NovelToon NovelToon

Lucifer My Little Son

S1 Lucifer: Awal dari segalanya

...Ersya Melviano Ravindra...

"Membunuh adalah caraku. Memanipulasi adalah kebiasaanku, penghianat adalah musuhku! Pemberontak adalah hal yang paling aku tidak sukai karena aku sangat membencinya. Membalas dendam adalah kebiasaanku... Terutama untuk musuhku, I will kill everyone who hates me in return for hating me"

"Aku tidak pernah meminta untuk dilahirkan ke dunia apa lagi jika hanya untuk dibuang bagai sebuah sampah layaknya tak berguna begitu saja! Bila tidak menginginkan aku lantas mengapa melahirkan ku? Mengapa tidak membunuhku atau menggugurkan aku ketika aku masih berada di dalam kandungan? Bila seperti ini, kalian sendiri juga yang akan menanggung konsekuensinya dari ku. Karena aku akan BALAS DENDAM! kepada kalian, tidak ada yang peduli siapa yang telah melahirkan ku dan membuang ku begitu saja. Karena aku akan pasti bahwa kalian akan menanggung sebuah konsekuensi yang begitu berat.Terimakasih, Terimakasih telah melahirkan ku bahkan membuang ku tanpa alasan yang tidak pernah aku ketahui, aku bersumpah pasti akan membalas KEBANGSATAN kalian yang tidak mempunyai hati itu"

...*****...

...Perhatian: Novel ini mengandung kata kasar dan sadis setiap kata di dalamnya! Bila tidak menyukainya kalian bisa langsung keluar dan tidak perlu membacanya. Karena disini tidak ada unsur pemaksaan! Harap memaklumi bila ada kata yang salah dan kurang tepat....

...*****...

"Ugrhhh"

Suara rintihan seorang anak laki-laki yang kira-kira berusia dua tahun pun terdengar menyayat telinga. Suaranya mampu mengundang banyak sekali pandangan orang-orang yang tengah berlalu lalang di depannya tanpa berniat untuk membantu dirinya yang kini tengah benar-benar menahan rasa sakit yang begitu luar biasa.

Rasa sakit tersebut pun berasal dari salah satu tubuhnya yang dimana yaitu bagian perutnya.

Luka sobekan? Luka sayatan? Benar! Keduanya benar, luka sobekan dan sayatan tersebut tercipta dari sebuah sebilah pisau tajam! Dan itu didapatkan oleh anak laki-laki tersebut dari sekelompok perdagangan organ manusia yang sengaja merebut paksa salah satu organ tubuhnya.

"Sakit sekali" Rintih anak laki-laki tersebut dengan terus memegangi perutnya.

"Aku pasti akan membalas rasa sakit ini kepada sekelompok manusia gila itu"

"Siapapun tolong bantu aku"

Bruuukkk

Karena anak laki-laki tersebut tidak kuasa menahan rasa sakit yang begitu luar biasa diperutnya, akhirnya membuat dirinya pun jatuh pingsan hingga tidak sadarkan diri dijalan dengan tangan mungil yang terus meremas kuat perutnya untuk mencegah darahnya yang terus keluar deras bagaikan air mengalir.

"Bagaimana keadaannya dokter?" Tanya seorang wanita cantik kepada seorang dokter perihal kondisi seseorang yang ia bawa.

"Salah satu ginjalnya telah hilang dan kemungkinan ginjalnya telah dicuri secara paksa! Oleh sebab itu kini kondisinya sangatlah memprihatinkan, jika ini segera tidak di tindak lanjuti mungkin saja anak laki-laki itu akan--" Jawab dokter tersebut yang terpotong oleh perkataan wanita cantik yang ada didepannya saat ini.

"Dokter, tolong lakukan yang terbaik untuknya! Berapapun biayanya saya yang akan menanggungnya. Asalkan ia sembuh itu tidak masalah bagi saya untuk membayar masa perawatannya" Kata wanita tersebut dengan memotong ucapan dokter tersebut begitu cepat.

"Secepatnya kami akan mengoperasi anak laki-laki itu, kami pasti akan bekerja sebaik mungkin untuk menyembuhkannya" Balas dokter tersebut dengan tersenyum kecil.

