Begitu keluar dari kamar perawatan Arga, Nadira mengambil ponselnya dan segera menghubungi nomor Niken. Namun nomor itu kini tidak aktif. Sekali, dua kali ia mencoba menghubungi nomor itu tetap tidak aktif. Ke mana Niken? Apa dia sengaja mematikan ponselnya?
“Kita perlu bicara!” Rachel berdiri tepat di belakang Nadira. Nada bicara dan sorot matanya begitu dingin, mirip seperti Arga.
Nadira menoleh sambil menyimpan kembali ponsel dalam saku jasnya.
“Sebagai sepupunya, kamu pasti tahu di mana Niken kan?” tanya Rachel dengan tatapan dingin. Nadira agak bergidik, sekarang ia mengerti kenapa Niken begitu ketakutan pada sosok ibunya Arga.
“Sumpah bu, saya benar-benar tidak tahu Niken di mana. Tadi saya berusaha menghubunginya, tapi nomornya tidak aktif,” Nadira berusaha tenang.
“Kamu lihat kan, apa yang sudah dilakukan Niken pada anak saya. Gara-gara dia, anak saya kena musibah kecelakaan sampai harus mengalami kebutaan, lalu seenaknya dia memutuskan hubungan karena tidak bisa menerima kondisi Arga yang buta. Perempuan macam apa dia? Aku tidak akan memaafkan apa yang sudah dia perbuat pada Arga,” Rachel menumpahkan amarahnya pada Nadira.
Nadira berusaha tetap tenang menghadapi amarah Rachel.
“Saya mengerti perasaan anda bu, juga perasaan Arga. Untuk saat ini, perasaan Arga harus ditenangkan dulu. Saya juga akan berusaha mencari keberadaan Niken,” Nadira berjanji.
Rachel tergelak, “aku tidak butuh gadis itu ditemukan. Mulai detik ini aku tidak akan pernah merestui dia dengan putraku. Lagipula sejak awal aku tidak pernah setuju dia menjalin hubungan dengan Arga. Arga saja yang sudah dibutakan cinta. Sekarang tabiat aslinya Niken sudah kelihatan kalau dia tidak benar-benar tulus mencintai Arga. Buktinya dia meninggalkannya karena alasan kebutaan Arga,”
Nadira terdiam. Rachel benar, kalau Niken sungguh mencintai Arga, bagaimana mungkin dia rela meninggalkan Arga yang buta yang justru sedang membutuhkan semangat dan dukungan darinya.
Tiba-tiba ketiganya mendengar suara benda jatuh dari dalam kamar perawatan.
“Mom! Kak Arga,” panggil Rasty dengan raut khawatir.
Rachel bergegas membuka pintu dan masuk ke kamar perawatan Arga disusul Rasty dan Nadira di belakang.
Kamar itu berantakan, dipenuhi benda-benda yang berserakan di lantai, jatuh di mana-mana. Arga secara membabi buta meraih benda apa saja yang bisa ia raih lalu menghempaskannya jatuh di lantai.
Arga berdiri mematung sambil mengatur laju nafasnya. Di bawah kakinya begitu banyak serpihan pecahan gelas dan juga darah segar yang mengalir dari telapak kakinya.
“Arga, kamu terluka sayang!” pekik Rachel begitu khawatir dan menuntun Arga naik ke tempat tidur.
Arga menurut saja, mengabaikan rasa perih di bawah kakinya.
“Arga, kamu jangan seperti ini. Mommy jadi sedih,” air mata Rachel menetes pelan melihat kondisi Arga yang begitu menyedihkan.
Nadira bergegas mengambil kotak P3K di dekat tempat tidur Arga, lalu dengan cekatan membalut luka akibat pecahan serpihan kaca yang melukai telapak kaki Arga.
Rasty yang dibantu Nadira, membereskan kekacauan di kamar yang telah dilakukan Arga. Sementara Rachel sedang menenangkan perasaan Arga sambil mengelus pelan ubun-ubun kepala Arga yang diam di atas ranjangnya dengan pandangan kosong.
Sekilas Nadira mengamati, wajah tampan dan mata coklat Arga adalah cetak biru dari wajah cantik Nyonya Rachel yang khas kaukasia.
.
.
.
Nadira menghela nafas ketika ia baru saja menginjak rem dan memarkir mobilnya memasuki halaman rumah paman dan bibinya, yang merupakan ayah dan ibunya Niken.
Ayah Niken adalah kakak dari ayahnya Nadira. Kedua orang tua Nadira sudah meninggal dunia dan menjadi yatim piatu ketika ia masih duduk di bangku kelas 3 SMP. Setelahnya, Nadira tinggal di rumah paman dan bibinya serta tumbuh dewasa bersama Niken.
Nadira dan Niken adalah gadis yang sama-sama cantik. Tapi yang menjadi perbedaan, Nadira adalah gadis yang punya prestasi akademik yang baik sejak bangku sekolah hingga bangku perguruan tinggi. Ia berhasil mendapatkan beasiswa kedokteran di UGM. Sementara Niken, prestasi akademiknya juga cukup baik tapi jika dibandingkan dengan Nadira, Nadira jauh lebih cerdas.
Niken tumbuh sebagai gadis yang manja dalam keluarganya karena ia adalah anak tunggal. Sama seperti Nadira namun sejak ia harus kehilangan sosok orang tua di usia yang masih belia, mau tak mau Nadira mendidik dirinya sendiri untuk menjadi mandiri dan tidak bersikap manja. Walaupun paman dan bibinya memperlakukan ia sama seperti Niken, tidak pilih kasih.
