BAB 5 : Si Rese Arvin

Vicky berdiri di depan pintu kerja Arvin, tapi sebelum ia masuk, ia harus merapikan dirinya se-apik mungkin agar terlihat seperti korban.

Vicky mengambil insto di tasnya, dan meneteskan di kedua matanya sambil mengedipkan berulang kali agar terlihat seperti sedang menangis.

Setelah selesai, ia memasukan kembali insto nya ke dalam tas. Vicky menarik nafasnya panjang, berharap rencana nya akan berhasil.

Vicky membuka pintu kerja Arvin tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu, ia melihat Arvin yang sedang sibuk menghitung dengan kalkulatornya. Jari-jari lihai Arvin terlihat begitu cepat mengetik tombol angka di papan kalkulator, ketika hasilnya muncul Arvin langsung menuliskannya di laporan keuangan.

Vicky menatap Arvin dengan tatapan kagum, ia begitu terpesona melihat Arvin yang sangat tampan ketika sedang serius, benar-benar pria idaman.

"Vicky fokus ke tujuan," ucap Vicky dalam hatinya.

Vicky masuk kedalam ruang kerja arvin tanpa menutup pintu. Ia melenggang masuk.

Vicky menghampiri meja arvin dengan muka melas yang dibuat-buat.

"Hiks hiks honey," Vicky mengeluarkan tangis andalannya, ia mengeraskan suaranya agar mendapatkan perhatian Arvin, tapi Arvin sama sekali tak meresponnya.

"Honey, hiks hiks hiks," Vicky semakin mengeraskan suaranya

"Kenapa sih? pagi-pagi berisik aja," ucap Arvin yang sama sekali tidak memandang Vicky, jangan, kan untuk memandang, melirik saja engga.

"Ih, kamu ko gitu sih sama pacar sendiri ga ada perhatiannya," Vicky memanyunkan bibirnya kesal, rencana yang ia buat untuk menarik perhatian Arvin gagal.

"Vicky aku lagi sibuk, kalo ga ada keperluan keluar aja," Arvin menghela nafasnya, ia sama sekali tidak peduli dengan rengekan manja Vicky.

Vicky yang merasa kesal karena Arvin mengabaikannya langsung mengambil laporan keuangan Arvin, dan membantingnya ke lantai.

"Vick-" ucap Arvin kesal.

Arvin mendongakan wajahnya berniat ingin melontarkan amarahnya, tapi niat Arvin terhenti saat melihat rambut sampai badan Vicky yang penuh tepung.

"Hahaha," Arvin tertawa terbahak-bahak melihat wajah vicky.

"Kamu kayak roti anget di tepungin," ucap Arvin sambil memegang perutnya yang sakit karena tertawa.

"hahaha," tawa Arvin keras, terlihat muka Arvin yang memerah sampai ke telinganya, pemandangan roti anget di depannya begitu lucu.

"Honey!"

"Hah hah hah" Arvin mengatur nafasnya susah payah, ia kembali menatap Vicky yang sedang kesal terhadapnya.

"Pokoknya aku mau kamu pecat si jelangkung kecil itu," ucap Vicky menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Jelangkung kecil?" Arvin menaikan satu alisnya bingung.

"Ih kamu ga peka! Itu pelayan pendek kamu, gara-gara dia aku kejatuhan tepung, pokoknya aku gamau ngeliat dia lagi. Pecat dia sekarang juga!" ucap Vicky memanyunkan bibir nya.

Vicky melihat Arvin yang hanya diam seperti memikirkan sesuatu, ia tersenyum senang pasti rencana nya berhasil, ia yakin Arvin sedang memikirkan cara untuk memecat Zakiya hari ini.

Vicky mulai mengkhayal, ia membayangkan saat Zakiya dipecat oleh Arvin, Zakiya akan di maki-maki tidak diperbolehkan lagi untuk menginjakan kedua kaki pendeknya di restoran ini lagi, dan saat itulah Zakiya akan memohon-mohon di kaki Vicky meminta maaf sambil menangis.