Angguk wanita baik hati itu dengan mengucap "Terimakasih".

"Sama-sama"

Setelah mengucapkan kata terakhir itu, dokter tersebut pun langsung saja pergi dengan terburu-buru untuk melakukan operasi terhadap anak laki-laki itu! Yaa, jadi anak laki-laki tersebut akhirnya ada yang berbaik hati mau menolongnya serta mau membayar seluruh perawatannya dari mulai operasi, obatnya, masa perawatannya serta yang lainnya juga.

Mungkin bila anak laki-laki tersebut mampu membuka kedua matanya kembali saat ini, ia pasti akan merasa bahagia dan bangga karena ada seseorang yang masih mau menolongnya di dunia ini. Dan orang yang menolongnya itu adalah seorang wanita cantik.

"Bagaimana mungkin di usianya yang masih begitu kecil, ia sudah merasakan hal seperti itu. Mengapa semua orang sangat tega kepadanya?! Bukan menolongnya tapi justru mereka hanya mempertontonkan anak laki-laki itu saja" Gumam wanita cantik tersebut dengan menatap lirih kearah jendela ruang rawat yang terdapat anak laki-laki tersebut di dalamnya.

"Siapa sebenarnya orang tuamu? Mengapa ia sangat tega terhadapmu dengan menelantarkan mu begitu saja dijalan seperti itu"

"Apakah mereka tidak punya hati? Hingga tega membuangmu begitu saja dalam kondisi yang seperti ini! Dunia ini kejam untukmu yang kecil, dan kau jika sudah sehat nantinya kau harus lebih kejam kedepannya nak" Lirih wanita cantik tersebut.

Tiga setengah jam kemudian...

Akhirnya setelah tiga setengah jam pintu ruang operasi yang tertutup kini akhirnya mulai terbuka dengan secara perlahan sambil membawa brankar anak laki-laki tersebut untuk segera dipindahkan ke dalam ruang rawat, dan wanita cantik itupun yang melihat hal tersebut langsung saja mengikuti mereka semua dari belakang. Hingga pergerakannya terhenti tepat dimana ruang rawat yang akan diisi oleh anak laki-laki tersebut.

"Bagaimana kondisinya?"

"Selamat nona, operasinya berjalan dengan sangat lancar dan anak laki-laki itu kini sudah tidak perlu di khawatirkan kembali. Kini anak laki-laki tersebut hanya perlu berisitirahat sebanyak-banyaknya dan perlu rutin untuk meminum obatnya, setelah operasi selesai kondisi fisiknya justru sudah menjadi lebih baik dari sebelumnya tidak ada yang perlu di cemaskan lagi" Jelas dokter tersebut dengan tersenyum.

"Terimakasih"

"Terimakasih karena dokter sudah menyelamatkan nyawanya" Ucap kembali wanita cantik tersebut.

"Sama-sama nona, ini sudah jadi tugas dan kewajiban kami untuk menolong nyawa seseorang" Balas dokter tersebut dengan mengangguk kecil.

"Apakah saya sudah bisa menjenguknya dokter?"

"Untuk saat ini masih belum bisa, kemungkinan besok baru bisa"

"Baiklah, sekali lagi terimakasih dokter"

"Sama-sama nona, kalau begitu saya permisi" Pamit dokter tersebut dengan tersenyum kecil dan mengangguk pelan.

...*****...

...Ini adalah awal dari segalanya...

..."Akanku bunuh kalian semua jika kalian semua berniat bermain-main denganku! Apalagi dengan bundaku. Tidak peduli kalian orang tua atau bukan! Yang ingin bermain-main denganku maka aku akan membunuh kalian dengan sadis dan tanpa ampun, siapapun itu"...

..."Jangan pernah takut dengan orang yang ingin menjatuhkanku bunda! Karena pada dasarnya mereka semua sudah berada di bawahku"...

...Ersya Melviano Ravindra...

..."Sudah ku katakan tidak apa-apa. Suatu hari nanti pasti akan menjadi hari yang baik, percayalah. Kau tidak akan sendirian. Karena aku akan selalu disisimu, kita akan baik-baik saja"...

