Melati membuka pintu ruang kerja Arvin tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu.
Ia melangkahkan kaki nya masuk ke dalam ruangan, dan menutup pintunya perlahan-lahan.
Melati berjalan mengendap-endap mendekati meja Arvin, ia sengaja memelankan langkah kakinya, agar suara high heels nya tak terdengar.
Arvin yang sedang fokus menulis dokumen pentingnya, tak sadar bahwa Melati memasuki ruangannya tanpa izin.
"Arvin kamu pecat Zakiya?"
"Astaga!"
Arvin tersentak kaget saat ada orang yang tiba-tiba menyapanya, bahkan pulpen yang ia pegang terlempar.
Arvin mengelus dadanya yang hampir copot,
"Siapa yang berani masuk ruangan tanpa iz-"
"Mama ..." ucapan Arvin terhenti saat melihat sosok mamanya sudah duduk di depannya.
"Mama bikin kaget aja tau gak! Bisa gak kalo masuk itu izin dulu?" Arvin menatap mamanya jengkel.
Melati hanya memasang wajah santainya tanpa mempedulikan ocehan Arvin. Ia membuka kacamata hitam yang dipakainya, dan meletakannya di atas meja Arvin.
"Mama ke sini mau protes atas pemecatan Zakiya!"
Melati menatap mata Arvin tajam seperti sedang menginterogasi.
"Protes aja," ucap Arvin singkat tak peduli.
Arvin menutup dokumen pentingnya, dan menyenderkan punggungnya di kursi, ia melipat kedua tangannya di depan dada menunggu ucapan protes dari mamanya.
"Mama itu sengaja mempekerjakan Zakiya di sini. Kamu tau ga alasannya apa?"
"Hmm," gumam Arvin menunggu jawaban dari mamanya.
"Karena ..." Melati menggantungkan ucapannya agar Arvin penasaran.
"Karena apa?" ucap Arvin tidak sabar, mamanya pasti mengikuti jejak-jejak sinetron deh.
"Karenaaaaa ..." Melati menggantungkan ucapannya lagi.
"Mama jangan buat waktu berharga Arvin habis," ucap Arvin jengah.
"Karenaaaa ..." Melati tersenyum lebar.
Arvin memutar bola matanya kesal, ia tidak ingin bermain-main sekarang.
"Karena apa ma?" tanya Arvin sekali lagi. Ia menghela nafasnya kasar.
"KARENA MAMA PENGEN NIMANG CUCU," ucap Melati girang, ia bahkan mengangkat kedua kepalan tangannya keatas seperti menang lomba Piala Dunia.
Duar...!
Rasanya seperti disambar petir. Arvin yang tadinya menghela nafas, merasa nafasnya tersedak di tenggorokan, waktu seakan berhenti berputar saat itu juga.
Mulut arvin menganga tak percaya mendengar kalimat mercon dari mamanya.
Ia tak percaya mamanya menerima seorang pelayan baru yang tak punya keahlian, hanya karena ingin menimang cucu.
"Baby Arvin ... jawab dong, jangan diem kayak patung gitu," Melati menggoyangkan tubuh anaknya yang terdiam tegang karena shock.
Arvin pun menggelengkan kepalanya untuk mengembalikan kesadarannya.
"Ma, ide gila apa ini?" tanya Arvin penuh penekanan.
"Ko gila sih? Arvin dengar ya Zakiya itu cantik banget, emang nya kamu ga he'euh he'euh sama dia apa?" tanya Melati penasaran.
Arvin mengernyitkan dahinya, nasib punya mama gaul yang sangat kekinian.
Selalu aja up to date membawa bahasa gaul, ini akibat mamanya sering ngumpul dan ghibah dengan teman arisan gini nih. Bahasa ala jeng-jengan dibawa ke restoran, Arvin sebagai laki-laki mana mengerti.
Mendengar kata-kata nya aja bikin sakit kepala.
"He'euh he'euh?" Arvin menaikan alisnya.
