemu aku tekan belnya, tak selang berapa lama, pintu itu terbuka sedikit, lalu keluarlah seorang laki-laki berpostur tegap bermuka sangar.

"Mau apa?" Tanyanya sambil menatap tajam ke arahku seolah ingin melahap ku bulat-bulat.

"Betul ini, rumahnya pak Wahyu?" Tanyaku sambil senyum ramah, meski hati tidak bisa berbohong melihat kengerian ini, apa lagi lihat lenganya yang besaranya seperti pahaki, bagaimana kalau tangan itu mendarat di wajahku?.

"Mau ada keperluan apa, kamu menanyakan keberdaan Bos kami?" tanyanya tanpa ekspresi.

"Pak wahyu mengundang saya datang ke sini" jawabku menjelaskan keadaan dengan tetap ramah.

"Hah Sejak kapan bos Kami berteman sama gembel sepertimu? biasanya yang datang ke sini, Mereka paling jelek bawa mobil Pajero, lah elu hanya membawa motor butut" sanggah pria berwajah seram itu sambil menjunggikan senyum sinisnya.

Perkataan itu membuatku terdiam sejenak karena kalau orang sudah tidak percaya atau sudah ditanami kebencian susah untuk menjelaskan.

"Sudah pergi sana! Sebelum saya keluarkan anjing untuk mengusirmu dari tempat ini!"  tegas pria itu ketika melihatku tetap diam dan dia hendak pergi meninggalkanku.

"Tunggu dulu Pak, biar saya coba hubungi dulu Pak wahyu supaya bapak percaya" cegahku sebelum dia menutup gerbang pintu.

"Ya sudah cepat hubungi!, waktu saya tidak banyak" seru pria itu dengan muka datarnya.

Dengan cepat, aku Keluarkan ponsel lalu aku mengirim pesan memberitahu Pak Wahyu, bahwa aku tidak bisa masuk ke rumahnya, pesan yang aku kirim tak lama dari silver menjadi biru tanda Pak Wahyu sudah membacanya.

Namun pesanku tidak dibalas, membuat Jantungku lumayan berdagu kencang karena ini bisa menjadi hal yang memalukan, namun ketika aku ada dalam rasa khawatir menyelimuti pikiranku, tiba-tiba, dari dalam keluar penjaga yang lain sambil membawa ponsel di tangannya.

"Ada telepon dari pak bos" ujar pria yang baru datang dengan wajah ketakutan, entah apa yang sebenarnya terjadi.

Pria yang bermuka sangar itu dengan cepat mengambil ponsel yang baru diberikan, lalu menempelkannya ke telinganya.

"Halo Pak" ujar pria itu dengan lembutnya berbanding 180 derajat ketika menyapaku.

"Angga!!!" bentak suara yang keluar dari telepon, karena di laudspeaker, sehingga suara dari ujung sana terdengar sangat jelas.

"Siap pak" jawab pria yang bernama Angga.

"Sejak kapan kamu mempersulit dirimu sendiri, sehingga tidak membiarkan tamu saya untuk masuk ke rumah" ujar suara ditelepon itu.

"Siap, Maaf Pak, saya hanya menjalankan tugas untuk menjaga rumah bapak, jawab Angga dengan wajah tidak enak.

"Sekarang biarkan tamu saya masuk!, atau kamu sudah bosan bekerja di rumah saya" ancam suara di ujung sana.

"Siap pak, Maaf Pak" jawab Angga.

Klik!!

Telepon itu terputus membuat Angga menghela nafas lega, lalu pandangan matanya menatap ke arahku yang masih terdiam di depannya. Tanpa ada kata yang keluar dari mulutnya Angga mendorong pintu gerbang supaya motorku bisa masuk.

"Masukkan Motornya Pak!" Seru pria yang tadi memberikan telepon sama Angga, dia menyapaku dengan ramah berbeda dengan Angga.

"Terima kasih" jawabku sambil mengulum senyum

Aku mendekati motorku kembali, lalu mendorongnya masuk ke dalam gerbang dan memarkirkannya di samping pos satpam, yang penting tidak mengganggu ketika ada mobil masuk atau keluar.

