“Apa yang terjadi dengan Arga? Kenapa bisa dia ditabrak mobil, sementara kamu baik-baik saja, padahal kalian bersama malam itu,” Rachel, ibu Arga yang biasa dipanggil Mommy, langsung menyerang Niken begitu ia sampai di rumah sakit. Setelah menjenguk Arga yang masih belum sadarkan diri di ruang perawatan VIP, ia segera memanggil Niken untuk bicara berdua di luar.
“Mommy, malam itu aku sama Arga lagi bertengkar. Kemudian, aku minta turun dari mobil. Arga membuatku takut karena dia mengemudi dengan kecepatan yang tinggi dan tidak peduli padaku yang begitu ketakutan setelah mobilnya nyaris saja menabrak truk. Aku berpikir meninggalkan Arga sampai emosinya kembali reda, tapi dia mengejarku tanpa melihat situasi di jalan, hingga akhirnya sebuah mobil menabraknya,” Niken terisak penuh penyesalan.
“Kalau sampai terjadi sesuatu kepada Arga, aku tidak akan pernah memaafkanmu karena telah menjadi penyebab putraku kecelakaan,” Rachel mengancam dengan sorot antagonis. Niken langsung merasa ciut. Ia sudah menduga jika sesuatu terjadi kepada Arga, maka orang yang pertama murka kepadanya adalah Rachel.
Rachel meninggalkan Niken sendirian di luar dan masuk kembali ke kamar perawatan Arga. Di dalam sudah ada keluarga dan juga beberapa rekan bisnisnya yang sedang menjenguk Arga.
.
.
.
Keesokannya, Arga pun siuman. Ia agak shock mendapati kedua matanya diperban dan dunianya seketika gelap gulita. Semua berusaha menenangkan, bahwa beberapa hari lagi dokter akan membuka perban di kedua matanya.
Kepada keluarganya, Arga meminta agar diberi waktu berdua dengan Niken di kamar perawatannya.
“Maafkan aku, Arga. Gara-gara aku kamu sampai kecelakaan,” Niken masih diliputi perasaan bersalah.
Tangan Arga meraba ke udara, hendak menggapai Niken. Niken meraih duluan tangan Arga, mengingat calon suaminya itu tidak bisa melihat.
“Aku yang salah, Niken. Aku membuatmu takut malam itu, kalau tidak begitu, mana mungkin kamu nekad turun dari mobilku meski di luar sedang hujan deras. Maafkan aku sudah menuduhmu yang bukan-bukan. Aku hanya sebatas melihatmu dengannya. Karena dia adalah mantan pacarmu, bagaimana aku tidak cemburu dan menuduhmu yang bukan-bukan,”
"Maafkan aku sayang, kami benar-benar tidak sengaja bertemu di cafe," lirih Niken.
Arga menarik tubuh Niken ke dadanya. Mendekapnya. Arga berpikir mungkin ia sudah salah menilai Niken yang tanpa sengaja bertemu Desta, mantan kekasihnya. Lebih baik Arga tidak terlalu memikirkannya karena sebentar lagi mereka akan segera menikah.
.
.
.
Nadira tersenyum ramah ketika beberapa perawat maupun rekan sesama dokter menyapanya. Nadira masuk ke ruangannya di UGD. Ia meletakkan tasnya di atas meja lalu mengambil jas putih miliknya dan mengenakannya. Matanya terpaku menatap sebuah paper bag kecil yang tergeletak di samping tasnya. Ada sebuah kertas memo yang tertempel di atas paper bag itu.
Nad, tolong antarkan ini kepada Arga. Aku tidak bisa menemuinya hari ini.
Nadira mengecek isi paper bag itu, terdapat sebuah kotak kecil berwarna krem dan sebuah amplop putih bertuliskan Untuk Arga.
Nadira segera keluar dari ruangannya dan menuju ke kamar perawatan Arga sambil menenteng paper bag titipan Niken untuk Arga.
Nadira mengetuk pintu begitu sampai di depan kamar perawatan Arga. Seorang gadis muda membukakan pintu.
“Apa anda dokter yang menangani kakak saya?” tanya Rasty, adik perempuan Arga setelah mengamati penampilan Nadira dalam balutan jas putih.
“Saya dokter yang menangani Arga waktu di UGD. Kenalkan, saya sepupunya Niken,” jawab Nadira tampak ramah.
Raut muka Rasty langsung berubah, “Kak Niken mana? Kenapa hari ini dia tidak datang menjenguk kakakku setelah tahu kak Arga divonis buta sama dokter?”