Dan pada saat itu, akhirnya Vicky merasa khayalannya telah menjadi kenyataan, ia akan diakui oleh dunia telah menjadi mrs. Arvin yang sesungguhnya.

"Ga bisa!"

Seketika khayalan yang Vicky pikirkan tadi pecah berkeping-keping.

"Honey," Vicky menganga tak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Vicky kamu pulang aja ya, aku sibuk. Itu bukan Zakiya yang salah, tapi kamu yang ceroboh bikin tepung tumpah. Aku lihat

tadi kamu yang jatuhin," ucap Arvin membuat mulut Vicky menganga lebar.

Arvin memang melihat adegan itu, tapi ia lebih memilih tidak mau ikut campur, dan pergi dari tempat kejadian. Urusan pekerjaannya lebih penting dari percintaan.

"Kamu ngeliat tapi ga nolongin aku?" ucap Vicky tak percaya.

"Vicky, aku sibuk!"

"Honey kamu ko jahat sih, kamu sama sekali ga perhatian sama aku." protes Vicky kesal, ia memanyunkan bibirnya.

"Bukan gitu ..."

"Aku benci sama kamu," ucap Vicky kesal dan melemparkan tas kecilnya yang berwarna hitam ke muka mulus Arvin.

Arvin mengaduh kesakitan, karena tas itu tepat mendarat di muka tampannya.

"Pokoknya aku gamau maafin kamu, titik." Ucap Vicky berjalan cepat ke arah pintu, dan membanting pintunya keras, membuat Arvin terlonjak kaget.

Arvin menatap tas kecil Vicky yang terbuat dari kulit. Ia memijat mukanya yang terkena timpukan Vicky.

"Apa sih ni isinya? Sakit banget ... " Arvin menggeser resleting tas Vicky dan membukanya, ia terkejut saat melihat isinya ternyata alat-alat make up, parfum, handbody, powerbank, dompet, dan ponsel.

Arvin menganga lebar, "Apa ini yang di sebut kecil-kecil cabe rawit? Dari luar aja tas cewe kelihatannya kecil, coba sesekali buka dalamnya lengkap kayak museum, apalagi kalo buat cewe kesal dan tas itu di lempar tepat ke muka, rasanya mantap jiwa ..." jerit Arvin dalam hatinya.

Vicky kembali membuka pintu lebar-lebar, dan masuk ke ruangan Arvin sambil mengerucutkan bibirnya.

"Tas aku ketinggalan, ada banyak nomor selingkuhan disini," Vicky mengambil tas nya yang terbuka dari tangan Arvin, dan menutup resletingnya rapat-rapat.

Vicky melangkahkan kakinya menuju pintu dengan muka kesal, dan membanting pintu ruangannya dengan keras.

Arvin mengelus dadanya sabar, jika setiap hari disuguhkan dengan suara bantingan pintu. Hospital waiting for you.

Arvin menghela nafasnya kasar, ia akan mulai belajar terbiasa dengan sifat mamanya yang aneh, pelayannya aneh, ditambah lagi kelakuan pacarnya yang aneh. Entah kenapa, ia merasa hidupnya dikelilingi oleh orang-orang aneh, padahal ia orang tampan.

Arvin mengambil laporan keuangannya yang tergeletak kasihan di lantai karena di banting Vicky tadi, "Sabar Arvin, Vicky bilang selingkuhan palingan cuma nomor operator."

Arvin duduk di kursi nya lagi, dan meletakkan laporan keuangannya di atas meja. Baru saja ia akan membuka laporan keuangannya, tiba-tiba saja wajah Zakiya terlintas di pikirannya.

"Argh, kenapa tiba-tiba jadi kepikiran si pelayan itu. Kenapa juga harus ngebela Zakiya di depan Vicky? Ga mungkin kan ..." ucap Arvin menggelengkan kepalanya membantah pikirannya yang memang saat ini memikirkan Zakiya.

