Lucifer My Little Son
Ersya Melviano Ravindra
"Membunuh? Itu bukan lagi sekadar pilihan, itu jalanku! Memanipulasi? Sudah jadi darah dagingku! Pengkhianat? Mereka adalah borok busuk yang harus disingkirkan! Dan pemberontak... ah, mereka adalah jenis makhluk paling menjijikkan yang ingin kubinasakan hingga ke akar-akarnya. Aku tidak pernah memberi ampun pada yang membelot, karena aku membenci mereka lebih dari apapun!"
"Dendam? Itu nafasku. Itu denyut nadiku. Itu adalah bahan bakar ku untuk tetap hidup! Aku akan memburu satu per satu musuhku, dan ku pastikan mereka menjerit dalam penderitaan yang mereka ciptakan sendiri! You hate me? Then prepare to DIE, because I’ll burn this world down if that’s what it takes!"
"Aku... tidak pernah meminta untuk dilahirkan! Tidak pernah merengek minta hidup di dunia keparat ini, apalagi jika akhirnya hanya dianggap sampah yang tak bernilai! Kalau sejak awal kalian tak menginginkan aku... kenapa tidak membunuhku saja saat aku masih dalam kandungan? Kenapa tidak mencabut nyawaku sebelum aku bisa membuka mata melihat dunia yang keji ini?!"
"Tapi kalian memilih untuk membuang ku. Meninggalkanku. Menginjak harga diriku seolah aku bukan apa-apa! Dan sekarang, kalian pikir kalian bisa tenang? Kalian pikir semuanya akan baik-baik saja? SALAH BESAR! Kalian yang menciptakan monster ini. Kalianlah alasan aku menjadi seperti ini. Maka bersiaplah... karena AKU AKAN MEMBALAS! Dengan segala luka, dengan setiap tetes air mata yang kalian buat, AKU AKAN MENGHANCURKAN SEMUANYA!"
...*****...
...Perhatian: Novel ini mengandung kata kasar dan sadis disetiap kata yang ada di dalamnya! Bila tidak menyukainya, kalian bisa langsung keluar dan tidak perlu membacanya. Karena disini tidak ada unsur pemaksaan! Harap memaklumi bila ada kata yang salah dan kurang tepat....
...*****...
Suara rintihan lirih namun memilukan terdengar di antara keramaian jalan yang tak pernah berhenti. Rintihan itu datang dari seorang anak laki-laki, tak lebih dari dua tahun usianya, tergeletak di tanah yang dingin dan kotor. Tubuh mungilnya gemetar hebat, darah membasahi bagian perutnya, merembes melalui pakaiannya yang telah robek tak beraturan.
Tangisannya lirih, tidak meraung, tapi menyayat, menikam setiap hati yang masih memiliki rasa kemanusiaan. Tapi anehnya… orang-orang hanya lewat. Pandangan mereka kosong. Beberapa menoleh sebentar, tapi tak satu pun yang mendekat. Tidak satu pun yang berhenti untuk bertanya, apalagi menolong. Seakan penderitaannya hanya hiasan dari realita yang mereka abaikan.
Luka itu bukan luka biasa, sobekan panjang dan sayatan dalam menganga di perut kecilnya. Darah masih mengalir... itu adalah hasil dari tindakan biadab sekelompok manusia pedagang organ, yang tak segan merobek tubuh mungilnya demi ambisi dan uang haram.
Mereka mencabut sebagian dari kehidupan anak itu, lalu membuangnya seakan ia hanyalah boneka rusak.
"Aku pasti... akan balas." Suara anak itu lemah, bergetar, namun mengandung bara kecil yang menyala di dalam tatapan matanya. "Aku akan membalas rasa sakit ini... pada manusia-manusia gila itu." Tangannya yang mungil berusaha menekan luka di perutnya, menahan darah agar tak terus keluar.
Matanya menatap ke langit seolah bertanya pada Tuhan,
"Kenapa aku? Kenapa aku yang harus mengalami ini..."
"Siapapun... tolong aku." Suaranya kian tenggelam, hampir tak terdengar, tertelan oleh deru langkah kaki orang-orang yang terlalu sibuk untuk peduli. Dunia terlalu bising untuk mendengarnya. Tapi dendam telah tertanam. Dalam tubuh mungil yang hampir kehilangan segalanya, tumbuh sebuah tekad. Kelak... ia akan membuat mereka merasakan luka yang sama. Bahkan lebih dari pada apa yang ia rasakan.
Bruuukkk
Anak laki-laki itu tak kuasa menahan rasa sakit yang begitu luar biasa diperutnya lagi, pada akhirnya membuat ia jatuh pingsan hingga tidak sadarkan diri dijalan, dengan tangan mungil yang terus meremas kuat perutnya seolah mencegah darahnya yang terus keluar deras bagaikan air mengalir. Ia berusaha untuk tetap hidup, dan percaya bahwa kebahagiaan akan menantinya setelah ini.
"Bagaimana keadaannya, Dokter?" tanya seorang wanita cantik pada seorang Dokter, yang habis menangani anak kecil yang ia bawa dalam keadaan menyedihkan.
"Salah satu ginjalnya telah hilang, kemungkinan besar ginjalnya telah diambil secara paksa. Oleh sebab itu kondisinya saat ini sangatlah memprihatinkan, jika anak kecil itu tidak segera di tindak lanjuti, mungkin saja anak laki-laki itu akan--" jawab Dokter tersebut, terpotong cepat oleh perkataan wanita yang ada didepannya saat ini.