"Pak wahyu sudah menunggu di dalam, Mari saya antar Pak!" seru pria itu sangat ramah.

"Dali, panggil saja saya Dali" ujarku sambil mengulurkan tangan mengajaknya untuk berkenalan, karena melihat dari raut mukanya dia lebih tua dariku, jadi ketika Dipanggil bapak rasanya itu sangat mengganggu telinga.

"Norman" jawabnya sambil menggenggam tanganku lalu mempersilahkanku untuk berjalan mengikutinya.

"Saya ke dalam dulu ya pak" ujarku menyapa Angga yang duduk di pos satpam, kulemparkan senyum ramah untuknya

Dia hanya mendengus kesal tanpa mengubah ekspresi wajahnya yang datar, berbeda dengan sikap bosnya yang selalu tersenyum ramah, ketika menyapa lawan bicaranya, memang kadang anak buah lebih tidak punya etika dibanding bassnya.

"Silakan duduk dulu Pak!, biar saya beritahu dulu Pak wahyunya" ujar Norman mempersilahkanku

"Dali Man, umur kita tidak berbeda jauh jadi jangan panggil Bapak, lagian juga aku sama sepertimu bekerja sama Pak Wahyu" sapaan Norman membuat telingaku terasa gatal.

"Hehe siap dal saya kedalam dulu" ujar norman sambil berjalan masuk kedalam.

part 2 bertemu ratna

Pov dali

Setelah norman masuk ke dalam, aku Memperhatikan sekeliling rumah yang nampak luar biasa, halaman depannya dibuat kolam ikan yang sangat luas, dan tanaman bunga tumbuh dengan subur disekelilingnya, sehingga membuat mataku betah menatapnya, apalagi ada gazebo buat beristirahat di atas kolam yang terhubung dari teras rumah.

"Kapan ya? punya rumah seperti ini?" hanya gumam itu yang ada dalam hatiku, ketika melihat rumah megah ini, sebenarnya lebih pantas disebut Keraton daripada rumah singgah.

"Tuan lagi bersiap, Mohon tunggu sebentar ya!" Kata norman yang baru keluar dari dalam rumah.

"Yah Nggak apa-apa, terima kasih" ujarku sambil melempar senyum ke arahnya.

"Kamu mau minum apa dal? silakan kamu pesan sama si mbok!, saya lanjut bekerja dulu ya" ujarnya sambil pergi meninggalkan teras menuju pos satpam.

"Mau minum apa?" Tanya wanita yang baru datang dengan Norman.

"Terima kasih, Saya minta air putih saja" pintaku karena tenggorokanku terasa kering setelah Bermacet-macetan menuju ke sini.

"Dingin apa Biasa?"  Tanyanya memastikan memberikanku pilihan.

"Biasa aja" jawabku memilih Karena air dingin akan membuat tenggorokan semakin haus kekeringan.

"Tunggu sebentar saya ambilkan dulu" ujar wanita paruh baya itu sambil kembali ke dalam.

Greaaat

Terdengar pintu gerbang didorong, membuat pandanganku tertuju ke arah datangnya suara, memang benar apa yang aku duga, pintu itu sedang dibuka sangat lebar supaya mobil yang di luar bisa masuk ke dalam, dengan mudah mataku terus menatap ke arah gerbang Menunggu siapa yang akan datang.

"Apa itu dia" gumamku dalam hati ketika melihat mobil memasuki carport, karena walau hanya baru sekali melihatnya, namun memori otakku cukup kuat untuk menyimpannya, sehingga aku tidak Mudah Melupakan kejadian itu.

Setelah mobil terparkir dengan sempurna, keluarlah seorang wanita dengan gaun yang sangat elegan, gaun yang menunjukkan belahan dada, gaun warna merah marun sangat kontras dengan kulitnya yang putih.