Nadira segera turun dari mobilnya. Pembantu rumah membukakan pintu ketika ia tiba. Nadira harus mendapati kenyataan ketika paman dan bibinya juga sedang kebingungan mencari keberadaan Niken. Niken pergi begitu saja, tanpa berpamitan, hanya membawa beberapa lembar pakaiannya dan juga meninggalkan selembar surat yang intinya mengatakan untuk tidak mengkhawatirkannya, ia akan kembali nanti jika waktunya sudah tepat.
“Jadi paman sama bibi juga tidak tahu, Niken ada di mana?” Nadira duduk lemas di hadapan bibinya yang sesenggukan memikirkan keberadaan Niken.
“Kami baru ingin bertanya padamu nak, barangkali saja Niken sempat berpamitan padamu,” ucap Herman, paman Nadira. Ia duduk di samping istrinya sambil mengelus pelan pundaknya agar tetap tenang dalam kondisi sekarang.
“Tidak paman. Niken tidak pernah bilang apapun padaku, terakhir kami ketemu itu tiga hari yang lalu waktu perban matanya Arga dibuka. Arga dan juga keluarganya mencarinya. Niken bahkan mengembalikan cincin tunangannya dengan Arga. Pagi tadi aku mendapati bingkisan untuk Arga dari Niken di mejaku, aku benar-benar tidak tahu kalau isinya adalah cincin, aku langsung saja membawanya ke kamar Arga. Dia dan juga keluarganya begitu marah karena hal ini, mereka begitu tersinggung dengan sikap Niken yang mengembalikan cincin dan memutuskan hubungannya dengan Arga secara sepihak karena kondisinya yang kini mengalami kebutaan,” Nadira menjelaskan panjang-lebar.
“Astagfirullah anak itu, lagi-lagi bertindak sesuka hatinya tanpa memikirkan perasaan orang lain,” ujar Herman yang tak menyangka, “pantas saja beberapa rekan bisnisku tiba-tiba menelpon dan membatalkan kerjasama mereka dengan perusahaan paman. Saat kami mengumumkan pertunangan dan juga rencana pernikahan Niken dan Arga, karena nama baik dan reputasi Nyonya Rachel perusahaan paman mendapatkan banyak keuntungan dan juga tawaran kerjasama juga dari beberapa kolega bisnis Nyonya Rachel. Sekarang, perusahaan paman pasti akan dihabisi oleh Nyonya Rachel karena tindakan Niken yang memutuskan hubungannya dengan Arga,” Herman bertutur gelisah.
“Benarkah paman?”
“Paman tidak ikhlas kalau perusahaan paman harus kena sasaran kemarahan Nyonya Rachel karena ulah Niken yang membuat kekacauan. Nyonya Rachel adalah tokoh pengusaha yang paling berpengaruh di negeri ini, sejak suaminya meninggal delapan tahun silam, dia mengambil alih jabatan pimpinan perusahaan dan membuat perusahaan multi nasional rintisan keluarga besarnya mendapat keuntungan yang besar dan jadi terkenal. Arga baru dua tahun terakhir menduduki jabatan pimpinan perusahaan menggantikan Nyonya Rachel. Dengan kondisi Arga yang buta sekarang, kemungkinan Nyonya Rachel yang akan kembali memimpin perusahaannya,”
Nadira diam mencerna penjelasan pamannya. Ia juga tidak ingin karena ulah Niken, kehidupan paman dan bibinya pun jadi ikut diusik oleh Nyonya Rachel. Semua gara-gara Niken. Kalau saja dia bertemu dan bicara baik-baik dengan Arga dan ibunya, tentu akan mengurangi sedikit luka di hati Arga. Tapi mengingat bagaimana karakter Nyonya Rachel wajar saja jika Niken tidak berani mengutarakan langsung perasaannya, ia baru beberapa kali bertemu ibunya Arga dan Nadira juga sudah bisa membaca seperti apa karakternya.
“Paman, aku akan membantumu membereskan kekacauan ini karena ulah Niken,” Nadira berjanji.
“Apa yang akan kau lakukan nak?”
“Aku akan coba berbicara dengan Nyonya Rachel,”
“Kamu tidak perlu melakukan itu. Nyonya Rachel itu punya pendirian yang kuat, sekali dia memutuskan sesuatu, tidak akan mudah baginya untuk mengubah,”
“Apa salahnya dicoba, paman. Kami sama-sama wanita, sekeras apapun karakter Nyonya Rachel, dia pasti masih punya sisi kelembutan dalam hatinya, apalagi dia juga seorang ibu,”
Inilah perbedaan mendasar antara Nadira dan Niken. Niken terlalu takut menghadapi amarah Nyonya Rachel, tapi Nadira ia cukup berani. Baginya, cukup Niken saja, tidak mesti menyeret perusahaan pamannya juga.
“Nadira sayang, kamu tinggallah di sini dengan kami. Rumah ini terasa sepi sejak kamu memutuskan untuk tinggal di apartemen. Apalagi sejak Niken pergi, rumah jadi makin sepi,” pinta Widya ibunya Niken.
“Iya bibi, besok aku akan membawa koperku lalu tinggal di sini lagi untuk menemani bibi biar tidak merasa kesepian,”
Nadira memeluk Widya penuh kehangatan, ia sudah menganggapnya seperti ibu kandungnya sendiri. Apapun yang dimintanya, tak pernah ia bantah selama ia bisa melakukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Bryna Filia
agak aneh ya nadira bersikeras buat ngobrol sama rachel. walaupun sepupu, itu tetap ranah pribadi dan menurut gw itu terlalu ikut campur
2021-08-29
0
Rahmi Diana
beda banget niken sm nadira dlm menghadapi masalah
2021-08-28
2
Nur hikmah
uuh g enak nih hatiku...nnti demi mnyelematkn perusahaan pmany nadira sruh nkh ma arga ...uuh n nnti stlh nikah niken blik.....ooh no...no...no...
2021-08-27
0