"He'euh he'euh itu artinya naksir, Oh my god Arvin, kamu itu anak muda umur 28 tahun bukan kakek-kakek tua, masa ga ngerti bahasa anak SWAG sih! Ga kece banget ... " ejek Melati.
"Sumpah, ga kece banget," ulang Melati sambil menggelengkan kepalanya.
Arvin hanya diam tak peduli dengan celotehan gaul mamanya.
"Emangnya kamu ga suka sama Zakiya apa? Dia itu cantik, imut, manis, dan ..."
"Arvin gamau bahas lagi capek," Arvin memilih beranjak dari duduknya dan pergi keluar.
"Arvin ... Arvin," panggil Melati.
Arvin menutup pintu ruangannya keras, ia paling malas membahas hal konyol seperti ini.
"Harus dengan cara apa ya biar Arvin mau?" ucap Melati berpikir keras.
"Aha!"
Seketika lampu di atas kepala Melati menyala, pertanda ide brilian sedang terlintas di otaknya. Ia tersenyum lebar sambil mengangguk-anggukan kepalanya, ia yakin ide nya pasti berhasil.
Melati meraih kacamata hitamnya di atas meja dan memakainya kembali.
*****
Arvin duduk di taman belakang restorannya.
Taman belakang ini Arvin rancang khusus untuk dirinya sendiri, ia tak memperbolehkan siapapun masuk ke sana.
Arvin menatap nanar pepohonan hijau, dan bunga-bunga yang tumbuh indah bermerkaran.
Arvin menghisap kuat puntung rokoknya dan menghembuskan keras asap nya.
Pikirannya saat ini sedang kacau, sama seperti kumpulan asap putih yang berterbangan tak jelas di udara.
Drrrt drrtt
Arvin mengambil ponselnya yang bergetar di saku celana.
Arvin tersenyum saat melihat nama yang tertera di layar panggilannya.
"Halo," ucap Arvin saat mengangkat teleponnya.
"Honey, aku di ruangan kamu nih,"
"Iya, aku kesana sekarang," Arvin tersenyum senang.
"Aku tunggu ya"
"Iya," Arvin tersenyum senang saat mendengar suara yang sangat ia rindukan.
"Hiks Hiks,"
Tapi kesenangan Arvin menghilang, saat mendengar suara tangisan wanita di ujung sana.
Di ujung sana hanya ada pohon-pohonan besar nan rimbun.
Salah satu dari pohon besar itu, Arvin bangun sebuah rumah pohon, dan di bawah pohon itu Arvin buat dua ayunan tali.
Hanya arvin yang boleh menaiki rumah pohon pribadinya, ia bahkan tak pernah mengizinkan siapapun masuk ke sana.
Arvin mengabaikan tangisan kencang itu, mana mungkin ada kuntilanak nangis di siang bolong begini.
"Honey, nanti ak-"
"Huaaaa...!"
Ucapan arvin terpotong saat suara tangisan itu semakin mengeras, ia merasa jengkel sekarang.
"Nanti aku telpon lagi," Arvin menutup telepon nya sepihak, ia letakkan ponselnya ke dalam saku, dan membuang rokoknya ke tanah, ia menginjak puntung rokok itu sampai apinya mati.
Arvin memutuskan untuk pergi mencari sumber suara tangisan itu.
*****
"Kejam," ucap wanita itu sambil melempar batu kerikil ke batang pohon yang tak bersalah.
"Tidak punya peri kemanusiaan," ia melempar batu nya lagi.
"Sok ganteng, tapi emang ganteng," wanita itu melempar batu nya lagi.
"Kiya kesel, baru kerja seminggu udah di pecat. Emangnya Kiya salah apa? Cuma pecahin piring aja kok, belum pecahin emas" Zakiya memanyunkan bibirnya kesal.
"Ngomong-ngomong Pak Bos masih jomblo apa udah punya pacar belum ya? Jadi naksir kan, eh engga! buat apa naksir sama Pak Bos yang kelakuannya lebih imutan kambing,"
"Apa jangan-jangan Pak Bos homo, soalnya kiya ga pernah liat dia bawa gandengan
Atau jangan-jangan ... " cerocos Zakiya panjang lebar.
