Hari berlalu seperti biasanya, setelah kejadian kemarin Dokter Asmara semakin membuntuti Aditiya. Dia penasaran bagaimana bisa kalau Dokter muda dan terkenal seperti Dokter Adit menanyakan tentang seorang gadis yang masih remaja, apa lagi kelakuan gadis itu yang bar-bar membuat dirinya penasaran akan kepribadian Dokter bedah yang satu ini.
Ketika di depan ruangan Dokter Adit, ia melihat Dokter muda itu keluar dari ruangannya. Dokter cantik itu tidak bisa menahan dirinya lagi untuk tidak bertanya.
"Dokter Adit, apakah anda akan melakukan operasi hari ini? " tanyanya hanya untuk basa-basi semata.
Tapi pertanyaannya tidak dihiraukan oleh Dokter muda itu, Dokter Asmara tidak menyerah ia terus mengikuti Dokter Adit sampai di lorong rumah sakit. Namun Adit berhenti lalu berbalik badan menatap Asmara dengan tatapan tajam seolah-olah ingin menguliti Dokter cantik itu hidup-hidup.
"Apakah anda tidak memiliki perkerjaan, Dok? " tanyanya mengintimindasi Dokter cantik itu dan membuat yang di tanya menelan silvernya.
"Ba-nyak-ko-, Dok" jawabnya terbata.
"Lalu, kenapa anda mengikuti saya? "tanya Adit dinggin.
"Ah..., itu...," Dokter Asmara mencoba mencari-cari alasan tapi hasilnya nihil, tidak ada ide untuk mengalihkan pembicaraan dengan Dokter Adit.
"Aduh, kenapa aku gugup setengah mati ya? Apalagi tatapan mata itu! Rasanya aku ingin mati berdiri" batin Dokter Asmara.
"Minggir!"
Teriakan seorang gadis menarik semua perhatian orang yang ada disana tak terkecuali Dokter Adit yang mengenali siapa pemilik suara itu.
Gadis bar-bar yang membuat seorang sikopat sepertinya tak kenyang makan, tak lelap tidur, dan yang paling menyebalkan adalah hilangnya selera Adit untuk membedah tubuh Manusia membuat ia benar-benar dendam akan gadis itu.
Gadis yang seperti hantu tak henti-hentinya menggangu pikirannya kini ada di depan matanya membuat Dokter muda itu tersenyum devil.
Dokter Asmara yang masih disampingnya memperhatikan sedikit perubahan wajah Dokter muda itu pun bertanya.
"Apakah anda sedang tersenyum, Dok? "
Pertanyaan Dokter cantik itu mengalihkan perhatiannya.
Kini Dokter Adit menatap tajam Dokter cantik itu membuat Dokter itu mundur kebelakang kini ia benar-benar merasa takut akan Dokter muda itu.
"Tolong berikan jalan!" teriak seorang suster mengawal gadis yang masih menggunakan seragam sekolah dan menggendong anak kecil di belakang pungggungnya.
Semua orang memberikan jalan kepada gadis tersebut seperti perintah suster yang terus melangkahkan kakinya menuju ruang IGD, kebetulan berpasaan dengan Dokter Adit.
"Dok, ada keadaan darurat!" terang suster itu dan mendapatkan angukan kepala dari Dokter Adit yang berati ia mengerti apa yang harus dilakukan.
"Silahkan masukan kesini," ujar Dokter jaga yang ada disana ketika melihat kedatangan pasien darurat.
"Kak, aku takut," rintih anak kecil itu sambil menatap sendu wajah gadis yang menggendongnya.
"Tidak apa-apa, Dek. Disini ada Kakak," ujarnya menenangkan sang adik.
"Dimana Dokternya!" Teriak gadis itu ketika sampai di dalam ruangan.
Adit yang mendengar teriakan gadis itu segera mempercepat langkah kakinya menuju ruang IGD, ketika di depan pintu ia dihadang oleh seorang Suster.
"Dok, keadaan pasien mengkhawatirkan" lapornya pada Dokter muda itu lalu berlalu mendekati pasien guna memasang selang infus.
"Sus, tolong panggilakan Dokter Dody untuk mendampingi saya!"perintahnya dan diangguki oleh Suster tersebut.
Setelah Suster itu belalu, Dokter Asmara mendekat memperhatiakn keadaan pasien tersebut.
"Kenapa memanggil Dokter Dody? Saya bisa mendampingi anda," ujar Dokter cantik itu berdiri disamping Adit.
Sedari tadi Adit tidak menyadari bahwa Dokter cantik itu masih mengikutinya hingga kedalam ruangan IGD.