..."Aku tidak pernah menyangka, putra kecil yang aku didik dengan baik justru malah memiliki sifat yang begitu buruk! Mungkinkah ini semua berawal dari pengajaranku? Atau mungkin ini semua berawal dari kenyataan hidupnya yang lalu? Aku tidak tau. Pemikiranku benar atau tidak. Aku tidak tau"...

...Zenitha Merlina Revandra...

S1 Lucifer: Kisah yang sebenarnya

...Zenitha Merlina Revandra...

"Putraku adalah segalanya bagiku. Putraku bagiku adalah sebuah permata yang sangat langkah di dunia ini. Tidak ada permata yang bisa ditandingi oleh putraku! Bila pun ada itu pasti hanya akan berada di dalam mimpi saja"

"Tidak ada kisah yang benar-benar berakhir bahagia. Mereka hanya tidak memperlihatkan kepada dunia episode menyedihkannya, menyakitkannya, serta mengecewakan dari hidupnya. Akan aku tegaskan sekali lagi bahwa tidak ada yang namanya HAPPY ENDING"

*****

Keesokan harinya...

Ruang rawat

Hentakan langkah kaki seseorang mampu mengusik telinga anak laki-laki tersebut yang kini masih setia menutup matanya. Dan dengan perlahan-lahan anak laki-laki tersebut pun membuka kedua matanya, dengan pandangan yang kabur dan silauan cahaya lampu yang tajam menyorot jelas kearah kedua matanya, hingga mampu membuat anak laki-laki tersebut kembali menutup matanya dengan cepat, karena pantulan cahaya lampu yang menyakiti kedua matanya membuat anak laki-laki tersebut pun menutup kembali kedua matanya.

Hingga beberapa menit kemudian, anak laki-laki tersebut pun mencoba kembali membuka kedua matanya secara perlahan dan keseluruhan. Ketika kedua matanya sudah terbuka dengan sempura anak laki-laki tersebut perlahan menatap sekitarnya dan mengamati setiap benda yang ada di dekatnya itu.

"Dimana ini?" Tanya anak laki-laki tersebut dengan nada serak sambil menatap sekitarnya.

"Akhirnya kau sudah sadar, bagaimana perasaan mu? Apa kau merasa sakit di bagian perutmu atau kepalamu. Katakan padaku agar aku bisa membantumu" Celetuk wanita tersebut dengan tersenyum manis menatap anak laki-laki tersebut yang kini tengah menatapnya dalam.

"Kau yang menolongku?" Tanya anak laki-laki tersebut dengan pelan dan untungnya masih bisa di dengar oleh wanita cantik tersebut.

"Benar, aku yang membawamu kemari dan mengobati lukamu" Jawab wanita tersebut.

"Terimakasih"

"Sama-sama, hmmm... Bisakah kau mengatakan padaku siapa namamu? Agar kedepannya aku bisa memanggilmu dengan lebih akrab" Tanya wanita tersebut kembali.

"Nama? Aku tidak mempunyai nama" Ujar anak laki-laki tersebut dengan menggelengkan kepalanya pelan.

"Siapa namamu?"

"Namaku Zenitha Merlina Revandra, panggil saja aku Nitha" Balas wanita cantik tersebut dengan mengungkapkan namanya yang bernama-- Zenitha Merlin Revandra.

"Bunda"

"Ha?" Bengong Zenitha ketika mendengar panggilan yang diberikan oleh anak laki-laki yang ada di depannya saat ini.

"Terimakasih, bunda! Tolong berikan aku sebuah nama" Pinta anak laki-laki tersebut kepada Zenitha dengan wajah tersenyum kecil.

"Mengapa kau memanggilku bunda?" Kata Zenitha dengan bertanya kepada anak laki-laki tersebut sambil mengangkat salah satu alisnya keatas.

"Apa tidak boleh?"

"Kau ingin menjadi anak ku?"

"Jika diizinkan, bila tidak... Tidak masalah, tapi tolong kembalikan aku ketempat dimana kau menemukanku" Tutur anak laki-laki tersebut.

