Dua tahun kemudian.
Linda sudah berada di kelas empat sekolah dasar. Dia tumbuh semakin tinggi, dan tidak sama seperti kebanyakan teman-temannya yang lain.
Dia juga tampak lebih dewasa, dan tidak seperti usianya yang sebenarnya.
Hanya saja, sifat pendiam dan penakut Linda, yang masih tetap sama seperti dulu. Dia tidak seberani teman-temannya yang lain.
Jika sedang bermain di kebun, dan memanjat pohon jambu atau ceremai, Linda hanya berada di bawah, menuggu temannya yang ada di atas, untuk menerima beberapa buah pemberian mereka.
Dia tidak berani memanjat pohon, sama seperti teman-temannya yang lain.
Padahal, mereka juga sama seperti Linda. Seumuran dengannya, dan sama berjenis kelamin sama, yaitu cewek juga.
Itulah sebabnya, Linda yang sadar dia jika tidak bisa seberani dan segesit seperti yang lain, lebih banyak diam dan berada di rumah.
Linda hanya akan bermain-main, jika ada teman yang mengajaknya, dan menjemputnya ke rumah.
"Linda. Kamu gak main sama Maya?" tanya ibunya Linda, yang melihat anaknya hanya berdiam diri di rumah saja seharian ini.
Maya adalah teman sepermainan Linda. Teman sekelasnya juga, yang biasanya datang mengajak Linda bermain bersama.
"Gak Bu. Linda ada PR banyak, dan ada beberapa buku dari perpustakaan sekolah, yang harus Linda baca. Soalnya, dia hari lagi harus sudah dikembalikan."
Begitulah kebiasaan Linda. Dia akan lebih sering berada di rumah, dengan bacaan-bacaan buku, yang dia pinjam dari perpustakaan sekolahnya, yang tidak begitu besar.
Buku-buku tersebut juga tidak banyak ragamnya. Hanya cerita-cerita rakyat, atau sejarah dan budaya yang ada di Indonesia.
Tapi Linda sudah merasa senang, jika bisa membacanya. Dia merasa jika itu membuatnya lebih banyak tahu, akan hal yang belum tentu ada di dalam pelajaran sekolah biasa.
"Wah, gerimis. Linda, angkat jemurannya ya! Ibu mau menyusul bapakmu ke sawah. Biar cepat selesai dan bisa pulang sebelum hujan deras."
Dari arah luar rumah, ibunya Linda berteriak memangil dirinya.
"Iya Bu," jawab Linda, saat sudah berada di depan pintu.
Linda melihat ibunya, yang sudah pergi berjalan menuju ke arah jalan, yang menghubungkan pemukiman warga desa, dengan jalan ke arah persawahan.
Tak lama kemudian, Linda sudah mengangkat semua jemurannya ke dalam rumah. Dia juga menutup jendela, agar air hujan tidak bisa masuk ke dalam rumah.
Tak sengaja, Linda melihat bajunya yang dulu, yang pernah dia pakai, saat menonton orkes dangdut di rumah pak lurah, malam itu. Dan baju itu sudah sangat lama tidak dia pakai, ada diantara tumpukan baju-baju lama, yang biasanya menuggu untuk dijadikan lap, atau alat untuk membersihkan peralatan dapur ibunya.
Seperti ada sesuatu dalam tubuhnya, yang mengerakkan tangannya untuk mengambil baju tersebut.
Linda membawa baju lamanya itu ke dalam kamar. Mengendusnya, dengan memejamkan mata.
Linda seperti merasakan sensasi yang berbeda, saat dia mengingat kejadian malam itu, hanya dengan membayangkan saja.
Dan ini membuat Linda kelabakan sendiri.
Dia tidak tahu, apa yang terjadi pada dirinya, dan perasaan aneh, yang tiba-tiba muncul dan dia rasakan ini.
"Ahhh..."
Linda mendesah dengan mata yang masih terpejam.
Tok tok tok!
"Linda. Linda!"
Mendengar panggilan tersebut, Linda tersadar dari apa yang dia lakukan di dalam kamar.
"Maya? ada apa ya?" gumam Linda, dengan berjalan keluar dari dalam kamar.
Baju yang tadi dia pegang, dia campakkan begitu saja di tempat tidur.
Kriett!
Pintu rumah di buka Linda dari dalam. "Maya, ada apa? ini sudah gerimis. Aku tidak mau main ke kebun," ucap Linda, sebelum Maya mengatakan maksud kedatangannya ke rumah Linda.
"Bukan ke kebun. Tapi main ujan-ujanan."
Ternyata, Maya mengajak Linda untuk bermain-main dengan air hujan.