Nadira terdiam. Dia juga tidak tahu Niken ada di mana. Dia belum coba menghubungi sepupunya itu.
“Aku, aku juga tidak tahu Niken ada di mana,” jawabnya jujur dan polos.
Ibu Arga datang menghampiri keduanya.
“Jadi kamu yang waktu itu menjawab telponnya Arga. Apa aku tidak salah dengar, kamu sepupunya Niken?” Rachel berkata kepada Nadira.
“Iya, betul,” Nadira mendapati gelagat tidak suka dari kedua wanita di hadapannya.
“Ke mana Niken?” tanya Rachel sama seperti Rasty.
“Saya juga kurang tahu bu, saya belum berkomunikasi dengan Niken sejak pagi tadi,” jawab Nadira jujur.
“Lalu ada keperluan apa kamu kemari?” tanya Rachel lagi.
“Niken menitipkan ini kepada saya untuk diberikan kepada Arga,” Nadira menyodorkan paper bag dalam genggamannya.
Rachel dan Rasty segera mengeluarkan isi paper bag itu.
Rasty mengeluarkan kotak kecil berwarna krem dari paper bag itu dan segera membukanya. Matanya melotot tajam menatap sebuah cincin berlian.
“Mom, bukankah ini cincin pertunangan kak Niken,” Rasty berkata pada Rachel.
“Apa maksud Niken mengembalikan cincin pertunangannya dengan Arga,” Rachel tampak marah dan tidak terima dengan kenyataan yang terjadi.
Nadira sama terkejutnya dengan kedua wanita di hadapannya. Ia tak menyangka, kepolosannya datang membawa titipan Niken membuat keluarga Arga merasa tersinggung.
“Apa yang terjadi?” teriak Arga yang duduk di ranjangnya, ekpresinya datar dan sorot matanya kosong menatap lurus ke depan.
Rachel dan Rasty saling pandang dalam kebingungan. Mereka harus menjelaskan apa. Arga sejujurnya mendengar jelas pembicaraan ketiga wanita di ruang perawatannya. Ia hanya ingin memastikan apa yang sedang terjadi. Apa yang telah diperbuat oleh Niken.
“KENAPA TIDAK ADA YANG MENJAWAB!” Arga tampak emosi, ia segera turun dari ranjang dan hendak berjalan menuju ke arah ibu dan adiknya, walaupun ia sendiri tidak tahu pasti posisi mereka di sebelah mana.
Rachel dan Rasty bergegas menemui Arga, sebelum lelaki itu berjalan ke sembarang arah dan menabrak benda-benda di sekitarnya.
“Sayang, kenapa kamu turun dari tempat tidur. Mommy baru mau menghampiri kamu,” ucap Rachel sambil memegang tangan Arga, agar putranya itu berhenti melangkah.
“Apa yang di bawah sama sepupunya Niken?” tanya Arga yang tampak menahan emosi.
“Sayang, kamu tenangkan diri dulu ya,” Rachel membujuk Arga. Sejujurnya ia sangat tidak tega kepada Arga jika tahu kenyataan apa yang sedang terjadi.
“Rasty, berikan padaku!” tegas Arga sambil mengulurkan sebelah tangannya.
Saat Rachel mengangguk pelan kepada putri bungsunya, Rasty pun memberikan kotak berisi cincin itu ke dalam telapak tangan Arga yang terjulur.
Arga membuka kotak itu dan meraba isinya. Ia tak bisa lagi melihat cincin yang telah ia sematkan beberapa bulan yang lalu di acara pertunangannya dengan Niken, tapi dengan meraba ia bisa memastikan itu benar cincin pertunangan yang dikembalikan oleh Niken.
“Apa mommy sama Rasty bodoh? Kalau cincin ini dikembalikan, itu tandanya dia sudah membatalkan pertunangan dan juga pernikahan kami,” ucap Arga getir. Seketika ia melempar kotak berisi cincin itu ke sembarang arah.
Rachel dan Rasty menatap tak tega kepada Arga yang tampak berusaha menutupi kepedihannya.
“Di mana dia? Sepupunya Niken,” Arga melayangkan tangannya ke udara. Nadira yang di belakang, datang mendekat.
“Iya, saya,” jawab Nadira tak enak hati, namun juga sedikit takut.
Arga mengarahkan kepalanya ke arah di mana ia mendengar suara Nadira menyahut. Kedua tangannya bergerak, ia berhasil meletakkan kedua tangannya di pundak Nadira. Nadira merasa deg-degan saat Arga melakukan itu, seketika kedua tangan lelaki itu turun dan mencengkram ujung kerah jas putih yang dikenakan Nadira.