Mendengar perkataan anak laki-laki tersebut Zenitha justru malah diam dan tak membalas kembali ucapan anak kecil yang ditolongnya itu namun sedetik kemudian iapun tersadar kembali dari lamunannya.

"Ersya Melviano Ravindra, apa kau suka?" Pungkas Zenitha dengan bertanya.

"Itu... Untukku?"

"Benar, apa kau suka?"

"Aku suka, terimakasih" Balas anak laki-laki tersebut yang telah bernama-- Ersya Melviano Ravindra.

"Mulai sekarang dan seterusnya kau adalah putraku! Kemana pun bunda pergi kau harus mengikuti bunda. Kau mengerti Er?" Tegas Zenitha dengan tersenyum manis sambil memeluk pelan tubuh mungil Ersya.

"Izinkan aku menangis"

"Tentu, peluklah aku dan menangislah sesuka hatimu untuk sekarang. Namun kedepannya, aku takkan mengizinkan mu kembali menangis! Putraku"

Tangis haru dan bahagia pun akhirnya keluar begitu saja dibibir mungil milik Ersya. Karena dirinya benar-benar sangat-sangat terharu dengan apa yang terjadi hari ini. Dimana ia kini telah diangkat oleh seorang wanita cantik yang memiliki hati mulia dan mau berbaik hati menolongnya dari maut. Air mata bahagia pun tidak bisa kembali dibendung oleh Ersya lagi. Hingga membuat dirinya kini menangis saking bahagia dan terharunya.

Ini kali pertama ia bahagia dan menangis dalam kebahagiaan!.

"Terimakasih hikssss... Terimakasih karena bunda sudah mau menerimaku!" Tangis Ersya diliputi oleh rasa bahagia dan haru karena Zenitha benar-benar telah penolong dalam hidupnya.

"Jangan menangis lagi" Lirih pelan Zenitha.

"Izinkan aku untuk selalu bersamamu bunda, dimanapun dan kapanpun" Tutur Ersya dengan memeluk erat tubuh Zenitha walau dirinya masih berbaring ditempat tidur.

"Tentu"

*****

Tiga tahun kemudian...

"Bunda" Panggil Ersya yang kini sudah berusia lima tahun.

Setelah tiga tahun terakhir ini, hidup Ersya sanglah baik dari segi apapun. Bahkan kini Ersya mulai banyak yang menyukainya di sekolah karena memiliki wajah yang tampan, bulu mata yang lentik dan warna mata yang hitam pekat! Yang mampu memikat anak-anak kecil, remaja bahkan orang dewasa sekalipun berkat ketampanan yang ia miliki itu.

Tapi wajah tampannya itu di kelilingi oleh aura datar dan dingin, tapi bila Ersya tengah bersama Zenitha ia hanya akan menunjukkan ekspresi imut dan lucunya disertai senyuman dan tawa manis darinya, berbeda bila sedang diluar ketika bertemu orang luar lainnya.

"Kau sudah pulang Er? Apa kau ingin makan" Tanya Zenitha sambil tersenyum manis dan berjongkok menyeimbangi tubuh tinggi Ersya.

"Tidak bunda, aku ingin membersihkan tubuhku terlebih dahulu. Setelah itu baru makan bersamamu" Jawab Ersya dengan menggelengkan kepalanya kecil.

"Hahahaha, baiklah-baiklah bunda menunggumu. Cepat sana bersihkan tubuhmu yang sudah bau asam ini" Titah Zenitha dengan menutup hidungnya pelan sambil tertawa geli melihat tingkah putranya itu.

Ersya memang bukan pura kandungnya, tapi Zenitha... ia sangat menyayanginya bak putra kandung. Zenitha selama ini bahkan sangat mencintai dan menyayangi Ersya karena ia berkata bahwa Ersya adalah putra kandungnya. Ia tidak pernah menganggap bahwa Ersya adalah putra angkat yang ia temui karena ia lebih menyukai bahwa status Ersya adalah putra kandungnya.

