NADIRA
“Arga! Jangan mengemudi terlalu cepat! Aku takut,” erang Niken yang sesekali memejamkan kedua matanya, takut menatap ke depan.
Malam itu hujan turun cukup deras, sesekali diselingi suara gemuntur yang mengerikan dan kilat yang seolah hendak menyambar.
Arga tak menggubris, kedua mata coklatnya menatap lurus ke depan, sorotnya penuh amarah. Ketakutan Niken akan gaya mengemudinya yang di bawah kendali amarah, bukannya membuatnya untuk meredakan sedikit saja ketakutan gadis itu justru membuatnya makin menambah kecepatan dengan gila.
Niken tahu, kekasihnya itu sedang cemburu berat padanya. Niken sudah cukup tahu bagaimana sifat Arga ketika ia sedang cemburu.
“Kau belum menjawab pertanyaanku Niken, kenapa dia menemuimu? apa kau yang memanggilnya datang?” Arga mengulang pertanyaannya dengan tegas.
Niken tak menjawab, ia menelan ludah sambil menghela nafas menenangkan diri.
Arga menoleh beberapa detik ke samping gadis itu, karena Niken belum jua menjawabnya.
“Arga awas!” teriak Niken ketika menyadari mobil sport mewah yang dikemudikan Arga agak keluar jalur dan nyaris bersinggungan dengan sebuah mobil truk.
Jantung Niken serasa mau copot, nyaris saja mereka bersinggungan dengan maut jika Arga tidak cepat-cepat mengembalikan mobilnya ke jalur semula dan menghindari mobil truk itu. Niken benar-benar ketakutan dan dibuat marah oleh tingkah Arga saat ini.
“Aku sudah bilang Ga, kami tidak sengaja ketemu. Kenapa sih kamu tidak percaya padaku?” Niken berujar putus asa.
“Tidak sengaja, katamu?” Arga seolah mengejeknya, “kau sedang berbohong padaku Niken, aku lihat kau berbicara dengannya, dan kalian begitu akrab setelah bertahun-tahun kalian tidak bertemu,”
Niken memejamkan matanya, tak tahu lagi bagaimana menjelaskan pada kekasihnya itu.
“Arga, tidak begini caranya. Kita bisa mencari tempat yang nyaman untuk berbicara, tidak dengan menyudutkanku seperti ini,” geram Niken.
“Kalaupun kita bicara di tempat yang nyaman, jawabanmu pasti sama saja,”
“Memangnya kau mau aku menjawab apa? Desta adalah teman SMA-ku dan kami kebetulan bertemu tadi di Cafe,”
Arga menggeleng. Perasaannya tidak mungkin salah, ada sesuatu antara Niken dan Desta yang membuat hatinya begitu tidak nyaman.
Niken bersandar kesal di jok mobil, matanya melirik ke arah speedometer. Kecepatan Arga mengemudi semakin menggila. Niken sudah tidak bisa mentolerir sikap gila Arga yang dibalut cemburu.
“Berhenti Arga! Hentikan mobilnya!” erang Niken.
Arga tidak peduli, ia masih fokus menyetir dalam kecepatan tinggi. Berpikir seolah jalan raya ini adalah sirkuit balap.
“Arga, aku bilang hentikan mobilnya sekarang!” Niken tak sudi menjadi pelampiasan kegilaan Arga.
Niken menggeram sebal karena Arga mengacuhkan perintahnya. Niken meraih kenop pintu mobil, membuka kuncinya.
“Aku akan turun sendiri kalau kau tidak mau menghentikan mobilmu,” ancamnya, bersiap membuka pintu dan melompat turun. Tidak peduli bahaya apa yang akan terjadi jika dia benar melakukan tindakan gila terjun bebas dari mobil berkecepatan tinggi. Nyawanya sudah pasti jadi taruhan.
Arga buru-buru menginjak rem mendadak hingga ban mobilnya terdengar mendecit di aspal. Keduanya nyaris terpental jika saja sabuk pengaman tidak melingkari sempurna tubuh mereka.
Niken menarik nafas lega, ancamannya tadi berhasil menghentikan Arga dengan kegilaannya mengemudi mobil. Sedetik kemudian, Niken dengan cekatan melepas sabuk pengamannya.
“Niken,” Arga berusaha menahan gadis itu.
Niken membuka pintu turun dari mobil dan berlari menembus hujan yang masih lebat di luar.
Arga membuka sabuk pengamannya dan berlari mengejar gadis itu di tengah derasnya hujan dan dinginnya malam.
“Niken kamu mau ke mana?” panggil Arga di belakang.
“Jangan mengikutiku!” kini keadaan berbalik, Niken yang sekarang begitu marah kepada Arga.
Arga yang berpostur tinggi, punya kaki yang panjang untuk mengejar dan menyusul Niken di depan. Sekejap saja ia mampu meraih tangan gadis itu, menghentikan langkah cepatnya yang berupaya meninggalkannya.
Arga membalik tubuh Niken menghadapnya dan mengunci tangan gadis itu dengan genggamannya yang erat.
“Kita kembali ke mobil!” Arga seolah memerintah dan hendak menyeret Niken kembali ke mobil bersamanya.
“Tidak!” Niken memberontak. Walaupun tubuhnya lebih kecil, ia masih cukup punya kekuatan untuk menahan diri di tempatnya.
“Kau bisa sakit karena kehujanan,” Arga tampak peduli, walaupun nada bicaranya terdengar dingin dan kasar.
Niken makin kesal, bukannya Arga semakin melunak karena sikapnya yang memilih turun dari mobil dan menembus hujan, kalimat perhatian Arga tadi terdengar dingin, dan itu tandanya kemarahan Arga akibat cemburu belum juga reda meski hujan deras masih setia mengguyur mereka.
Dengan sekuat tenaga Niken melepaskan tangannya yang terasa sakit akibat genggaman Arga yang kuat. Niken segera mengambil langkah cepat, ia berlari meninggalkan Arga di belakang, kemudian menyebrang jalan.
“Niken, aku minta maaf! Kumohon kembalilah ke mobil!” Arga memilih mengalah melihat Niken yang bersikap keras kepala.
Arga menyusul gadis itu, tanpa melihat jalan, ia melintas begitu saja di tengah jalan menyusul Niken yang akan naik ke bahu jalan.
Tiba-tiba terdengar suara klakson berkali-kali. Arga menoleh ke arah jalan dan melihat sorot lampu mobil yang menyakitkan matanya.
“Arga!!” teriak Niken dengan histeris yang sedang berdiri di bahu jalan.
^^^
Selamat membaca! Semoga terhibur!
Aku harap kalian menikmati ceritanya.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan like dan komentar ya.
Jangan lupa vote aku juga, biar up-nya lebih semangat.
Terima kasih.
Salam hangat, Ratihyera.
^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
maura shi
menjatuhkn pilihan dsni dulu setelah milih2 novel yg mana yg seru,drama tp g alay&lebay,moga novel ini sesuai harapan q biar q bisa baca smpai end
2021-09-19
0
𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏
Mampir kk,, 🥰
2021-09-10
0
Wani Ikhwani
aku mampir
2021-09-08
0