Ketika Pembunuh Bayaran Jatuh Cinta

Ketika Pembunuh Bayaran Jatuh Cinta

Hari yang melelahkan

Pranggg...

Suara barang pecah terdengar sampai ke kamar seorang Dokter muda yang telah mengenakan baju kebesarannya. Ia melangkahkan keluar kamar menuju dapur, didepan matanya terpampang jelas sang Ayah dan Ibu yang saling mencaci maki.

Setiap hari sarapan paginya hanyalah pertengkaran antara Ayah dan Ibunya. Terkadang ia jengah akan kelakuan kedua orang tuanya, bagaiman tidak? Pertengkaran mereka setiap saat, bahkan hal sepele pun menjadi panjang urusanya.

"Apakah mereka tidak lelah bertengkar seperti itu setiap hari?" batinnya.

"Ayah, Ibu, Adit berangkat ke RS dulu," ujarnya sambil berlalu meninggalkan kedua orang tuanya.

Walaupun mungkin ia tidak dihiraukan atau dilihat kehadirannya oleh kedua orang tuannya. Tapi Dokter muda itu tetap menghormati Ayah dan Ibunya, orang yang telah merawat dan membesarkan dirinya.

Tanpa kedua orang tuannya ketahui bahwa putra mereka memiliki jiwa yang mengerikan, tersemunyi di balik sikapnya yang dinggin.

Yang Ayah dan Ibunya tau bahwa apa yang ia miliki, seperti rumah dan mobil adalah gajihnya dari menjadi Dokter. Dan tanpa diketahui oleh kedua orang tuannya bahwa putra mereka memiliki pekerjaan rahasia dan menghasilkan uang yang banyak dalam waktu yang singkat.

.

.

.

Dimobil

"Hufff.... "

Dokter muda itu menghela nafas, jujur saja ia merasa lelah seperti ini. Memiliki keluarga broken home itu berat. Apa lagi ia harus bersabar menghadapi tingkah laku kedua orangtuanya. Sang Ayah yang suka bejudi dan mabuk-mabukan, belum lagi sang Ibu yang tukang selingkuh.

Dirinya hanya merasa berhutang budi kepada kedua orang tuanya, mereka yang telah melahirkan dan merawatnya. Kalau tidak, mungkin sudah lama ia usir atau ia habisi haja sekalian, tapi ia tak mampu karna didalam darah orang tuanya mengalir juga darahnya.

Sebuas-buasnya binatang mereka tidak akan pernah menyakiti darah daging mereka, hal itu yang membuat Aditinya mau berbelas kasihan kepada kedua orang tuanya.

.

.

.

POV Aditiya

Namaku Aditiya yang kata Ibuku artinya sang Matahari, kedua orang tuaku berharap hidupku seterang sinar Matahari seperti itu pemaparan mereka.

Aku bekerja sebagai Dokter bedah di RS Harapan Bangsa.

Siapa yang tidak mengenal diriku? Dokter bedah muda yang baru berusia genap 27 tahun, yang telah mengantongi gelar Dokter bedah yang selalu suskes dalam melakukan operasi.

Gelar S1 jurusan kedokteran yang aku dapatkan dengan susah payah tapi bisa menghantarkan diriku menjadi Dokter yang mampu bersaing dengan dokter senior yang lain.

Baru 3 tahun aku menjadi Dokter tapi jam terbangku di dunia kedokteran bukan hal yang main-main karna aku melakukan tugasku dengan suka rela.

Semua pencapaianku saat ini berkat kepala RS Harapan Bangsa pak Malik beliaulah Multivator terbesarku dan selalu mendukung aku menjadi Dokter dari segi materi hingga moril, beliau berikan.

Aku terlahir dari keluarga yang tidak harmonis atau istilahnya broken home, yang selalu membuat aku muak akan kehidupan berumah tangga.

Orang tua ku selalu bertengkar, pernah bercerai tapi rujuk lagi entah apa alasannya tapi hal itu sudah berapa kali terjadi membuatku semakin tidak mau ikut campur dengan urusan mereka.

Perempuan bagiku hanyalah mahluk yang lemah dan menyebalkan. Aku paling enggan berurusan dengan yang namanya perempuan karna bagiku mereka hanya akan menyusahkan saja.

Hal yang paling aku sukai adalah meporak-porandakan tubuh manusia tapi apa yang aku lakukan tidak dalam kejahatan karna itu salah satu pekerjaan ku sebagai Dokter bedah. Ketika ada mayat yang akan melakukan otopsi maka aku akan maju lebih dulu untuk melakukan tugas yang dikatakan kebanyakan orang mengerikan. Tapi ada satu hal yang aku lakukan dan boleh dikatakan kejahatan, rahasia yang aku simpan dari orang-orang sekelilingku.