"Terimakasih tuhan, karena kau sudah mempertemukanku dengan anak setampan Ersya. Aku tidak akan pernah menyia-nyiakan pemberianmu karena pemberianmu yang satu ini sangatlah berharga bagiku!"

"Dia mungkin bukan putra kandungku, dan bukan aku yang melahirkannya. Tapi setelah aku bertemu dengannya ia kini menjadi putraku. Putra kandungku yang aku lahirkan tepat ketika aku bertemu dengannya" Gumam Zenitha dengan tersenyum kecil.

"Dia adalah putra kandungku! Hari ini esok atau nanti... Kedepannya atau kebelakangnya ia tetap putraku" Tegas Zenitha kembali.

"Bunda" Panggil Ersya kembali yang kini sudah selesai membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya.

"Tampannya anak bunda, kemari sayang! Bunda ingin mencium mu" Pinta Zenitha dengan memerintah kepada Ersya untuk mendekat kearahnya.

Ersya dengan patuhnya langsung saja mendekatkan dirinya ke arah sang bunda dan ketika sudah sampai, benar saja! Zenitha benar-benar menciumnya dengan sangat gemas.

"Muachh"

"Untuk yang terakhir" Kata Zenitha dengan tersenyum kecil.

"Terimakasih bunda"

...*****...

...Kisah yang sebenarnya...

..."Bila ada seseorang yang memperlakukanmu layaknya boneka! Maka patuhi dia tapi jadilah boneka Annabelle untuknya"...

..."Hiduplah seperti aspal, diam walaupun di injak-injak, tetapi bisa melukai walau tanpa bergerak"...

...Ersya Melviano Ravindra...

..."Rasa sakit yang abadi adalah pertanda bahwa kau memiliki keberanian yang besar. Tersenyumlah dan tipu dunia bahwa kau baik-baik saja"...

...Zenitha Merlina Revandra...

S1 Lucifer: Awal kehancuran

...Virendra Haitham Victor...

"Jangan pernah menguji sosok iblis yang ada di dalam diriku, atau kalian akan tau akibatnya! Dan aku tidak akan pernah mau membantu kalian nantinya atau kedepannya ketika sosok iblis itu keluar dari tubuhku begitu saja"

"Penghianat! Pemberontak! I hate that... Aku akan membunuh siapapun orang yang ingin menentang keputusanku, tidak peduli, tua, muda, balita, atau sebagainya... Aku akan tetap membunuh mereka, bila mereka menentangku maka pilihannya hanya ada dua "Aku yang mengirim? Atau kau yang langsung pergi ke neraka?" Lebih baik pergi sendiri karena kau bisa leluasa memilih neraka yang kau inginkan, karena bila aku yang mengirim kau! Maka hanya satu neraka yang akan menjadi tempat kau berada nantinya. Jahanam! Yaa, itulah yang pantas untuk orang-orang yang ku benci terutama untuk seorang penghianat seperti kalian"

*****

"Er, Kau ingin pergi dengan bunda tidak?" Tanya Zenitha.

"Kemana bunda?"

"Karena hari-hari biasanya bunda selalu sibuk kerja, dan sekarang bunda mendapat jatah libur. Bagaimana jika kita pergi berjalan-jalan?! Kemana saja asal Er suka" Tutur Zenitha.

"Baiklah, aku setuju bunda"

"Anak pintar"

"Yasudah cepat selesaikan makananmu bunda juga akan menyelesaikan makanan bunda" Titah Zenitha dengan mengusap pelan kepala Ersya.

"Baik"

*****

"Dimana orang itu?"

"Sepertinya dia sudah kabur bos! Bagaimana sekarang? Apa kita harus mencarinya? Atau kita kembali ke markas?" Tanya seseorang kepada orang yang dipanggilnya "Bos".

"Arghhhh, sialan! Cari sampai dapat. Entah itu hidup atau mati cari dia sampai dapat" Marah orang tersebut dengan memerintahkan kepada anak buahnya untuk mencari seseorang.

"Baik bos"

"Mari kita cari kesana"

"Baiklah bos"

"Sudah pergi? Hhhh" Gumam seorang pria dengan mengangkat satu alisnya menatap punggung orang-orang yang mengincarnya tadi.