Wanita itu berjalan menuju tempat di mana aku sedang menunggu, terlihat senyum di bibirnya ketika pandangan kita beradu, membuat luka yang sudah mulai sembuh kembali menganga terasa sangat perih memenuhi relung jiwa.

"Gak nyangka ya, kita bisa bertemu kembali" ujarnya setelah berada tepat di hadapanku, sambil mengulurkan tangan terukir senyum termanis di bibirnya.

Aku hanya menganggukkan kepala dan meraih uluran tangannya, ketika kulit kami bersentuhan, ada rasa yang tidak bisa kuartikan, sakit memang mengingat perlakuannya terhadapku, namun aku tidak bisa mengungkapkannya, entah kenapa lidahku terasa kelu, rasanya pengen berteriak membentak, namun itu hanya angan-angan yang membuatku terus tersiksa olehnya.

"Gimana kabarmu dal?" tanya Ratna yang duduk dikursi yang berada dihadapanku, Dia sangat santai seolah tidak pernah terjadi apa-apa dengan kita.

"Baik na" jawabku singkat sambil menundukkan kepala supaya aku bisa memenangkan pikiranku.

"Kamu masih kerja di cafe? tanyanya lagi mencairkan suasana yang nampak kaku di antara kita berdua.

Sebenarnya aku saja yang kaku, karena Ratna terlihat sangat santai, bahkan sesekali dia melemparkan senyum kepadaku makin membuatku bergidik ngeri, karena dengan senyumannya, semua laki-laki akan tunduk kepadanya, setelah tunduk dia akan menghancurkan sehancur-hancur sampai berkeping-keping menjadi debu.

"Masih na" jawabanku yang selalu singkat.

"Kapan kamu undang aku lagi? untuk ngopi di tempat kerja kamu?" tanyanya yang tidak mempedulikan keadaanku, yang merasa tidak nyaman dengannya.

"Kamu bisa datang kapanpun yang kamu mau, karena coffe itu terbuka untuk umum, jadi tidak harus ada undangan untuk datangnya!" jawabku yang mulai menguasai keadaan.

"Ketus amat sih, jangan kayak perempuan jelous gitu" ledek Ratna.

Aku menarik nafas dalam menangkan jantungku yang tidak beraturan, supaya perkataanku tidak terdengar Parau.

"Emang bener kok, kalau kamu mau ngopi, kamu bisa datang ke tempat kerjaku, kapanpun kamu mau!" jawabku agak sedikit terbata-bata.

"Ya sudah nanti aku mampir ke tempat kerjamu, Oh iya, minta nomor hp-mu lagi dong, soalnya aku sudah berapa kali ganti HP jadi nomormu hilang" pinta wanita yang telah menghancurkan hidupku.

"Buat apa, kamu sekarang sudah senang kan, Bisa Memiliki semua ini, jadi kamu jangan menghancurkan cita-citamu" tolaku secara halus

"Santai saja Dal, lagian aku juga tidak mau hidup denganmu, apalagi kamu masih kere seperti dulu, tapi aku masih penasaran dengan tubuh gagahmu" ujar Ratna sambil mengedipkan mata dan menggigit Bibir bawahnya.

"Hati-hati dengan yang kamu ucapkan, nanti suamimu dengar" aku mengingatkan bahwa sekarang dia tidak aman.

"Ya sudah kalau kamu tidak mau membagi nomor hp-nya, aku bisa mendapatkan yang aku mau dengan mudah" ujarnya sambil tersenyum menunjukkan barisan gigi putihnya.

Ratna bangkit lalu berdiri berjalan mendekatiku, tercium wangi parfumnya yang membuat para pria akan menginginkan tubuhnya.

"Aku akan mendapatkan tubuhmu, seperti yang aku lakukan terhadap sahabatmu, jadi kamu jangan sok jual mahal, harusnya kamu merasa bersyukur aku masih mau mengenalmu" ujar Ratna Suaranya sangat pelan namun terdengar jelas di telingaku.