"Dokter, tolong lakukan yang terbaik untuknya! Berapapun biayanya... saya yang akan menanggungnya. Asalkan ia sembuh itu tidak masalah bagi saya untuk membayar masa perawatannya." kata wanita tersebut yang memotong cepat ucapan Dokter.
"Secepatnya kami akan mengoperasi anak laki-laki itu, kami pasti akan bekerja sebaik mungkin untuk menyembuhkannya."
Mendengar hal itu, membuat hati wanita cantik itu sedikit tenang. Ia tak perduli dengan uang yang akan ia keluarkan untuk pengobatan yang tak murah itu, asalkan sebuah nyawa selamat. Ia rela menggunakan semua uang nya untuk menyelamatkan sebuah nyawa, karena kehilangan adalah akhir yang menyedihkan.
Dokter itu... ia segera pergi untuk melanjutkan kembali tugasnya sebagai penyembuh, ia bergegas memindahkan anak laki-laki yang tak berdaya itu ke ruangan yang berbeda. Sedangkan sosok wanita yang baik hati itu, ia segera menyelesaikan segala sesuatu yang menyangkut pembayaran. Mungkin, jika anak laki-laki tersebut mampu membuka kedua matanya saat ini, ia pasti akan merasa bahagia dan bangga karena ada seseorang yang masih mau menolongnya di dunia yang menyedihkan ini. Apalagi orang yang menolongnya itu adalah seorang wanita cantik berhati mulia.
Ia pasti akan sangat bersyukur bisa diberikan kesempatan untuk hidup jauh lebih baik lagi.
"Bagaimana mungkin di usianya yang masih begitu kecil, ia sudah merasakan hal mengerikan seperti ini. Mengapa semua orang tega padanya... bukannya pada menolong anak itu, mereka justru hanya mempertontonkan anak laki-laki itu seakan percaya bahwa nyawa kecil itu takkan pernah selamat jika mereka bantu pun. Mereka semua menjijikan... dan itu menyebalkan." gumam wanita itu dengan pelan, seperti samar.
"Siapa sebenarnya orang tuamu? Mengapa ia sangat kejam terhadapmu, menelantarkan mu begitu saja dijalan seperti itu tanpa bantuan siapapun. Apakah mereka tidak punya hati? Hingga tega membuang mu yang masih kecil begitu saja, dalam kondisi dimana anak itu masih membutuhkan figur orang dewasa... dunia ini kejam untuk nya yang kecil, dan kelak jika ia sudah sehat dan sembuh sepenuhnya. Aku harap ia akan bersikap jauh lebih kejam dari pada orang lain." lirihnya dengan kesal.
Tiga setengah jam kemudian...
Setelah tiga setengah jam yang menegangkan, pintu ruang operasi akhirnya terbuka perlahan. Seorang anak laki-laki dibawa keluar di atas brankar, tubuhnya masih lemah. Tanpa ragu, wanita cantik yang sedari tadi menunggu langsung mengikuti mereka dari belakang, langkahnya cepat namun penuh kekhawatiran. Ia baru berhenti saat brankar itu memasuki ruang rawat yang telah disiapkan untuk anak itu.
"Bagaimana kondisinya?"
"Selamat nona, operasinya berjalan dengan sangat lancar dan anak laki-laki itu sudah tidak perlu di khawatirkan kembali. Kini anak laki-laki tersebut hanya perlu berisitirahat sebanyak-banyaknya dan perlu rutin untuk meminum obatnya, setelah operasi selesai kondisi fisiknya justru menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tidak ada yang perlu di cemaskan lagi untuk kedepannya, hanya dengan menjalankan pengecekan rutin dan meminum obat secara teratur, ia pasti akan kembali sehat seperti sedia kala." jelas Dokter tersebut tersenyum manis, saat menyampaikan berita kebahagiaan itu.
"Terimakasih, Dokter. Anda telah bekerja keras untuk menyelamatkan nyawa kecil itu, sekali lagi terimakasih Dokter."
"Sama-sama Nona, ini sudah jadi tugas dan kewajiban kami untuk menolong nyawa seseorang."
"Apakah saya sudah bisa menjenguknya Dokter? Atau, kira-kira kapan saya bisa melihatnya."
"Untuk saat ini masih belum bisa, kemungkinan besok baru bisa. Agar kenyamanan pasien tidak terganggu, untuk sesaat tidak ada yang boleh menjenguknya dulu."
"Baiklah dokter, jika seperti itu."
*****
"Akan ku bunuh kalian semua jika kalian bermain-main denganku. Apalagi dengan cara mempermainkan bundaku! Takkan aku pedulikan siapa kalian, mau kalian itu orang tua atau bukan. Jika memang kalian ingin bermain-main denganku, maka aku akan membunuh kalian dengan cara yang kejam, sadis, dan tanpa ampun, siapapun itu... Lawan kalian adalah aku."
Ersya Melviano Ravindra
*****
"Aku tak pernah menyangka... bahwa putra kecil yang aku didik dengan baik, tanpa terduga justru memiliki sifat yang begitu buruk. Mungkinkah ini semua berawal dari pengajaranku? Atau mungkin ini semua berawal dari kenyataan pahit dalam hidupnya yang lalu? Aku tidak tahu pastinya. Aku tidak tahu..."
Zenitha Merlina Revandra
*****
Awal dari segalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Sandrie
suka suka😍
2022-07-11
0
🍒Marniselv🍒
suka thorr 😁 yo lanjut
2022-06-12
0
Nayla Arunika
"lucifer my little soon"
soon?
soon?
maksudnya soon?
aku bingung 🙂
son maksudnya kali 🥲
2022-05-21
4