"Anda Dokter kandungan, tolong kembali keruangan anda!" perintahnya, Adit benar-benar geram akan tingkah laku Dokter cantik itu.
Tahu akan kemarahan Dokter Adit, Dokter Asmara langsung melangkahkan kakinya menjauh kabur meninggalkan ruangan IGD.
"Menyeramkan," gumamnya.
Kebetulan Dokter Dody berpasan dengan Dokter cantik itu dan mendengar gumamnya. Ia semakin mempercepat langkah kakinya menuju ruang IGD bersama beberapa para staf.
Ketika didepan pintu IGD ia dikejutkan oleh Adit yang mendorong bankar yang diatasnya ada anak kecil yang terbaring lemah tak berdaya dengan selang infus dan oksigen.
"Dokter Dody, tolong perintahkan para staf menyiapkan ruang operasi!" perintah Adit ketika berpasan dengan Dokter Dody yang langsung diangguki oleh lelaki berewokan tersebut.
"Kak, aku takut," rintih anak kecil itu yang masih setia mengenggam tangan sang kakak, seolah-olah tak ingin berpisah.
"Sabar ya, Dek. Kakak akan menemanimu sampai akhir," ujarnya sambil tangan yang satunya mengelus puncak rambut sang adik.
"Tolong, anda tunggu diluar!" cegah salah satu Dokter yang ada disana ketika melihat gadis itu ingin ikut memasuk keruang operasi.
"Tolong! Izinkan saya menemani adik saya, didalam," ujar gadis itu memohon.
"Maaf dek, ini sudah peraturan rumah sakit," jelas Dokter Dody memberi pengertian dengan lembut.
Dokter Dody paham apa yang dirasakan oleh gadis itu, karna dirinya pun pernah berada diposisi sang gadis.
Walaupun ingin selalu berada didekat orang yang terkasih, akan tetapi keadaan yang mengharuskan untuk menjauh. Sedangkan diri kita tidak ingin menjauh.
"Kak, aku takut," lirih sang adik sambil menatap sendu wajah sang kakak.
"Tolong, izinkan saya menemani adik didalam!"
Sekali lagi gadis itu memohon, berharap permintaanya bisa dikabulkan.
Adit geram akan tingkah gadis dihadapanya, ia segera mencekram pergelangan tangan gadis itu dengan kuat dan memisahkan genggaman tangan antara gadis itu dengan sang adik.
Adit menatap tajam Dokter Dody memberi isyarat apa yang harus lelaki itu lakukan.
Paham akan kode keras Dokter Adit, Dokter berewokan itu segera membawa pasien anak kecil itu masuk keruangan operasi dan meninggalkan Dokter Adit bersama gadis yang mereka pikir kakak sang pasien.
"Kakak..., " lirih sang adik dibawa kedalam dan menghilang setelah pintu ditutup rapat.
Kini hanya tinggal mereka berdua, Dokter Adit dan sang gadis.
"Apa mau anda?" tanya sang gadis sambil menatap tajam Dokter muda itu, dari sorot matanya menjelaskan bahwa saat ini gadis itu tengah menahan perasaan marah yang besar.
"Tolong? Jangan ganggu jalannya operasi!" jawab Adit dingin sambil menatap tajam gadis didepanya.
Meraka saling menatap dengan tatapan kebencian, hingga tercipta keheningan.
Tatapan mereka bertemu cukup lama dan entah kenapa Dokter muda itu seolah terhipnotis gadis didepanya yang bisa ditaksir baru berusia belasan tahun, dari baju seragam sekolah yang dikenakannya.
"Dok, keadaan pasien memburuk!" teriak sorang Suster yang menyadarkan dua insan tersebut.
Tanpa Adit sadari ia masih menggenggam pergelangantan tangan gadis itu dan membawanya masuk keruang operasi.
"Dok, bagaimana keadaan pasien?" tanyanya dan mendapat gelengan kepala Dokter Dody.
"Anissa!" teriak gadis itu histeris, ia bisa menangkap apa yang dimaksud oleh Dokter tersebut.
"Maafkan kakak, Nis. Maaf, Kakak tidak bisa menemani kamu sampai akhir," isak gadis itu sambil memeluk jasad sang adik, membuat suasana menjadi sendu.
"Semua ini gara-gara kamu!" hardik gadis itu sambil menatap tajam Adit.
"Kamu ... ."
.
.
.
...bersambung ••• •...
...dukung author receh ini dengan like end comen...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
🇮🇩⭕Nony kinoy❃hiat🇵🇸
wadaw
2022-06-28
1
Nyai💔
hadir aku
2022-06-22
1
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
berani mampir lngsng fav
2022-06-17
3