"Tidak ada yang akan bisa menangkap ku dengan mudah! Karena kalian tidak akan pernah bisa. Bermimpi saja" Kata pria tersebut.

Dretttt... Dretttt...

Unknown: Halo, King.

Unknown: Jemput saya segera.

Unknown: Baik, King.

Tut.

"Ck, peluru kecil ini. Beraninya menempel di kulitku!" Kesal pria tersebut dengan perlahan mengeluarkan sebuah pisau lipat kecil didalam saku celananya.

Pisau lipat kecil tersebut pun dikeluarkan untuk membantu dirinya mengeluarkan dua peluru kecil yang bersarang ditangannya. Dengan perlahan dan hati-hati pria tersebut mulai menggores kulit tangannya dan mencongkel dua peluru yang ada disana dengan sangat tidak sabar.

Dan setelah berhasil mengeluarkan satu peluru, Iapun berhenti sejenak untuk mengamati setiap inci peluru tersebut, setelah selesai mengamati pria tersebut kembali mengambil satu peluru yang masih melekat ditangannya! Setelah terlepas kedua peluru tersebut, kemudian ia simpan didalam saku celananya bersama dengan pisau lipat kecil miliknya yang tadi ia gunakan.

"Pelurunya tidak beracun, bodoh! Dasar orang-orang bodoh. Bagaimana mungkin senjata api yang ditembakkan kepadaku ini tidak diberi racun? Bila ingin menangkap ku harusnya memakai otak terlebih dahulu dan jangan langsung gegabah seperti pengecut bukan? Hhh"

"Mereka memang pengecut! Dan mereka tidak punya otak" Lirih pria tersebut kembali.

"King" Panggil seseorang kepada pria yang tengah terduduk di tanah tersebut dengan hormat.

"Ambil ini" Ujar pria tersebut dengan melempar pisau lipat miliknya dan dua peluru tersebut kepada seseorang yang baru saja datang.

Happp

"King, luka anda?" Kata orang tersebut dengan terpotong oleh ucapan pria tersebut.

"Jangan peduli"

"Hmmm, Baik! King"

"Virendra Haitham Victor, Itulah namaku. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini yang tidak bisa aku dapatkan! Apapun yang aku inginkan aku akan mendapatkannya. Karena siapapun yang menghalangi jalanku, maka aku akan langsung menebas kepalanya dengan katana kesayanganku! Darah kotor mu adalah makanan sekaligus minuman untuk katana kesayanganku"

*****

"Bunda, bisakah kau tunggu sebentar disini?" Pinta Ersya dengan menatap wajah cantik Zenitha sang bunda sambil melepaskan genggaman tangannya.

"Kau ingin pergi kemana Er?" Tanya Zenitha dengan mengerutkan keningnya kecil tak lupa satu alis yang mengangkat keatas.

"Aku ingin mencari toilet, karena aku ingin membuang air kecil, bunda! Aku tidak akan lama. Bunda kau tunggulah aku disini sebentar saja aku akan kembali nanti" Tutur Ersya dengan meyakinkan sang bunda yaitu Zenitha untuk tidak merasa khawatir akan dirinya.

"Yaa, baiklah! Pergilah Er" Balas Zenitha dengan tersenyum kecil.

"Baik, terimakasih bunda"

"Hmmm"

Setelah mendapat izin dari sang bunda, Ersya pun langsung saja pergi dengan terburu-buru mencari seseorang. Yaa, Ersya mengatakan pada Zenitha bahwa ia tengah ingin membuang air kecil! Tapi kenyataan sebenarnya ia tengah ingin menemui seseorang yang entah siapa.

"Lucifer" Panggil seseorang pelan yang tengah berdiri didekat sebuah pohon kelapa besar.

"Hmmmm" Dehem orang tersebut yang tak lain adalah Ersya.

"Ini flashdisk yang kau minta, sisanya sudah aku kirimkan di email mu! Bacalah baik-baik" Kata orang tersebut yang kira-kiranya berumur dua puluh satu tahun, Yaa. Orang itu lebih tua dari Ersya! Orang itu berumur dua puluh satu tahun sedangkan Ersya masih berumur lima tahun perbedaan umur yang begitu besar diantara keduanya.

