Gagal Sebelum Memulai

Berita meninggalnya gadis kecil yang ditaksir baru berusia 5 tahun yang ditangani oleh Dokter Aditiya menjadi trendin topik di RS Harapan Bangsa. Berita yang masih hangat itu pun sampai kepada kepala RS pak Malik dan beliau langsung memanggil Dokter muda itu untuk menghadapnya.

Tok...

Tok...

Tok...

Suara ketukan pintu terdengar dari luar ruangan pak Malik.

"Masuk!" perintahnya.

Dokter muda itu masuk ketika terdengar perintah untuk masuk dari dalam dan ia bisa melihat lelaki paruh baya yang selama ini banyak berjasa dalam hidupnya tersenyum penuh wibawa.

"Duduk, Nak" pintanya ketika melihat Dokter Aditiya yang selama ini menjadi Dokter kebangggan di RS Harapan Bangsa dibawa kepemipinannya.

Dokter muda itu menarik kursi tepat didepan lelaki paruh baya yang begitu ia hormati, lalu mendudukan bokongnya.

"Pak, tentang berita yang beredar?" ucap Adit ragu untuk melanjutkan ucapannya.

Sebenarnya ia tahu tidak mungkin Pak Malik memanggilnya, kalau ia tak membuat masalah.

"Apa kamu mengenal gadis kecil yang meninggal di meja operasi kemarin?" tanya pak Malik sambil menatap Dokter muda itu yang dibalas dengan gelengan kepala, yang menandakan bahwa Dokter muda itu tidak tahu akan indintitas gadis yang meninggal tersebut.

"Namanya Anissa, dia salah satu anak yatim piyatu yang tinggal di Panti asuhan Darma Bakti," ujar pak Malik menjelaskan.

"Sial! Aku lupa kalau gadis bar-bar itu meneriakkan nama itu!" batin Adit.

"Dan, apa kamu mengenal gadis yang mengenakan seragam sekolah? Yang mengantar gadis kecil tersebut?" tanya Pak Malik lagi mendapatkan gelengan kepala dari Dokter muda itu.

"Namanya Nur Haliza anak Profesor Riduwan, kamu masih ingatkan dengan Profesor Riduwan?" tanya pak Malik dan mendapatkan anggukan kepala dari Dokter muda itu.

Siapa yang tak mengenal Profesor Riduwan? Seorang Profesor yang terkenal dengan penemuannya, dalam meracik obatan tradisional yang telah mendunia.

Beliau salah seorang profesor yang paling disegani bukan hanya karna ilmu kedokteran yang ia miliki, tapi akan rendah hati yang beliau selalu perlihatkan kepada setiap orang yang bertemu dengan beliau.

Jelas, Dokter Adit mengenalnya ! Bahwa sejujurnya ia sangat mengidolan Profesor Riduwan, tapi ia tak mau mengakuinya karna ego yang tinggi.

Gengsi yang terlalu tinggi yang ia miliki bukan tanpa sebab ia merasa dirinya masih muda dan masih bisa menggali pontensi lebih dalam, dari pada Profesor Riduwan yang telah berusia setengah abad.

.

.

.

"Profesor Riduwan ingin menitipkan Liza putrinya kepada kamu nak, karna Liza akan masuk ke Fakultas kedokteran yang menaungi RS kita! Apa kamu bersedia nak Adit? " Tanyak pak Malik sopan takut menyinggung Dokter muda itu yang telah ia angap seperti anak sendiri.

Bagaikan mendapat angin segar, Dokter muda itu tersenyum devil mendengar permintaan pak Malik. Tentu dengan senang hati ia akan menyiksa eh salah, maksudnya menerima gadis bar-bar itu, ia menaruh dendam pada gadis bar-bar yang telah mencoreng reputasinya sebagai Dokter yang selalu berhasil dimeja operasi dan harus ternodai oleh kesalahan gadis bar-bar itu. Akibat ulah sang gadis yang memperlambat proses jalannya operasi yang akan dilakukan olehnya.

Dirinya yang belum mengoperasai pasien tapi pasiennya malah meninggal duluan, membuat ia benar-benar dendam akan gadis bar-bar itu.

"Saya akan melakukan yang terbaik untuk Bapak"

"Syukurlah, kalau begitu Bapak kamu istirahatkan dari tugas kedokteran dan Bapak akan mengirim biodata kamu untuk menjadi dosen pembimbing di Fakutas kedokteran tempat Liza menimba ilmu, dengan begitu Bapak merasa tenang karna ada kamu yang hampir 24 jam berada disisi gadis itu" Jelas pak Malik panjang lebar.

"Maksud Bapak saya vakum dari dunia kedokteran dan menjadi dosen pembimbing?" Tanya Adit sedikit kecewa, karna bagaimana pun ia sangat menyukai meja operasi. Dimana ia bisa mengalirkan jiwa piskopatnya dengan cara membedah tubuh Manusia.