"Ga mungkin seorang Arvin, orang paling tampan dan kaya di negeri ini naksir pelayan cuci piring. Oh my god muka mau diletakkan di mana," Arvin mengacak-acak rambutnya frustasi, 2 hari lagi ia akan menikah dengan Zakiya, tepatnya tanggal 2 oktober.

Memikirkan pernikahannya dengan Zakiya membuat nya semakin pusing, apa yang akan ia lakukan jika Vicky tahu berita tentang ini.

*****

Demi menghilangkan stress oleh pernikahannya, Arvin keluar ruangan untuk mencari udara segar sekaligus memanjakan otaknya, ia berjalan-jalan sambil mengontrol semua kegiatan karyawannya.

Arvin mengintip ke tempat duduk pembeli, ia melihat tidak ada satupun yang duduk di restorannya, customer kosong, hanya ada angin saja yang lewat.

Di luar restoran banyak orang yang berlalu lalang, tapi tak ada satupun yang singgah ke restorannya sampai-sampai meja dan kursi pun masih tersusun rapi.

Hari ini restoran sangat sepi, tiba-tiba Arvin kepikiran omset yang sepi. Hanya dengan memikirkan omset saja bisa membuatnya khotbah seharian ke semua karyawannya.

Arvin berjalan menghampiri dua orang kasir wanita yang sedang duduk sambil menundukan kepalanya. Melihat mereka yang hanya terduduk seperti itu membuat Arvin geram.

Arvin pun sampai di depan meja kasir, ia melirik kebawah melihat dua orang kasirnya, ternyata mereka menunduk karena sedang asik bermain ponsel sambil ghibah. Mereka sama sekali tak menyadari kehadiran Arvin.

"Kamu tau ga sih, aku tuh kangen banget sama kamu, muach muach, iya sayang temuin aku ya, aku ga kuat jika terpisah dari kamu meskipun cuma sedetik," ucap seorang kasir lalu mencium ponselnya berkali-kali.

"Iya jeng, kerja di sini emang seperti latihan militer kudu kuat jiwa dan raga, kalo lemah akan selalu tertindas bos, untungnya bos ga berani tindas saya," ucap kasir yang satunya lagi sambil menelpon.

"Ehem," gumam Arvin sambil menatap mereka tajam.

"Sayang kamu batuk ya ... Hah kamu ga batuk? Perasaan aku denger suara batuk deh,"

"Ehem ehem ehem ehem," Arvin memanjangkan suara berdeham nya.

Arvin menatap mereka yang belum menyadari kehadirannya, sikap mereka seperti itu membuatnya tambah kesal.

"Bagus ya ... udah restoran sepi, omset kecil, main hape, duduk santai sambil ghibah, sayang-sayangan sama pacar. Karyawan kayak gini bagusnya di apain ya ... ga dapet gaji bagus kali ya."

Dua orang kasir wanita itu membelalakkan matanya saat mendengar suara horror bos nya, mereka pun mendongakkan wajahnya dan terlihat sosok laki-laki beraura dingin menatap mereka setajam silet.

Mereka langsung berdiri dan menundukan kepalanya. "Ha-hai pak," ucap mereka gugup.

"Omset berapa?" tanya Arvin to the point.

Kedua kasir wanita itu mengangkat jari nya ragu-ragu, mereka mengangkat jari telunjuknya pertanda 1.

"Satu ... satu juta atau satu orang?"

"Sa-satu orang pak" jawab salah satu kasir wanita itu dengan ragu-ragu.

"Satu?" tanya Arvin tak percaya, ia membanting semua buku yang ada di meja kasir.

"Kalian punya tangan sama kaki ... kerjaannya ngapain aja hah?! ghibah dan main hape terus? Hari ini Lembur! Kalo ga ada omset sampai 10 juta, ga usah pulang!"

Arvin meninggalkan kedua kasir itu, dan beranjak pergi ke dapur.

Sesampainya di sana, ia melihat kokinya yang sedang santai-santai di dapur, Arvin melihat mereka yang sedang mengobrol puas sambil tertawa haha hihi.