"Tapi masih gerimis May, belum hujan deras," sahut Linda, yang ingat dengan pesan ibunya sedari dulu.
Ibunya Linda berpesan pada Linda, jika ingin main hujan-hujanan, itu jika hujan sudah turun dengan deras.
Jika masih dalam keadaan gerimis, tidak diperbolehkan main hujan-hujanan, karena air hujan yang hanya gerimis itulah, yang seringkali membuat seseorang menjadi demam setelahnya.
"Memang kalau yang deras gak akan sakit?" tanya Linda pada waktu itu, lada ibunya, saat memberinya nasihat.
"Ya. Karena Kamu akan cepat berhenti dari main hujan, saat hujan deras, dibanding dengan saat gerimis."
Perubahan suhu yang awalnya normal menjadi dingin memaksa tubuh beradaptasi lebih cepat. Perbedaan suhu ekstrem inilah yang memengaruhi daya tahan tubuh. Air hujan yang menyirami kepala membuat suhu tubuh menjadi lebih dingin, terutama di bagian kepala. Akibatnya, kamu mengalami pusing setelah kehujanan.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa mandi hujan bisa membuat tulang semakin kuat. Ion negatif yang terkandung pada air hujan dipercaya bisa menghasilkan reaksi biokimia, menetralkan keasaman tubuh dan menghancurkan radikal bebas penyebab rapuhnya tulang.
Jadi, semuanya hanya sebatas kebiasaan seseorang, saat terkena air hujan saja.
Bukan soal hujan yang masih dalam keadaan gerimis, atau sudah deras.
Itu hanya sebuah alasan, agar Linda kecil tidak main hujan di saat hujan tersebut masih gerimis.
Karena di saat masih gerimis, Linda atau anak-anak yang lain, akan membuat alasan untuk bermain lebih lama lagi, di banding saat main hujan deras.
Waktu saja yang membedakan. Karena di saat hujan deras, waktu bermain hanya sebentar saja, dan sudah merasa kedinginan.
"Ya sudah, Aku main dulu. Kamu nyusul nanti, jika hujannya sudah deras ya!"
Akhirnya Maya tidak lagi mengajak Linda, untuk bermain air hujan sekarang. Dia akan bermain terlebih dahulu, bersama dengan temannya yang lain.
"Iya. Sekalian nunggu ibuku pulang ya!"
Linda menjawab dengan berteriak, karena Maya sudah berlalu dari hadapannya.
Sekarang, Linda menutup pintu rumahnya kembali. Dia masuk me dalam kamar, untuk mengerjakan pekerjaan sekolah, yang tadi belum juga dia kerjakan.
Tapi sepertinya Linda belum bisa fokus pada tujuan awalnya, yaitu mengerjakan pr-nya. Sekarang dia justru membaca buku cerita rakyat, yang menceritakan tentang seorang putri.
Linda jadi ikut hanyut dalam suasana cerita yang dua baca.
Apalagi, saat cerita Putri itu menggambarkan sebuah hubungan pernikahan, dengan seorang pangeran.
Linda kembali tidak bisa mengendalikan perasaan anehnya, yang tiba-tiba muncul.
Dengan menelungkup di tempat tidur, Linda merasa tidak nyaman, dan baru terasa lebih nyaman, saat satu bantalnya dia letaknya di bagian bawah perutnya.
Entah apa yang Linda rasakan. Tapi dia merasa sangat senang dengan posisi telungkup seperti itu.
Dan Linda baru mengetahui tentang apa yang terjadi pada dirinya, pada malam itu, dan setelahnya, saat dia berusia empat belas tahun, saat dia berada di sekolah tingkat SMP.
Karena sejak dia sekolah SMP, Linda sering kali melihat dan membaca buku-buku dan novel dewasa.
"Apa Aku tidak normal?"
Begitulah yang dipikirkan oleh Linda, saat menyadari bahwa, dirinya tidak sama seperti teman-temannya yang lain.
Atau bisa jadi, ada juga temannya yang sama seperti dirinya juga.
Tapi karena terbiasa dengan diam, sama seperti Linda juga, akhirnya hanya diri sendiri yang mengetahui dan menyadarinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
🏘⃝Aⁿᵘ🦆͜͡ ℛᵉˣℱᵅᵐⁱⳑʸTIK𝐀⃝🥀
Oh, aku baru tau😁, baik berarti mandi air hujan ya,
2022-12-24
0
Kar Genjreng
mesakne koyo kisah nyata Ell😮😮😄😄
2022-10-14
2
harie insani putra
gerimis, hujan dan kenangan, asyekkk
2022-10-11
2