"Satu lagi kamu jangan coba-coba mengganggu hubungan dengan suamiku, atau kamu juga akan tahu akibatnya, sekarang aku banyak uang jadi aku akan sangat mudah melakukan apapun padamu" ancamnya lagi sambil tersenyum sinis di bibirnya.

Tanpa menunggu jawabanku, dia lalu berjalan menuju pintu rumah pergi meninggalkan sejuta Kenangan dan sejuta penyesalan.

"Kamu sudah datang mah?" tanya seorang laki-laki ketika Ratna masuk ke rumahnya.

"Baru saja sampai Sayang" balas Ratna sambil memeluk pria yang baru menyapanya.

Pria itu gandeng tangan Ratna Untuk Kembali keluar menemuiku, lalu dia mengulurkan tangan setelah berda dihadapanku.

"Maaf membuatmu menunggu lama ujar" pria yang lebih pantas menjadi bapaknya Ratna dibandingkan menjadi suaminya.

"Tidak apa-apa Pak" jawabku sambil senyum, mendakan aku baik baik baik saja.

"Ayo kita masuk nanti ngobrolnya dilanjut lagi" ajak Pak Wahyu yang masih tetap menggandeng istrinya.

Aku hanya menganggukan kepala, dan mengikuti dari belakang, terlihat Pak Wahyu sangat posesif sama istrinya, sehingga dia tidak melepaskan pelukannya, sambil berjalan membuatku tidak nyaman menyaksikan tontonan itu.

Setelah melewati ruang tengah, akhirnya kami sampai di ruang makan, terlihat makanan yang sudah tersaji di meja makan yang terbuat dari pohon jati, ditambah ornamen lampu besar menggantung di atasnya, sehingga membuat orang yang melihatnya akan berdecak kagum.

"Silakan duduk dal" pinta Pak Wahyu setelah menggeser kursi untuk istrinya.

"Terima kasih Pak" Lalu aku mengikuti perintahnya duduk berhadapan dengan Pak Wahyu.

"Tolong panggilkan Aira!, bertahu dia makan malamnya sudah siap" pinta Pak Wahyu ke salah satu pelayan di rumahnya.

Pelayan itu bergegas menaiki anak tangga untuk memanggil anak bosnya, tak lama seorang wanita cantik turun dari tangga, bak Bidadari yang turun dari langit membuat siapa saja yang memandangnya, hatinya akan luluh bertekuk lutut untuk mendapatkan cintanya.

"Aira ayo sini kita makan bareng!" ajak Pak Wahyu setelah melihat anaknya turun dari lantai dua.

Dia hanya mengangguk sambil tersenyum lalu duduk di kursi yang ada di sampingku.

"Hai Kak Dali" sapaannya yang lembut membuat telingaku kecanduan untuk terus disapanya.

"Hai juga Aira" jawabku membalas sapaan.

Walau sebenarnya pikiranku bertanya-tanya apa yang membuat sikapnya berubah, padahal kemarin pas bertemu dia sangat cuek bahkan terkesan arogan.

"Ya udah kita makan dulu, nanti ngobrolnya kita lanjut lagi" Pak Wahyu memberikan komando.

Akhirnya semua orang yang di ruangan itu, membalikan piringnya untuk diisi dengan apa yang mau kami makan, sesuai selera saja, karena makanan yang terhidang di meja itu sangat banyak, memungkinkan untuk memilih, beda dengan dikontrakanku yang makan hanya dengan satu lauk saja.

Selesai makan malam kita semua diajak Pak Wahyu pindah ke gazebo yang ada di tengah kolam, namun Ratna menolak dengan alasan kurang enak badan, jadi dia pamit duluan walaupun Pak Wahyu sempat menolaknya.

Ratna Dan Pak Wahyu meski mereka berstatus suami istri namun Ratna tidak tinggal di rumah yang sekarang, dia lebih memilih tinggal di rumah yang diberikan Pak Wahyu untuknya, menurut Pak Wahyu Aira anaknya belum bisa menerima kehadiran Ratna di kehidupannya, jadi untuk menjaga keduanya maka Pak Wahyu memilih Ratna untuk tinggal di rumah yang lain.