Arvin melihat spatula dan wajan yang terbuat dari stainles steel sedang menggantung disampingnya. Arvin mengambil wajan dan spatula tersebut lalu memukulnya seperti membangunkan orang sahur.

Sepuluh koki yang tadi menggosip lucu tentang cewe cantik, terlonjak kaget.

Mereka membalikkan badan ke belakang dan melihat sosok Arvin yang sedang menatap mereka dengan mata bersinar merah.

Mereka menelan ludahnya masing-masing.

"Kalian!"

Arvin membanting keras wajan dan spatula yang ia pegang tadi, ia sangat geram.

"Kalian mau mati ya, kenapa kalian ga kerja! Udah bosan hidup?" Ledak arvin dengan segala kemarahannya. Arvin menendang kuat lemari stainless steel dengan kaki kanannya, sebenarnya Arvin merasa sakit tapi ia tahan demi harga diri.

Arvin mengambil terong besar di atas keranjang makanan.

"Mau punya kalian saya patahkan seperti ini?" ucap Arvin mematahkan terong tersebut menjadi dua.

Koki yang melihatnya menelan ludahnya masing-masing.

"Cari pelanggan sekarang!"

Koki yang mendengar amukan Arvin buru-buru mencari kesibukan di dalam dapur.

"Kalian bikin bakwan kek, es teh, pisang goreng, atau somay, cari pelanggan keluar sekarang! Guna nya kalian punya otak untuk apa ... " ucap Arvin dengan emosi yang meledak.

Strategi Arvin adalah jika restoran sepi, tarik pelanggan keluar, pancing pakai makanan apapun, kalau pelanggan tidak mau, paksa suruh masuk.

Arvin berjalan keluar dari ruangan dapur, melangkahkan kakinya cepat ke tempat pencuci piring.

"Heran deh sama Pak Bos, kita kan kerja di restoran bintang lima, masa kita disuruh nawarin bakwan keluar," gerutu salah seorang koki saat melihat Arvin yang telah hilang dari pandangab.

*****

Belum saja sampai di tempat ruangan cuci piring, dari kejauhan Arvin mendengar suara orang tertawa terbahak-bahak dari dalam ruangan. Arvin masuk dengan langkah cepat, ia melihat Zakiya sedang berduaan bersama seorang karyawannya yang bertugas sebagai pramusaji. Mereka sedang bercanda riang dan tertawa seolah-olah di dunia ini hanya milik mereka berdua.

Arvin masuk kedalam ruangan, "Ehem" Arvin berdehem keras tapi tak ada satupun dari mereka yang menyahuti.

"Ehemm" Arvin mengeraskan nya lagi tapi di abaikan. Benar-benar.

"Bagus ya, berduaan saat jam kerja," sindir Arvin.

Zakiya dan pramusaji itu membalikan badannya ke belakang, mereka melihat Arvin yang sedang berdiri di depan pintu sambil menatap mereka tajam.

Zakiya dan pramusaji itu menundukan wajahnya takut.

"Pak kita ..." ucap pramusaji itu.

"Ssut, saya gamau dengar penjelasan apa-apa lagi, kamu pergi dari sini cari pelanggan, saya hitung satu sampai tiga. Kalau ga keluar, gaji kamu saya po-"

"I-iya pak saya akan keluar."

"nanti boby antarin Zakiya pulang ya," ucap boby si pramusaji itu mengedipkan sebelah matanya ke Zakiya .

Arvin yang melihat boby mencoba genit di depan Zakiya , membuat perasaannnya gerah. "Ga perlu! dia punya kaki dan punya otak bisa pulang sendirian, mau kaki kamu yang mau saya patahkan?"

Boby yang mendengar itu kocar-kacir dari ruangan meninggalkan Zakiya dan Arvin berduaan.

Zakiya yang merasa terintimidasi oleh tatapan Arvin menelan ludahnya, "Pak, kayaknya saya melupakan sesuatu, saya pergi dulu."