"Jangan-jangan apa?" terdengar suara baritone berat di belakang punggungnya.
Sebenarnya Arvin dari tadi sudah berdiri di belakang Zakiya sambil melipat tangannya di depan dada, ia mendengar semua unek-unek Zakiya dari awal sampai akhir.
"Tadikan Kiya kesini sendiri, ga mungkin kan, ada makhluk astral disini," ucap Zakiya yang masih belum membalikan badannya.
"Apa jangan-jangan makhluk halus?" Zakiya menelan ludahnya takut.
Zakiya bergidik ngeri, ia melihat bulu tangannya yang sudah berdiri tegak, perasaannya mengatakan bahwa taman ini banyak dedemit nya.
"Aaaa Kiya takut, mama papa help me."
Arvin menepuk pundak Zakiya berkali-kali, tapi Zakiya tak juga membalikkan badannya.
"Jangan ganggu Kiya mbah dedemit, eyang, uyut, Kiya belum jadi orang baik.
Tolong Kiya masih jomblo, berikan Kiya kesempatan untuk ngerasain nikah," Zakiya menggelengkan kepalanya cepat.
Bibirnya tak henti-hentinya membaca doa untuk mengusir makhluk halus yang ada dibelakangnya.
Arvin yang mendengar dirinya disebut sebagai mbah dedemit mendengus kesal, ia pun membalikan badan Zakiya cepat, sehingga tubuh Zakiya kini berhadapan dengannya.
Arvin melihat wajah wanita itu, dan ternyata wanita itu adalah pelayan cuci piringnya yang baru dipecat beberapa jam yang lalu.
"Setan...!" teriak Zakiya setelah melihat siapa yang ada di depannya, ia menutup wajahnya kembali dengan kedua tangan.
Arvin menjitak kepala Zakiya keras saat dirinya di bilang setan.
"Kamu lagi kamu lagi, ngapain kamu di sini hah?!"
"Pak Arvin," ucap Zakiya kaget setelah membuka tangannya, ia melihat wajah bos garang nya yang terpampang nyata di depannya.
"Pak Arvin ko bisa ada di sini?" tanya Zakiya bingung. Ia melirik ke sekelililing taman, tidak ada siapa-siapa.
"Ngapain nanya-nanya hah! Suka-suka saya lah mau dimana aja ... kamu ya, berani ngatain bos kamu sendiri dedemit? Mana ada dedemit seganteng saya."
"Maaf, Kiya kan gatau ada pak Arvin disini."
Arvin hanya diam tak menjawab apa-apa.
Zakiya menatap sekelilingnya, di sini sangat sepi hanya ada ia dan Arvin.
Terlalu berdekatan dengan Arvin bisa bahaya, Zakiya pun berjalan mundur tiga langkah untuk menjauhi Arvin.
"Pak Arvin ga boleh macam-macam ya, kalau macam-macam Kiya teriak nih!"
"Teriak aja, lagi pula siapa yang bisa dengar teriakan kamu di sini?" Arvin tersenyum jahil.
"Kalau pak Arvin macam-macam, Kiya akan tuntut bapak karena perbuatan tidak senonoh"
"Memangnya saya berbuat apa? Gaji kamu saya potong 80%," ucap Arvin datar.
"Yaah pak ko 80 sih? katanya tadi 50, bapak ga konsisten ni. Bapak saya tuntut lagi dengan satu tuntutan. Perbuatan tidak menyenangkan," Zakiya mendengus kesal karena Arvin memotong gaji seenaknya.
"50 % potongan yang tadi pagi, 10% kamu bilang saya setan, 5% kamu bilang saya homo, 10% kamu masuk taman saya tanpa izin, 5% kamu menangis histeris di taman saya," jelas Arvin lalu beranjak pergi meninggalkan Zakiya sendirian.
"Yaah, jangan dipotong dong pak Arvin, saya kan butuh uang untuk hidup," Zakiya mengejar langkah kaki Arvin yang panjang.