Setelah Ratna pergi aku kembali mengikuti Pak Wahyu untuk mengobrol di Gazebo depan rumahnya, namun yang membuatku merasa heran Aira mengikuti kita untuk bergabung, Padahal yang aku tahu dia sangat introvert jadi sangat heran melihatnya melakukan hal yang seperti ini.

Part 3 RENCANA MEBUAT CAFE

Pov dali

Gazebo itu ternyata sangat luas ukurannya kurang lebih 4x4, yang membuat mataku terbuka lebar, ternyata lantainya terbuat dari kaca, sehingga ikan yang ada di bawah terlihat sangat jelas, apalagi tiang-tiang Gazebo itu dikasih lampu, sehingga ikan ikan yang berenang terlihat sangat jelas.

Ditengah gazebo terdapat beberapa kursi dan meja, mungkin selain untuk melihat ikan. Gazebo ini digunakan untuk ruang bersantai.

"Silakan duduk!" tawar Pak Wahyu sambil dia juga duduk.

"Terima kasih Pak" jawabku sambil menggeser kursi agar bisa duduk di atasnya.

Tak lama setelah kami duduk, datanglah seorang perempuan yang tadi menawarkan minuman, dia membawa satu baki berisi dua cangkir kopi, yang terlihat asapnya masih mengepul menandakan kopi itu sangat.

"Rokok" tawar Pak Wahyu sambil memberikanku sebatang rok0k berwarna coklat degan lapisan luarnya terbuat dari daun tembakau.

"Rok0k apaan ini pak?" Tanyaku sambil memperhatikan bentuk rok0k yang ada di tanganku karena aku bukan per0kok aktiv.

"Cerutu Kuba" jawabnya sambil menyalakan korek untuk membakar cerutunya.

Mataku membulat sempurna, ketika mendengar nama rokok itu, rokok termahal yang ada di dunia, sebatang saja itu bisa dipakai emapt sampai lima kali makan pecel ayam di pinggir jalan.

Aku mengambil alat pemotong cerutu, karena menghisapnya harus dipotong terlebih duhulu agar memudahkan ketika membakarnya.

Cklek

Cklek

Korek api pun menyala, kudekatan dengan rok0k, akhirnya rok0k itu terbakar dengan sempurna, lalu aku menghisap asapnya. Rasanya sama saja seperti rokok yang biasa aku beli Katengan di warung.

"Gimana enakan?" tanya Pak Wahyu setelah melihat aku menghempaskan asapnya.

"Enak banget pak" jawabku berbohong menghormatinya

Uhuk

Uhuk

Tempat itu penuh dengan asap rokok sehingga membuat Aira terbatuk.

"Aku Sudah dibilang, Papa jangan ngerokok terus, udah tahu dadanya suka sakit juga" gerutu Aira sambil mencembungkan pipinya.

"Ini bukan rok0k Ra, ini cerutu" Bela Pak Wahyu, sambil menyungigkan senyumnya.

"Tetep aja mau rokok atau cerutu sama-sama itu tidak baik buat kesehatan,  Emangnya papa nggak takut mati?" Tambah aira yang masih terlihat sangat kesal.

"Enggak lah, kan ada koreknya, Jadi kalau mati tinggal bakar lagi" jawab Pak Wahyu sambil menunjukkan korek yang ada di tangannya.

"Tau ah, dibilangin malah gitu" ujar Aira sambil melipat kedua tangannya di dada, lalu merebahkan punggungnya ke sandaran kursi.

"Jadi begini Dal, Aira anak saya pengen membuka usaha" jelas Pak Wahyu yang tidak menghiraukan anaknya yang lagi uring-uringan.

"Wah hebat tuh, Usaha apa Pak" tanyaku penasaran.

"Usaha Cafe dal, jadi katanya dia pengen Mandiri, makanya saya undang kamu ke sini, kira-kira kamu bisa bantu anak saya nggak?" tanya pak Wahyu sambil menatap ke arahku.