Baru selangkah Zakiya pergi, Arvin menarik tangannya kuat, dan menyudutkannya ke wastafel, Arvin mendekatkan tubuh nya memangkas jarak hingga sangat dekat.

"Kalian pacaran?" tanya Arvin.

Zakiya menggelengkan kepalanya cepat ke kanan-ke kiri.

"Bagus, punya mantan?"

Zakiya menggelengkan kepalanya lagi.

Arvin menyeringai senang karena akan menjadi laki-laki pertama di hidup Zakiya. Arvin menatap Zakiya yang tinggi badannya hanya 150 cm. Selisih tinggi badan yang jauh, membuat Zakiya dan Arvin terlihat seperti paman dan anak, apalagi wajah baby face Zakiya terlihat seperti anak-anak 10 tahun.

"Saya paling tampan dan paling kaya di sini, punya restoran dengan cabang di mana-mana. Dan kamu beraninya waktu jam kerja berduaan dengan laki-laki lain, otak kamu ga berfungsi ya, gabisa membedakan mana laki laki idaman dengan laki-laki biasa," ucap Arvin panjang lebar, ia mendorong kening Zakiya dengan telunjuknya.

Zakiya mengaduh kesakitan karena dorongan Arvin yang kuat.

"Cewe bodoh," Arvin mendorong kening Zakiya yang kedua kalinya.

"Kecil," Dorongan ke-tiga.

"Otak ga pernah dipakai," Dorongan ke-empat.

"Suka bikin marah-marah," Dorongan ke-lima.

"Sering bikin jengkel," Dorongan ke-enam.

Zakiya memegang keningnya yang sakit, boro-boro Arvin mendorongnya pelan, bosnya mendorong keningnya kuat, sampai kepalanya terhuyung kebelakang.

"Pulang nanti, ikut saya fitting baju pernikahan," ucap Arvin meninggalkan Zakiya begitu saja tanpa rasa bersalah dan tanpa permintaan maaf.

Jadi bos begitu enak, pasal 1 bos selalu benar, pasal 2 bos salah akan tetap benar, pasal 3 bos tak pernah salah.

Zakiya mengerucutkan bibirnya kesal, "Crazy boss," ucap Zakiya sambil mengusap keningnya yang sakit berulang kali.

"Ngomong apa tadi? Saya dengar," seru Arvin dari luar.

"Pak Arvin telinganya peka juga ya, padahal tadi ngomongnya pelan," rutuk Zakiya dalam hati.

"Ga ada pak."

"Omongan yang aneh tentang bos, pemotongan gaji tanpa persetujuan!"

"Huh," Zakiya menghembuskan nafasnya lega saat suara langkah kaki Arvin telah pergi.

Zakiya mengambil spons pencuci piring yang masih banyak busa dan meremasnya kuat "Pak Arvin," ucap Zakiya gregetan, ia terus meremas benda kuning itu sampai gepeng.

"Zakiya piringnya udah belum? Lama amat nyuci nya," tanya seorang pramusaji wanita yang berdiri depan pintu.

"I-iya bentar lagi," Zakiya yang mendengar itu, langsung mencuci piringnya dengan kekuatan seribu tangan.

****

Mobil Arvin terhenti di sebuah jalan besar, daerah itu sangat sepi, bahkan bangunan rumah tidak ada sama sekali, hanya ada gedung tua yang telah lama tak terpakai.

Arvin dan Zakiya turun dari mobil, mereka menatap sekitar mereka yang tidak terlihat ada tanda-tanda manusia.

"Mana butik nya pak?" tanya Zakiya bingung.

"Kita masuk gang kecil," ucap Arvin singkat.

Karena letak butiknya di gang kecil, Arvin terpaksa harus memakirkan mobilnya di jalan besar yang sepi, Arvin juga merasa bingung dengan daerah yang ia kunjungi, tapi ia mencoba untuk berpikir positif.

Arvin dan Zakiya memutuskan untuk masuk ke dalam gang kecil. Mereka memasuki gang kecil itu, saat sampai di sana ternyata tembus ke sebuah jalan besar, tidak ada rumah penduduk, hanya ada satu bangunan butik yang berdiri.

