Girl Of Darkness
Ost. Ghost Hunt - Hyoukai
...This is my Darkness...
...Nothing anyone says can console me......
...Despair and Hope......
...Light and Dark......
...Happy and Sad......
...Hard and Easy......
...Good and Evil......
...Fall and Rise......
...Near and Fall......
...Group and Invidual......
...The worst part being strong is that no one ever asks.. If you're okay....
...The face can speak a thousand emotions, but it can easily Mask what the heart truly feels. ...
...Don't be fooled, for the happiest faces may be Masking the most hurting heart...
Tes... tes... tes....
Hujan. Tetesan air hujan membasahi Bumi.
Malam ini hujan mengguyur kota Bandung dan di kota inilah Eris berada sang Gadis Kegelapan. Sesampainya dia di Bumi, dia hanya terus berdiri tanpa melihat orang-orang. Kemudian mulai berjalan menerobos tetesan hujan yang turun ke jalanan. Di kala orang-orang tengah terburu-buru untuk berteduh, dan berharap secepatnya sampai di rumah yang hangat. Tidak dengan Eris yang terus berjalan seolah tahu dia harus kemana.
Bibirnya tidak membentuk apapun, Eris memperhatikan setiap orang yang tertawa dan gembira. Dengan tangannya yang mengepal, Eris berkata dalam hatinya,
"Akan kusebar bayangan kegelapan pada kalian semua."
Entah dari mana asalnya, Eris mengeluarkan payung hitamnya dengan gambar tengkorak putih yang terpampang besar di depan. Kemudian berjalan lagi tidak menampakkan rasa lelah, beberapa orang memperhatikannya dan berbisik.
Di sela-sela ingatannya yang masih terbayang akan sosok ibunya yang menghempaskan dirinya untuk turun ke Bumi.
Dunianya tidaklah berbeda jauh dengan dunia para manusia hanya saja mereka berbeda dengan manusia, mereka makhluk abadi yang tidak takut mati dan tidak takut terluka. Meskipun begitu, status abadi bisa dicabut bila mereka melanggar peraturan tertentu.
Semuanya mirip dengan orang yang Eris lihat disini. Hanya satu yang berbeda yaitu wilayah kedua orang tuanya yang sebagai penguasa. Istana megah tentu saja mirip dengan istana Elsa dari Frozen. Hanya agak sedikit yah, kelam dan gelap dengan bunga-bunga indah hasil tatanan ibunya yaitu sang Ratu.
Saat itu dirinya dihadapan saudaranya yang banyak, tengah diumumkan bahwa Eris akan diturunkan ke Bumi tentu itu menjadi sorakan sebagian dan rasa kecewa. Banyak yang mempertanyakan bukankah menjadi seorang penguasa diperlukan hati yang dingin bagai es?
"Bagaimana bisa kami menjadikanmu sebagai pewaris Mahkota bila kamu tak memiliki emosi sedikit pun. Aku akan menurunkan kamu untuk belajar lebih manusiawi lagi, turunlah ke Bumi dan pelajari semuanya," pinta ibunya dengan wajah yang halus.
Eris yang memang tidak memiliki emosi hanya memandang ibunya dengan pandangan kosong. Ibunya menghelakan nafas memandangi putri terkecilnya. Dirinya direncanakan akan dijadikan pewaris karena kakaknya yang lain sudah menempati kerajaan yang mereka miliki.
Saudaranya yang lain mencemoohnya dan menertawakan tapi tidak ada yang Eris rasakan. Baginya mereka semua sangat tidak berguna. Kalau saja diijinkan, Eris akan mengenyahkan semua saudaranya sampai menjadi abu. Namun sayang Raja mengetahui rencananya dan berunding dengan Ratu agar menurunkannya ke bawah.
"Ratu, bagaimana caranya Eris bisa kembali?" Tanya Deimos kakak ke tujuh yang perhatian kepadanya.
"Dia bisa kembali kalau kamu bisa mengumpulkan 100 bola nyawa manusia. Tanpa itu, jangan pernah datang," kata Ratu sambil duduk di tahtanya. Raja mengangguk setuju dan yang lain bersorak karena sedikit.
Deimos membelai kepala Eris yang sama sekali tidak bergeming. Sebagai kakak, Deimos sangat menyayangi Eris dan yakin Eris bisa melakukannya. Dalam hati Eris kadang sempat terlintas kutukan apakah yang membuatnya tidak memiliki emosi satu pun? Sedangkan semua kakak dan adiknya punya rasa marah, kecewa, malu, dan sebagainya.
"Hei, mau aku bantu?" Tanya Deimos tersenyum.
"Tidak usah, kak. Aku bisa melakukannya sendiri," balas Eris dengan pandangan dingin.
"Ya ampun, seharusnya kamu mengatakan itu dengan wajah yang lembut," kata Deimos menghela nafasnya, mencubit pipi Eris tapi tidak ada rasa sakit.
Tidak ada kesan sedih, menyesal, malu atau apapun saat Ratu dan Raja mengantarkan kepergianku. Deimos dan kakak perempuan Eris yang paling baik ikut mengantarkan. Eirene terus menerus menangis karena adik kesayangannya harus menjalani hidup yang menderita.
"Jangan sedih, aku pasti kembali. Kak Eirene kuat ya pasti Ratu banyak menyuruhmu menanamkan bunga," kata Eris membuat Eirene semakin keras menangisinya.
"Cukup, Eirene. Kamu ini sudah besar coba dong tahan sedikit rasa sedihmu," kata Deimos yang kesal.