Arvin berjalan sangat cepat sampai zakiya ngos-ngosan dibuatnya.
"Protes lagi, saya tambahin potongan 5%. Oya, satu lagi saya bilangin ya ... saya bukan homo."
Zakiya berusaha berlari cepat untuk menghentikan langkah Arvin.
Saat dirinya telah berada di depan Arvin, Zakiya merentangkan kedua tangannya membuat Arvin berhenti berjalan.
Arvin menatap Zakiya datar, ia menunggu apa yang akan Zakiya katakan padanya.
"Saya hah hah hah ... saya akan bekerja hah hah dengan baik pak ... janji," ucap Zakiya ngos-ngosan. Zakiya menaikan jari kelingking kanannya di depan wajah Arvin, ia ingin berjanji pada Bos nya.
Arvin hanya menatap jari kelingking Zakiya sekilas dan mulai berjalan lagi tak menghiraukan Zakiya.
*****
Arvin membuka pintu ruang kerja nya, lalu menutup nya kembali, ia melihat seorang wanita sedang duduk di kursi kerjanya sambil memainkan ponsel.
Arvin menghampiri wanita itu dan berdiri di hadapannya. "Honey," panggil Arvin.
Wanita itu mendongakan wajahnya ke atas, ia tersenyum saat melihat laki-laki yang ia tunggu dari tadi.
Wanita itu berdiri berhadapan dengan Arvin, dan memeluknya erat, "Aku kangen kamu."
"Aku juga kangen, Vicky," Arvin membalas pelukan wanita yang bernama Vicky itu.
Nama lengkap Vicky adalah Vicky Marissa.
Vicky adalah pacar pertama Arvin, mereka berpacaran selama 2 tahun.
Sebelumnya, Arvin tidak pernah berpacaran dengan siapapun, ia menutup pintu hatinya untuk semua wanita, ia memilih untuk fokus mengejar karirnya yang cemerlang di bidang bisnis.
Tapi pada akhirnya ia bertemu dengan sosok Vicky, dan melabuhkan hatinya.
Menurut Arvin, Vicky adalah sosok wanita yang sempurna.
Cantik, pintar, kulit seputih susu, postur tubuh ideal dengan tinggi badan 170 cm, rambut panjang bergelombang bewarna cokelat terang, dan juga Vicky adalah wanita blasteran Belanda - Indonesia.
"Ko baju kamu basah?" tanya Arvin melepaskan pelukannya.
"Iya nih, gara-gara cewe yang di dalam toilet.
Masa dia buka pintu tiba-tiba dan ... "
"Pak Arvin," ucap Zakiya tiba-tiba membuka pintu ruang kerja Arvin.
Arvin dan Vicky mengalihkan pandangannya ke sumber suara, mereka melihat Zakiya yang membuka pintu ruangan Arvin tanpa izin.
Arvin menatap Zakiya jengkel, pelayan barunya itu berani melakukan pelanggaran lagi.
"Pelayan ini ga ada kapok-kapoknya ya ... udah diberi ancaman potongan gaji 80% masih bisa buat kesalahan lagi" rutuk Arvin dalam hati.
"O-ow," Zakiya melebarkan matanya shock karena memasuki ruangan Arvin di moment yang tidak tepat.
Zakiya memandang wanita yang ada di hadapan arvin, sekilas ia mengingat satu ucapan, "Ku tandai wajah kau ya."
Mulut Zakiya menganga lebar. Benar, wanita yang berdiri di sebelah bos nya sangat mirip dengan wanita yang jatuh di toilet tadi.
"Tapi siapa wanita ini? Atau jangan-jangan dia pacarnya Pak Arvin, duh mati kamu Kiya, pasti habis ini Pak Arvin akan berkicau merdu," rutuk Zakiya panik dalam hatinya. Ia memutuskan untuk menundukkan wajahnya agar tak terlihat oleh wanita itu.
"Lo ... lo cewe yang tadikan? honey, ini dia cewe yang ngebuat baju aku basah di toilet," ucap Vicky kesal, ia tiba-tiba langsung menjambak rambut Zakiya dengan kedua tangannya.