Untuk mencapai ke butik, mereka harus berjalan kaki lagi sejauh 2 meter. Tempat yang sangat terpencil dan menyeramkan.

Zakiya membaca nama butik itu dari kejauhan.

BUTIK BAR-BAR PENGANTIN AYE-AYE

Zakiya membaca nama sebuah butiknya yang terdengar lucu, aye aye? Zakiya merasa bahwa ia dan Arvin salah tujuan, dan tempat ini terlihat seperti tidak ada tanda-tanda manusia.

"Pak Arvin, ini serius butik pengantinnya?" tanya Zakiya bingung.

Pasalnya butik itu, tidak seperti bangunan butik pada umumnya. Lebih tepatnya seperti markas preman, karena banyaknya gambar dan coret-coretan graffiti yang di tulis pakai cat pylox.

Arvin memandang Zakiya malas, mana mungkin pria pintar seperti Arvin salah.

"Kamu pikir saya salah jalan? Itu bacaannya aja butik pengantin, saya liat alamatnya di koran."

"Tapi ... "

"Ssut, udah ikut aja," ucap Arvin mendahului Zakiya.

Saat Arvin dan Zakiya berjalan, mereka dikejutkan dengan teriakan keras dari belakang mereka.

Arvin dan Zakiya membalikkan badannya ke belakang, mereka terkejut saat melihat segerombolan anak punk berbadan kekar, banyak tato di lengan kanan dan kiri mereka,

Anak punk itu masing-masing saling membawa kayu.

"WOI, SEPERTINYA ADA YANG MAU NIKAH SERBU ..." teriak pemimpin anak punk itu yang langsung berlari mengejar Zakiya dan Arvin.

Arvin dan Zakiya yang merasa terancam oleh segerombolan anak punk, melarikan diri.

Arvin menggenggam tangan Zakiya dan mengajaknya lari secepat mungkin, segerombolan anak punk terus mengejar nya dari belakang membuat Arvin dan Zakiya ketakutan.

Arvin dan Zakiya terus berlari, tinggal beberapa meter lagi mereka akan sampai k butik. Setidaknya di dalam butik itu mereka akan aman di dalamnya.

Arvin menarik tangan Zakiya agar berlari lebih cepat.

"Pak ... pak Arvin, Kiya ga kuat lagi, hah hah hah cape," ucap Zakiya mengatur nafasnya yang sesak.

"Tinggal dikit lagi sampe di butik," ucap Arvin menggeret tangan Zakiya.

Zakiya yang merasa tidak kuat lagi, berhenti berlari, dan menjatuhkan badannya ke aspal, "Nyerah pak, hah hah hah."

"Kamu nih mereka udah ngejar kita," Arvin menatap segerombolan anak punk yang sebentar lagi akan mendekat, ia langsung menggendong Zakiya dengan mudahnya seperti menggendong karung beras.

Arvin pun berlari ke dalam butik dan akhirnya sampai, ia pun buru-buru menutup pintu butik itu, dan menurunkan Zakiya di lantai.

Arvin ngos-ngosan dibuatnya, ia mengatur nafasnya yang habis sambil menyenderkan kening nya di pintu masuk.

Dikejar seperti tadi, membuatnya seperti buronan yang di kejar-kejar anjing pelacak, baru kali ini ia menemukan orang-orang yang bertindak bar-bar seperti tadi. Jantungnya terasa mau copot.

Zakiya menghela nafasnya lega setelah selamat dari kejaran para anak punk.

Zakiya pun membalikan badannya, dan melihat segerombolan pria berotot kekar memakai baju tanpa lengan. Mereka semua memegang barbel menatap Zakiya tajam.

Zakiya menepuk bahu Arvin takut, "pak ... "

"Apasih, ga tau orang lagi cape apa," ucap Arvin menggerakkan bahunya.