Arga menarik kerah jas itu sambil bertanya, “di mana Niken?” kasarnya.
Ketiga kalinya Nadira mendapat pertanyaan yang sama.
Nadira memberanikan diri menatap sejenak pada kedua mata coklat Arga yang indah, namun sayang mata coklat itu hanya menyorot kosong dan dihiasi amarah.
“Saya tidak tahu,” jawab Nadira pasrah sambil menundukkan pandangan. Sadar bahwa ibu dan adik Arga sedang menatapnya dengan sorot tak suka.
“Kenapa bukan dia sendiri yang mengembalikan cincin itu padaku?” Arga lagi-lagi bertanya seolah tak percaya dengan sikap Niken yang memutuskan hubungan mereka secara sepihak.
“Maaf, saya juga tidak tahu. Saya, hanya menemukan paper bag itu di meja saya dan ada memo yang tertulis agar saya mengantarkannya untuk kamu. Saya benar-benar tidak tahu kalau isinya adalah cincin tunangan milik Niken,” jawab Nadira dengan jujur.
Pelan-pelan Arga melepaskan cengkraman kedua tangannya dari kerah jas putih Nadira. Raut mukanya berubah datar.
“Kak, ada surat dalam paper bag-nya,” Rasty mengambil paper bag itu ketika melihat ada amplop yang menyembul keluar dan bertuliskan nama kakaknya.
“Bacakan apa isinya!” Arga seolah memberi perintah.
Rasty dan Rachel saling berpandangan sejenak. Rachel seolah memberi tahu lewat tatapannya pada Rasty, agar jangan memberi tahu yang sebenarnya apa yang tertulis di surat.
“Di sini kak Niken menulis, dia meminta maaf karena karena harus membatalkan pernikahan,” jawab Rasty.
“Apalagi yang ditulisnya?” Tanya Arga, dingin.
“Hanya itu kak,” jawab Rasty.
“Hanya karena aku buta, bukan berarti aku tidak tahu kalau kau sedang berbohong,” Arga kembali menunjukkan amarahnya.
“Kak, aku tidak berbohong,” sahut Rasty sedikit takut, pertama kalinya ia melihat sang kakak dalam emosi dan amarah yang begitu menakutkan.
“Arga, yang dibacakan Rasty sudah benar,” Rachel membela Rasty.
“Bacakan surat sialan itu tanpa harus dikurangi ataupun ditambahkan!” kalimat Arga terdengar seperti titah yang tak bisa dibantah.
Rasty akhirnya membaca isi surat itu secara jujur, “Arga maafkan aku yang sebesarnya. Aku memang pengecut, karena tidak datang langsung menemuimu. Aku tidak bisa melanjutkan rencana pernikahan kita, aku terlalu shock dengan kondisimu yang sekarang buta. Aku takut kalau aku melawan perasaanku yang sebenarnya aku malah akan menyakitimu jika aku telah menjadi istrimu. Percayalah Arga, ini yang terbaik buat kita.”
Rasty mengakhiri membaca surat itu dengan perasaan campur aduk.
Arga hanya berdiri diam di tempatnya seolah sedang mencerna isi surat dari Niken yang barusan dibacakan oleh Rasty.
“Apa dia sedang mengejekku yang buta, menuliskan alasan dia membatalkan pernikahan di selembar surat,” Arga tertawa getir.
Rachel tampak menahan amarahnya.
Arga membalik badan, dan melangkah tanpa mengangkat kedua tangannya di udara. Kakinya terantuk kaki tempat tidur, ia jatuh tersungkur di lantai.
“Sayang, mommy bisa menuntunmu ke tempat tidur,” Rachel ingin membantu Arga berdiri.
“Tinggalkan aku sendiri, mom!”
“Arga sayang...,”
“Mom, aku bilang keluar! Semuanya keluar! Tinggalkan aku sendiri!”
Ketiga wanita itu memilih mengalah dengan keluar dari kamar perawatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Sulati Cus
ternyata cinta niken cm segitu???
2022-03-25
0
Mäwår TùmbúhDhürí
niken...orang buta kn masih bisa dioprasi kok langsung memutuskan prtunangan..kecuali klo buta permanen... niken cuma mencintai fisiknya arga doang..kelihatan g tulus.
2021-09-11
0
𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏
Sabar Arga Pasti nnati Niken menyesal,,,
2021-09-10
0