"Aw ... aw ... " Zakiya menarik tangan Vicky yang ada di rambutnya agar cengkraman tangan Vicky terlepas.
Tapi, semakin Zakiya mencoba melepaskan tangan Vicky, semakin kuat juga Vicky menarik rambutnya.
"Gara-gara lo baju mahal gue jadi bau, kesel kesel kesel," Vicky semakin menarik rambut pendek zakiya.
Arvin bingung harus melakukan apa saat melihat adegan baku hantam antar wanita. Ini pertama kalinya ia melihat wanita jambak-jambakan secara live di depan matanya.
Arvin berusaha untuk meleraikan Zakiya dan Vicky, tapi saat ia berusaha melerai mereka berdua, Arvin yang jadi kena imbasnya.
Yang tadinya ingin memisahkan, malah rambut Arvin yang dijambak Zakiya dan Vicky.
"Aw aw," jerit Arvin.
Mereka pun sadar bahwa kini Arvin yang jadi korban jambakan langsung menghentikan aktivitasnya.
Mereka menelan ludahnya masing-masing.
"Honey, itu salah dia jenggut aku duluan. Rambut mahal aku jadi sakit," ucap Vicky sambil menunjuk Zakiya.
"Kakak duluan yang jenggut aku," Zakiya membela dirinya.
"Masih berani ngeles lagi lo, gara-gara lo juga Arvin jadi kena jenggut."
"Stop. Saya ga mau dengar keributan lagi," Arvin berjalan ke meja nya, dan membuka salah satu laci, ia mengambil sebuah amplop coklat, dan menyodorkan nya pada Zakiya.
"Gaji sudah di potong 80% dan jangan pernah kembali lagi ketempat ini."
"Pak Arvin, saya minta maaf, saya mengakui itu salah saya membuka pintu toilet sembarangan, sampai pacar bapak jatuh di toilet. Saya akan bertang-"
"Cepat bereskan barang-barang kamu! saya ga peduli."
"Emang enak, bleee" ucap Vicky sambil menjulurkan lidahnya.
Zakiya menerima amplop yang berada di tangan Arvin dengan mata berkaca-kaca.
Ia menundukan wajahnya, "Kalau begitu,terima kasih pak."
*****
Zakiya duduk di salah satu halte tempat menunggu bis.
"Kiya mau kerja di mana lagi ya? Kiya kerja part time di sana kan, untuk biaya kuliah dan keluarga Kiya," Zakiya memanyunkan bibirnya cemberut.
Drrtt drttt
Zakiya mengambil ponselnya yang bergetar di saku celana, ia membaca layar panggilannya, ternyata mamanya Arvin.
Zakiya menghela nafasnya, angkat tidak ya? Zakiya tidak ingin berurusan lagi dengan Arvin, karena sikap Bos nya yang memperlakukan ia semena-mena, dan juga Bos nya sangat kejam memotong gajinya lebih dari 50%.
Sebuah kalimat terlintas di pikiran Zakiya, "Apa orang kaya selalu begitu ya? Melakukan apapun sesuka hatinya tidak memikirkan perasaan orang lain."
Zakiya terus menatap layar ponselnya yang terus bergetar, ia ragu antara angkat atau tidak, tapi ia mengingat kebaikan Melati yang mau menerima ia bekerja.
Pada akhirnya Zakiya memilih untuk membuang egonya, ia mengangkat panggilannya, "Halo bu bos muda"
"Kiyaa sweetie, maafin Arvin ya sayang. Arvin aslinya ga gitu kok, itu karena dia lagi emosi aja."
Zakiya menghembuskan nafasnya, ia sudah tahu bagaimana sikap Arvin kepadanya.
Sikapnya yang terlalu semena-mena, hanya karena kesalahan kecil gajinya dipotomg sampai 80%.
"Gapapa kok bu" ucap zakiya berusaha tersenyum.