Pekerjaan rahasia ku adalah menjadi pembunuh bayaran, dengan cara itu aku bisa mengumpulkan banyak uang dalam waktu yang singkat.

Aku memiliki inisial MP yang artinya Malaikat Pembantai, hanya orang tertentu yang bisa menghubungiku dan aku hanya mau melakukannya sesekali itupun dengan bayaran yang mahal pula.

Semuanya karna kebutuhan hidup yang harus aku penuhi, orang tuaku hanya bisa menuntut tanpa mau membantu membuatku memilih jalan hidupku sendiri tanpa sepengetahuan mereka tentunya.

.

.

.

Bremmm....

Suara mobil yang aku hidupkan, tujuanku hari ini seperti biasa ke RS menjadi Dokter. Mobil yang aku tumpangi telah meninggalkan halaman rumah melaju memasuki jalan raya yang mulai hiruk pikuk kendaraan karna sudah jam kerja. Waktu setiap orang untuk memulai pekerjaannya sama seperti diriku saat ini menuju tempat aku bekerja di RS Harapan Bangsa.

Sesampainya aku di lobi RS, aku sudah menerima panggilan untuk melakukan operasi secara mendadak.

"Dokter Aditiya, tolong langsung keruang operasi" perintah dokter jaga yang melihatku.

Aku mengayunkan langkah kaki lebih cepat menuju ruang operasi, ketika tiba disana aku dikejutkan oleh seorang gadis yang masih memakai seragam sekolah.

Gadis itu memaki para Dokter dan Suster disana, tapi anehnya tidak ada yang berani melawan gadis itu.

"Kalian akan menerima KONSEKUENSINYA, jika pelayanan kalian seperti ini" teriak gadis itu.

"Ada apa ini? " Tanyaku yang membuat semua mata tertuju kepadaku.

"Didalam ada seorang polisi yang tertembak, tetapi peluru nya terlalu dekat dengan jantung" jelas seorang Dokter tentang duduk perkaranya.

"Jadi, kalian takut mengoperasinya? " tanyaku mengintimindasi mereka.

Melihat mereka yang hanya tertunduk diam, memperjelas bahwa pernyataanku tadi benar.

"Sus, tolong berikan surat pernyataan kesedian operasi kepada keluarga pasien" Perintahku kepada suster yang ada disana sambil berlalu dan menatap gadis bar-bar itu sekilas sebelum memasuki ruang operasi.

Setelah hampir 20 jam melakukan operasi waktu yang cukup lama karana target peluru yang hampir mengenai jantung, tapi bisa aku lakukan dengan hasil yang memuaskan.

"lagi dan lagi Dokter Adit berhasil menolong orang" ujar Dokter Asmara memujiku sambil mendekat.

Aku tidak memperdulikannya dan memilih melangkahkan kakiku menjauh darinya, tetapi aku teringat akan sesuatu dan membalikan badan.

"Di mana anak pasien tadi Sus? " Tanyaku penasaran akan gadis bar-bar itu.

"Anak pasien yang mana Dok? " tanya Suster itu ragu-ragu .

"Gadis yang memaki kalian semua!" kataku memperjelas.

"oh, gadis itu bukan anak pasien Dok, "

Dahiku mengkerut binggung, kalau bukan anak pasien lalu kenapa gadis itu harus marah-marah seperti tadi?

"Lalu siapa gadis itu? " Tanyaku yang membuat Suster itu menatap Dokter Asmara disempingnya dan begitu sebaliknya.

Aku tersadar akan pertanyaan bodoh yang aku tanyakan kepada kedua perempuan itu, membuatku melanjutkan langkah kaki meninggalkan mereka yang masih saling menatap satu sama lain. Etah apa yang mereka pikirkan aku tidak perduli.

"kenapa dengan diriku? " tanyaku dalam hati.

Setelah pertemuan singkat dengan gadis bar-bar itu aku merasa aneh dengan diri ini. Hampir setiap saat terbayang akan wajah gadis itu.

Hampir setiap detik bayangan gadis itu muncul bagaikan menghantuiku setiap waktu, perasaan aneh muncul tiba-tiba perasaan seolah-olah ingin melihat wajah gadis itu.

"Ada apa ini? Apakah aku sakit? Ah..., kurasa tidak mungkin! ini hanya halusinasiku saja," gumamnya.

.

.

.

...Bersambung ••• •...

...dukung autor receh ini dengan like end comen...

Terpopuler

Comments

Irma Kirana

Irma Kirana

ceritanya bagus, Semangat ☺️

2022-10-17

1

Keysa_Bom

Keysa_Bom

hai kak salam kenal dari " Istri pengganti CEO" yuk mampir ya kak 😊🙏🙏

2022-07-07

1

Reo Hiatus

Reo Hiatus

letakkan koma sebelum tanda petik dua yang akhir

2022-06-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!