"Bantu Seperti apa Pak?, Insya Allah kalau bisa saya akan membantu" jawabku sambil menghembuskan asap rok0k kebawah.

"Kamu sudah lama bekerja di cafe, jadi Bapak yakin kamu tahu apa saja yang dibutuhkan Ketika seseorang mau membuka usaha Cafe" Ucap pak Wahyu yang membuatku merasa heran, padahal banyak barista yang lebih baik diluar sana.

"Jadi begini Kak, aku mau buka cafe, terus yang jadi masalah adalah resep-resep minuman dan makanannya, bisa nggak kakak bantu saya untuk jadi barista di cafe saya" Aira mempertegas ucapan Pak Wahyu.

"Ya itu dal maksudnya, nanti kalau kamu mau saya akan berikan kamu gaji 2 kali lipat, dari tempat kerja kamu sekarang" kata Pak Wahyu membenarkan.

Aku hanya menarik nafas panjang, bingung harus menjawab seperti apa, karena membuka usaha itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, Kalau pindah tempat kerja spekulasinya terlalu tinggi, karena tidak sedikit usaha yang bangkrut sebelum usaha itu berkembang, meski gaji yang akan kuterima sangat besar.

"Begini saja pak, saya siap membantu sebisa saya, namun kalau untuk berhenti dari tempat kerja saya, rasanya itu sangat berat, maaf bukan karena tidak menghormati niat baik bapak, tapi saya bekerja di tempat itu mulai dari nol, dari saya yang tidak bisa apa-apa sampai seperti sekarang aku" menjelaskan ketidaknyamanan yang sekarang aku rasakan.

"Terus kamu tidak bisa membantu anak saya?" Pak Wahyu bertanya lagi.

"Bisa pak, cuman mungkin waktunya, setelah saya selesai di tempat kerja, Lagian kalau cuma resep, dalam waktu sebulan saja semua orang bisa menguasai, nanti saya akan ajarkan semua resep yang saya bisa" aku menjelaskan kesediaanku

Untuk membantu Aira.

"Kira-kira untuk modal berapa ya dal?" tanya Pak Wahyu.

"Maaf sebelumnya, cafenya mau cafe seperti apa, mau usaha sendiri atau bekerja sama dengan brand brand yang sudah mempunyai nama dan bergerak di bidang percafean" Tanyaku memastikan.

"Aku inginnya mebuat cafe sendiri kak, karena kita tidak diatur oleh orang lain" ucap Aira yang Sudah dari tadi terdiam akhirnya dia berbicara.

"Kalau seperti itu siapkan tempat yang strategis, dan untuk membeli peralatan cafe itu berkisar tujuh puluh sampai seratus jutaan, karena yang dibutuhkan bukan hanya alat-alat cape saja, namun juga termasuk seperti meja dan kursi, itu membutuhkan yang lumayan cukup besar"

"Kamu dengarkan ra apa yang dali sampaikan, Iya sekarang silakan kalian ngobrol dulu,nanti saya minta rinciannya untuk tempat, saya mempunyai tiga tempat yang kosong. Jadi kamu bisa survei, untuk memastikan tempat mana yang lebih cocok di buat Cafe, nanti atau besok kamu sama Aira lihat tempatnya!" ujar Pak Wahyu sambil berdiri meninggalkan tempat kami.

Sepeninggal Pak Wahyu, tempat itu terasa hening seketika, Tak ada kata yang keluar dari kedua mulut kita ,hanya gemericik air yang keluar dari aerator di kolam ikan.

"Kapan mau mulai usahanya? Tanyaku menatap Aira untuk mencairkan suasana.

"Pengennya secepatnya sih Kak, aku bosan diam terus di rumah terus, kalau aku bekerja di tempat lain, Papa tidak mengizinkannya, Bapak ingin aku bekerja di di tempatnya" jawab Aira sambil menyimpan sikutnya ke meja untuk menopang kedua pipinya yang cabinya.

"Ya iyalah, uang bapak kamu aja tidak akan habis, kalau hanya untuk membiayai kamu" gumamku dalam hati.