Entah hubungan khusus apa yang dimiliki Ersya kepada orang tersebut yang berjenis kelamin pria, Tapi bila di lihat-lihat hubungan antara Ersya dan pria tersebut sangatlah akrab bak antara saudara.

"Lucifer dengarkan aku, untuk saat ini. Berhati-hatilah kemanapun kau pergi!" Terang pria tersebut.

"Kenapa?"

"Saat ini, king dari Cold blooded devil tengah mencari identitas dirimu" Jawab pria tersebut kembali.

"Untuk apa mencari tahu tentang identitasku?" Tanya Ersya kembali dengan mengerutkan keningnya.

"Tidak tau, tapi yang pasti ia tengah berusaha untuk mencari tahu tentang identitasmu! Mungkin saja ia ingin tahu tentang identitasmu karena kehebatanmu yang luar bia---" Jelas pria tersebut tapi sebelum menyelesaikan ia sudah lebih dulu dibungkam oleh Ersya.

"Diam! Jangan membahas ini sekarang. Sebaiknya kau pergi saja" Titah Ersya dengan nada dingin dan datar kepada pria tersebut.

"Baiklah, jaga dirimu baik-baik Lucifer! Bila kau terjadi apa-apa. Cepat-cepatlah hubungi diriku agar aku bisa membantumu" Ujar pira tersebut dengan pergi begitu saja.

"Tidak butuh niat baikmu! Aku bisa melindungi diriku sendiri. Lebih baik kau lindungi saja dirimu sendiri, dasar payah" Balas Ersya lalu pergi begitu saja juga, untuk segera menemui Zenitha yang tengah menunggunya.

"Aku masih bisa mendengarnya, kau memang pantas dipanggil king! Little king, lucifer" Ucap pria tersebut dengan menggelengkan kepalanya pelan.

*****

"Bundaaa" Teriak Ersya dengan berlarian menuju kearah Zenitha yang tengah terduduk disalah satu bangku yang berada di pantai.

Klekkk

"Suara pelatuk pistol" Gumam kecil Ersya.

Ersya yang mendengar suara pelatuk sebuah pistol pun tiba-tiba terhenti dari larinya yang ingin menuju kearah Zenitha sang bunda, dengan perlahan iapun menatap sekitarnya secara tajam dan tepat dirinya menengok kearah kanannya. Iapun melihat seorang pria tengah berdiri dengan jelas dibawah pohon kelapa sambil menodongkan pistolnya kearah Zenitha.

"Bunda" Lirih pelan Ersya.

"Bundaaaa!!" Teriak Ersya dengan mempercepat larinya.

Klekkk

Dorrr

Bruuukkk

"Aaaaaaa" Teriak semua orang yang berkunjung di pantai berhamburan pergi begitu saja sebab merasa takut sekaligus syok dengan apa yang mereka dengar.

Tepat ketika suara pelatuk pistol terakhir, Ersya lebih dulu sampai tepat dihadapan Zenitha dan ketika orang tersebut ingin menembakan peluru pistolnya ada Zenitha. Ersya langsung saja menarik tubuh Zenitha hingga terjatuh dan berguling.

"Ersya kau tidak apa-apa sayang?" Tanya Zenitha dengan nada khawatir terhadap Ersya putranya itu.

"Aku tidak apa-apa bunda! Kita harus pergi dari sini secepatnya sekarang" Ajak Ersya dengan menarik pergelangan tangan Zenitha lalu pergi berlari secepat mungkin.

Zenitha yang tangannya ditarik hanya bisa pasrah dan menurut saja, karena memang benar yang dikatakan oleh Ersya jika mereka harus pergi secepat mungkin saat ini. Agar tidak terjadi apa-apa nantinya terhadap mereka diri mereka sendiri

...*****...

..."Semua akan baik-baik, tenang saja! Selagi kau tidak membuat sebuah masalah terhadapku maka aku tidak akan membuat kalian menderita"...

...Ersya Melviano Ravindra...

...*****...

...Awal kehancuran...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!