"Pak, liat ke belakang ... "

"Ap-a," Arvin pun menatap ke belakang, dan melihat ngeri gerombolan pria berbadan kekar penuh otot menatap Arvin dan Zakiya dengan seringaian tajam.

Terpopuler

Comments

Alea Wahyudi

Alea Wahyudi

itu butik apa sarang preman si ....ampuuunn...😂😂😂

2021-03-21

0

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

🌻🌻🌻🌻🌻

2020-11-03

0

Hasnawaty Ibrahim

Hasnawaty Ibrahim

dari pertama baca ngakak terus ....🤣🤣🤣..keren Thor...semangat....💪

2020-05-29

2

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 - Awal Semua Permulaan
2 BAB 2 : Sebuah Rahasia
3 BAB 3 : Zakiya Kembali
4 BAB 4 : Perencanaan
5 BAB 5 : Si Rese Arvin
6 BAB 6 : Cobaan Menikah
7 BAB 7 : Hari Pernikahan
8 BAB 8 : Pengantin Baru
9 BAB 9 : Ulah Zakiya
10 BAB 10 : Kembali Ke Apartemen
11 Bab 11 - TAMU TAK DIUNDANG
12 Bab 12 : Si bayi
13 Bab 13 : welcome baby R
14 Bab 14 : setan nina bobo
15 Bab 15 : moment kita
16 Bab 16 : klien
17 Bab 17 : istri yang PMS
18 Bab 18 : arvin gugup
19 Bab 19 : jubah arvin
20 Bab 20 : akhiri?
21 Bab 21 : arvin yang lucu
22 Bab 22 : gara-gara popok
23 Bab 23 : momen bersama kamu
24 Bab 24 : kiya kiyo
25 Bab 25 : koper hitam
26 Bab 26 : problem
27 Bab 27 : rumah tangga
28 Bab 28 : menjadi daddy terbaik
29 Bab 29 : first night failed
30 BAB 30 : Kedatangan Seseorang
31 BAB 31 : Gaya Cemburu Arvin
32 BAB 32 : Pasar
33 BAB 33 : Penguntit
34 BAB 34 : Persiapan Ke Paris
35 BAB 35 - Bye Bye Riski
36 BAB 36 - Paris, We Are Coming
37 BAB 37 : Si Lugu
38 BAB 38 : Paris
39 BAB 39 : Menuju penginapan
40 BAB 4O : Menghabiskan Waktu
41 BAB 41 : Zakiya, Where Are You?
42 BAB 42 : Pencarian
43 BAB 43 : Ketemu
44 BAB 44 : Aku Mencintaimu, Mochi lucu
45 BAB 45 : Hipotermia
46 BAB 46 : Rencana
47 BAB 47 : Baiklah
48 BAB 48 : Wanita Cantik
49 BAB 49 : Young Master
50 BAB 50 : Saatnya
51 BAB 51 : Kebahagiaan
52 BAB 52 : EPISODE SPESIAL (Suara Hati Arvin)
53 BAB 53 : EPISODE SPESIAL (SUARA HATI KIYA)
54 BAB 54 : Pahit
55 BAB 55 : Aku Tidak Mencintaimu, Jadi Tolong Berhenti
56 BAB 56 : Tingkah Istri
57 BAB 57 : Dasar Kiya
58 BAB 58 : Pengakuan
59 BAB 59 : 24 Hours
60 BAB 60 : Sebersit Perih
61 BAB 61 : Eiffel, Salju, Purnama.
62 BAB 62 : Ala Chef
63 BAB 63 : Pure Love
64 BAB 64 : Orang Menyebalkan
65 BAB 65 : Pak Arvin, Jalan Yuk
66 BAB 66 : Parc Asterix
67 BAB 67 : One, Four, Three
68 BAB 68 : Zakiya Takut
69 BAB 69 : Kekuatan Pengantin Baru
70 BAB 70 : Me, And, You
71 BAB 71 : Arvin Tidak Suka
72 BAB 72 : Pertemuan Tak Terduga
73 BAB 73 : Tak Terduga
74 BAB 74 : Tentang Kiya
75 BAB 75 : Bersenang-senang
76 BAB 76 : Perihal Itu
77 BAB 77 : Belajar Sepeda
78 BAB 78 : Me+You
79 BAB 79 : Aku Mau Kamu
80 BAB 80 : Proses
Episodes