"Ya sudah kita buat konsepnya terlebih dahulu, nanti saya berikan rencana anggaran biaya yang harus dikeluarkan" kata itulah yang keluar dari mulut berbanding terbalik dari hati.

"Aku mau cafeku nanti nyaman untuk dibuat nongkrong, sehingga anak muda betah berlama-lama di cafe" ujar Aira sambil menatapku.

"Aira udah punya desain konsepnya" Tanyaku memastikan sejauh mana kesiapan Aira memulai usahanya.

"Sudah punya sih, cuman nggak tahu bagus apa enggaknya?, konsepku pengennya Cafe itu ada ruangan indoor serta outdoornya, sehingga orang yang ngopi tidak merasa jenuh terus Pinggiran outdoornya dibuat kolam ikan" Aira menjelaskan keinginannya.

"Oke nanti aku buatkan desain bangunannya, biar tempatnya bisa direnovasi secara cepat" usulku.

"Emang Kakak bisa buat desain Cafe?" tanya Aira yang nampak terlihat ragu.

"Insya Allah bisa saya bisa, kenal sama Pak Wahyu karena saya menguasai bidang itu" aku menjelaskan.

"Jadi kakak bisa arsitektur?" tanya Aira yang masih merasa ragu.

"Aku hanya mengangukkan kepala tanpa menjawab pertanyaannya, karena itu bukan hal yang membanggakan.

"Wow keren , Kirain cuma bisa ngaduk-ngaduk kopi doang"  ucapnya sambil mengacungkan jempolnya terukir kekaguman diwajahnya.

"Ya udah, kapan kita bisa mulai?" Tanyaku sambil menatap ke arah wanita cantik yang ada di hadapanku.

"Kakak bisanya kapan? Aku kan nganggur. Jadi kapan saja aku pasti bisa" jawab Aira.

"Besok saja sepulang saya kerja, kita cek dulu lokasinya Seperti apa?, biar mudah untuk menentukan desain Seperti apa bagusnya" usulku sama Aira.

"Bagus tuh, semakin cepat semakin baik" ujar Aira terlihat sama wajahnya menunjukkan kegembiraan.

"Nanti setelah saya pulang dari sini, saya akan bikin beberapa konsep untuk kursi dan mejanya, serta total anggaran anggaran modalny,a supaya nanti kita cuma tinggal memikirkan desain interiornya" jelasku mulai menjalankan rencana.

Akhirnya kita pun larut dalam obrolan obrolan Seputar tentang persediaan membuat usaha Cafe, mulai dari konsep, desain, menu-menu yang akan kita jual, kita larut dalam pembahasan itu, sehingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10.00.

"Aku pamit dulu ya, besok kita ketemu lagi, mau dijemput di mana, Kataku sambil membantu merapikan alat tulis yang berserakan di atas meja.

"Aku aja yang ke tempat kerja kakak, tolong kirim alamatnya aja!, sekalian aku pengen tahu gimana cara melayani pelanggan?" jawab Aira sambil memasukkan semua catatannya ke tas.

"Itu lebih baik, jadi setelah pulang kerja kita bisa berangkat barang ke tempat yang mau kita tuju, Ya sudah aku pamit dulu ya" ujarku sambil berdiri sambil meregangkan otot-otot yang mulai kaku karena Duduk terlalu lama.

Aira mengantarkanku sampai teras depan rumahnya, setelah bersalaman aku pergi meninggalkan dia yang masih berdiri.

"Emang motornya di mana Kak? Tanya tanya Aira yang merasa heran karena motorku tidak parkir di dekat teras rumahnya.

"Di pos satpam ra, Lagian motor butut ini" jawabku sambil senyum.

"Lain kali bawa motornya ke sini, biar nggak jalan jauh" ucap Aira.

Aku hanya mengangkat jempol, sambil terus berjalan mendekati Pos satpam dimana disitu motorku terparkir, setelah berpamitan sama penjaga aku pergi meninggalkan rumah Pak Wahyu membelah gelapnya malam.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!