"Emm kamu kerja lagi ya disini, hitung-hitung buat pendekatan kamu sama Arvin. Eh bukan, maksudnya buat menambah pengalaman kerja kamu"
"Engga bu bos muda, Kiya berhenti aja. Kiya akan cari tempat kerja yang lain," tanpa sadar Zakiya meneteskan air matanya.
"Sweetie, kamu akan tetap kerja di restoran Arvin, mommy cetar membahana ulala ini akan mengundang kamu makan malam di rumah. Besok kamu akan dijemput supir pribadi ya."
"Iya," ucap Zakiya pasrah, besok makan malam? Apa Arvin akan menerimanya dengan baik?
*****
"Arvin pulang," ucap Arvin baru pulang bekerja, ia melangkah masuk ke ruang tamu.
Mamanya sedang duduk di sofa sambil menatap lurus ke arah Arvin berdiri.
"Kenapa ma?" tanya Arvin.
"Arvin, mama mau ngomong serius sama kamu," ucap Melati dengan nada serius.
Arvin tahu dari ekspresi mamanya bahwa ada pembicaraan yang sangat penting, ia menghela nafasnya, dan duduk di sofa yang berhadapan.
Melati mengeluarkan sebuah amplop coklat besar, ia mengeluarkan selembar kertas, dan ia letakkan kertas itu di atas meja kaca.
Arvin mengambil kertas tersebut dan membaca judul diatasnya.
Surat Perjanjian.
"Surat perjanjian?" tanya Arvin dalam hatinya. Ia mengernyitkan dahinya bingung, apa maksudnya tentang surat perjanjian.
"Itu adalah surat perjanjian antara mama, papa, dan orang tua nya Kiya. Dibaca baik-baik ya baby sayang," ucap Melati tersenyum.
Arvin membaca surat itu dengan seksama, ia mencoba memahami setiap kata yang tertulis.
"Ma ini perjanjian apa?!" protes Arvin setelah membaca isi keseluruhan surat itu.
"Baby Arvin, itu adalah Surat Perjanjian bahwa kamu dan Kiya sweetie akan dijodohkan. Surat itu dibuat dari 20 tahun yang lalu."
"Apa?! Ma, Arvin ga suka acara jodoh-jodohan kayak gini ... Mama kira Arvin ini apa!"
"Arvin, itu Surat Perjanjian penting, papa kamu yang minta ke orang tua Kiya, agar kamu bisa dijodohkan dengan Kiya. Papa kamu ngelakuin ini sebagai balas budi atas kebaikan orang tua Kiya selama ini."
"Karena orang tuanya Kiya, papa kamu punya perusahaan besar di mana-mana, sekarang Kiya hidup bersama kakek dan neneknya. Mama harap kamu bisa membahagiakan Kiya. Dia itu anak yatim piatu Arvin, dia yang banting tulang untuk keluarganya."
"Yatim piatu?" tanya Arvin di dalam hatinya.
Di lubuk hati Arvin, ia merasa bersalah karena memotong gaji anak yatim piatu seenaknya.
Tunggu, ini bukan sifat Arvin. Di dalam diri Arvin tak pernah merasa kasihan pada orang lain, tapi setelah mendengar hidup Zakiya, kenapa Arvin merasa empati.
"Jasa-jasa orang tua Kiya tak pernah terbalaskan Arvin, orang tua Kiya meninggal karena kecelakaan pesawat, mereka wafat saat selesai membangun perusahaan papa kamu di Jerman. Pesawatnya jatuh dan menghilang," ucap Melati sedih.
Arvin termenung mendengar penuturan mamanya, pikirannya terus melayang-layang, ia tidak tahu lagi harus melakukan apa setelah mendengar berita perjodohan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Haslinda
bikin perjanjian zakiya belum lahir,,,,,,untung zakiya cewek thor coba klw cowok masa mau dijodohin sm arvin
2020-11-04
0
ARSY ALFAZZA
next
2020-11-03
0
Irmha Efendi
umur kia 18tahun perjanjian udah 20tahun... kiya belum lahir belum di buat udah di jodohin gthu😂😂😂
2019-12-25
6