Updated 80 Episodes

1
BAB 1 - Awal Semua Permulaan
2
BAB 2 : Sebuah Rahasia
3
BAB 3 : Zakiya Kembali
4
BAB 4 : Perencanaan
5
BAB 5 : Si Rese Arvin
6
BAB 6 : Cobaan Menikah
7
BAB 7 : Hari Pernikahan
8
BAB 8 : Pengantin Baru
9
BAB 9 : Ulah Zakiya
10
BAB 10 : Kembali Ke Apartemen
11
Bab 11 - TAMU TAK DIUNDANG
12
Bab 12 : Si bayi
13
Bab 13 : welcome baby R
14
Bab 14 : setan nina bobo
15
Bab 15 : moment kita
16
Bab 16 : klien
17
Bab 17 : istri yang PMS
18
Bab 18 : arvin gugup
19
Bab 19 : jubah arvin
20
Bab 20 : akhiri?
21
Bab 21 : arvin yang lucu
22
Bab 22 : gara-gara popok
23
Bab 23 : momen bersama kamu
24
Bab 24 : kiya kiyo
25
Bab 25 : koper hitam
26
Bab 26 : problem
27
Bab 27 : rumah tangga
28
Bab 28 : menjadi daddy terbaik
29
Bab 29 : first night failed
30
BAB 30 : Kedatangan Seseorang
31
BAB 31 : Gaya Cemburu Arvin
32
BAB 32 : Pasar
33
BAB 33 : Penguntit
34
BAB 34 : Persiapan Ke Paris
35
BAB 35 - Bye Bye Riski
36
BAB 36 - Paris, We Are Coming
37
BAB 37 : Si Lugu
38
BAB 38 : Paris
39
BAB 39 : Menuju penginapan
40
BAB 4O : Menghabiskan Waktu
41
BAB 41 : Zakiya, Where Are You?
42
BAB 42 : Pencarian
43
BAB 43 : Ketemu
44
BAB 44 : Aku Mencintaimu, Mochi lucu
45
BAB 45 : Hipotermia
46
BAB 46 : Rencana
47
BAB 47 : Baiklah
48
BAB 48 : Wanita Cantik
49
BAB 49 : Young Master
50
BAB 50 : Saatnya
51
BAB 51 : Kebahagiaan
52
BAB 52 : EPISODE SPESIAL (Suara Hati Arvin)
53
BAB 53 : EPISODE SPESIAL (SUARA HATI KIYA)
54
BAB 54 : Pahit
55
BAB 55 : Aku Tidak Mencintaimu, Jadi Tolong Berhenti
56
BAB 56 : Tingkah Istri
57
BAB 57 : Dasar Kiya
58
BAB 58 : Pengakuan
59
BAB 59 : 24 Hours
60
BAB 60 : Sebersit Perih
61
BAB 61 : Eiffel, Salju, Purnama.
62
BAB 62 : Ala Chef
63
BAB 63 : Pure Love
64
BAB 64 : Orang Menyebalkan
65
BAB 65 : Pak Arvin, Jalan Yuk
66
BAB 66 : Parc Asterix
67
BAB 67 : One, Four, Three
68
BAB 68 : Zakiya Takut
69
BAB 69 : Kekuatan Pengantin Baru
70
BAB 70 : Me, And, You
71
BAB 71 : Arvin Tidak Suka
72
BAB 72 : Pertemuan Tak Terduga
73
BAB 73 : Tak Terduga
74
BAB 74 : Tentang Kiya
75
BAB 75 : Bersenang-senang
76
BAB 76 : Perihal Itu
77
BAB 77 : Belajar Sepeda
78
BAB 78 : Me+You
79
BAB 79 : Aku Mau Kamu
80
BAB 80 : Proses

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!