"Iya nak, dan Liza akan tinggal bersama denganmu. Apa kamu bersedia menampung sekaligus menampingi anak profesor Riduwan?" Tanya pak Malik yang mulai ragu apakah permintaanya terlalu berlebihan.

Adit tergagap mendapat pertanyaan lelaki yang banyak membantu hidupnya, jarang sekali pak Malik meminta bantuannya seakan tidak enak jika menolak permintaan lelaki yang rambutnya mulai memutih itu.

"Bukan begitu pak, saya harus meminta izin dulu kepada kedua orang tua saya" Ujarnya mendapatkan alasan yang tepat.

Ah, orang tua! Dokter muda itu teringat akan bagaimana kelakuan orang tuanya.

"kau akan merasakan bagaimana rasanya menjadi bawang putih" Batinya tersenyum devil.

"Kamu tidak perlu meminta izin lagi pada kedua orang tuamu nak, karna Bapak dan profesor Riduwan sudah memintak izin menitipkan Liza kepada orang tuamu, dan mereka sudah menyetujuinya. Malahan orang tua kamu dengan senang hati menerima Liza berada dirumah kalian"

"Oleh sebab orang tua kamu dengan senang hati menerima Liza profesor Riduwan mengizinkan Liza tinggal dengan kamu, karna ada kedua orang tua kamu dirumah. Selain itu ilmu dan kemampuan yang kamu miliki salah satu kenapa Profesor Riduwan memilih kamu untuk menjaga dan menjadi dosen pembimbing putrinya.

"Baiklah kalau begitu pak, saya undur diri ingin mengemas barang-barang pribadi saya" Izin Adit pamit karna ia rasa tidak ada apa lagi yang harus di bicarakan dengan pak Malik selaku kepala RS tempatnya bekerja.

Adit bangkit dari duduknya dan menduduk kan sedikit badannya sebagai bentuk penghormatan kepada lelaki didepannya yang banyak berjasa dalam hidupnya, melangkahkan kakinya menjauh dari hadapan lelaki itu menuju pintu keluar, sebelum ia berlalu pak Malik memberi perintah.

"Silahkan nak, dan setelah itu kamu mampir ke Fakultas kedokteran untuk melengkapi berkas kamu menjadi dosen pembimbing disana" Pesan pak Malik sebelum Dokter muda itu berjalan menuju pintu keluar dan mendapat anggukan kepala tanda Dokter muda itu akan melakukan perintahnya.

.

.

.

Setelah kepergian Dokter muda itu pak Malik memikirkan apa kah yang dilakukannya ini benar? Membiarkan seorang gadis tinggal satu atap dengan pemuda yang sudah dewasa. Walau ia tahu selama ini Dokter Adit tidak pernah berdekatan dengan perempuan, tetapi Dokter muda itu juga lelaki pasti memiliki harsat didalam dirinya. Tapi mereka tidak hanya berdua ada orang tua Dokter Adit dirumah.

"Jangan memikirkan hal yang tidak-tidak Malik" Batin pak Malik menasehati diri sendiri.

Cukup lama ia termenung memikirkan apa yang ia pinta pada Dokter muda yang telah dianggap seperti anak sendiri, dan akhirnya ia memutuskan mengambil henphonnya dan menelpon seseorang.

Tut...

Tut...

Tut...

Suara telepon menyambung tapi belum diangkat oleh pemiliknya dan ketika beberapa detik kemudian.

"Halo... " Terdengar suara seseorang dari seberang sana.

"Emmmm.... " Pak Malik berdehem menetralkan perasaannya.

"Halo... Nak" Sapa pak Malik ramah.

"Iya pak, apakah sudah berhasil? " Tanya seseorang dari sana dengan mengebu-ngebu.

"Iya nak, sekarang kamu bisa datang kerumahnya" Jawab pak Malik.

"Terimakasih pak"

Telepon dimatikan secara sepihak dari seseorang yang berada diseberang sana.

"Dasar anak jaman sekarang" Gumam pak Malik geram teleponnya dimatikan sebelum ia selesai berbicara

.

.

.

...bersambung......

dukung autor receh ini dengan like end comen

Terpopuler

Comments

🇮🇩⭕Nony kinoy❃hiat🇵🇸

🇮🇩⭕Nony kinoy❃hiat🇵🇸

apa LG nh, rencana nya dr. adit

2022-06-28

1

NandhiniAnak Babeh

NandhiniAnak Babeh

ok masih d sni

2022-06-22

1

🎤༈•⃟ᴋᴠ•`♨♠Echa🐞Jamilah🍄☯🎧

🎤༈•⃟ᴋᴠ•`♨♠Echa🐞Jamilah🍄☯🎧

nice thor.. semangat terus yg up yah

2022-06-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!