"Kakak ini! Apa tidak sedih adik kita harus turun begitu saja!? Kalau dia tidak ada, bagaimana aku bisa mengirimkan surat untuk ayangku, Apollo?" Tanya Eirene yang marah mendengar ledekan Deimos.
Apollo adalah lelaki yang berada di wilayah lain berasal dari dunia cahaya. Dia banyak disekelilingi oleh para wanita namun tidak ada yang mampu menarik perhatiannya begitu juga kakaknya uang berasal dari wilayah kegelapan. Tentu dia mengubah penampilannya menjadi warga disana tapi yah, namanya juga fans.
Apollo mirip dengan Suga BTS kadang juga Apollo senang menebarkan hormon ketampanannya yang membuat wanita klepek-klepek. Eris pernah diajak paksa menemuinya yang sedang bernyanyi dengan penuh gaya. Tapi Eris sama sekali tidak berminat dan lebih memilih menghitung sayap gagak.
"Apa sih bagusnya itu lelaki? Kurus begitu, kulit seperti cat tembok! Disini masih banyak yang lebih keren," kata Deimos tidak mau kalah.
Deimos dan Eirene akhirnya berdebat kuda dan Ratu mengambil alih posisi mereka. "Kamu akan kubuat mengecil, Nak. Itu karena aku sayang kamu, saat kamu sudah mengumpulkan beberapa bola, tubuhmu akan kembali membesar secara perlahan," bisik ibunya.
Eris memperhatikan raut wajah ibunya yang sedih. Andai bisa turun dengannya tapi tidak mungkin kerajaan ini harus ada yang memegangnya sampai Eris mampu. Eris lalu menempelkan jemarinya me wajah ibunya.
"Bu, jangan lebay," kata Eris membuat ibunya terjungkir balik.
Eris dalam keadaan tubuhnya yang mengecil akhirnya dia melompat dari dunianya. Dalam perjalanan suara Deimos dan Eirene masih terdengar apalagi sepertinya mereka bertengkar mengeluarkan kekuatan.
Dan sekarang, disinilah dia berada. Ternyata di Bumi sedang hujan. Hubungannya dengan dunia kegelapan pun terputus. Payung hitam berenda dan keluarnya senandung kecil dari bibirnya membentuk senyuman tersembunyi. Eris senang bisa jauh dari keluarganya, dia sangat lelah terus mendengar mereka semua bertengkar sampai akhirnya Ratu memasukkan mereka ke sangkar emas.
Di sepanjang jalannya, terdengar suara bisikan orang dan tatapan aneh. Namun Eris tidak peduli, dia tidak merasakan apapun. Baju yang dipakainya juga tidak terkesan baik di mata orang justru agak aneh. Sebagian mereka terpana dan takjub melihatnya sambil sesekali Eris disentuh karena manis.
Baju terusan selutut berwarna hitam, kain kaos kaki yang panjang serta hiasan rambut berbentuk tengkorak putih. Serba hitam, Eris tidak menyukai warna-warna cerah baginya warna hitam adalah warna yang paling indah. Sambil berjalan, Eris memandangi semua bangunan disana banyak toko yang berjajar dan menampilkan orang di dalamnya.
"Apa yang harus ku buat ya? Agar banyak orang tertarik," kata Eris berpikir.
...Wait a second, let me catch my breath...
...Remind me how it feels to hear your voice ...
...Your lips Are movin, I can't hear a thing...
...Livin life as if we had a choice ...
"Hei, hei, kamu lihat anak itu? Bajunya aneh tapi lucu," kata orang yang berada di sebelah Erin.
"Iya, aku lihat. Anak jaman Now semakin aneh apalagi ini masih kecil. Sepertinya orang tuanya yang memakaikan," balas temannya sambil memperhatikan Erin.
"Tapi kesannya agak... kelam ya. Anak itu seperti memiliki aura yang membuat tidak tenang. Bagaimana dengan kalian?" Tanya temannya yang lain.
"Ah, itu hanya perasaan kamu saja. Pakaian seperti itu memang tampak aneh kalau di sini tapi kalau negara lain seperti Jepang ya wajar," kata yang pertama.
"Kemana ya orang tuanya? Apa dia tersesat?" Tanya yang sesudahnya kebingungan.
Semua... semua orang yang memandangi Erin bertanya-tanya dimanakah kedua orang tuanya. Meninggalkan anak yang sekecil ini tanpa pengawasan.
"Wah! Baju anak kecil itu cantik sekali! Yang seperti itu mana ada yang menjualnya," kata A dengan suara yang terpana.
"Anak kecilnya juga manis dan cantik," kata B yang melewati Erin.
"Jarang sekali ada anak perempuan memakai baju serba hitam. Hebat!"
"Hei, tapi modelnya itu apa tidak keterlaluan ya? Meskipun untuk model anak-anak tapi..."
Seperti itulah. Erin hanya berpikir sungguh rudet sekali orang-orang ini pikirannya. Apa yang dipakai orang lain, apakah penting dipikirkan? Apa yang dimakan, diminum, dipegang, dibuang, pentingkah kalian semua berkomentar?
"Apa ada cosplay ya? Tapi acara apa di musim hujan begini?" Tanya mahasiswa yang melihat Erin lewat.
Kesan yang didapat dari semuanya adalah mereka merasa aneh ada anak kecil yang berjalan sendirian hanya dengan menggunakan payung. Kadang ada juga yang menghampirinya menanyakan ada dimana keberadaan orang tuaku atau dimana aku tinggal.
Eris tidak menjawabnya dan terus berjalan, mereka yang bersimpati padanya banyak yang mengulurkan tangan. Eris menatap sebagian tangan mereka yang mengeluarkan aroma busuk, aroma harum dari seorang kakek, ada juga yang auranya hitam sampai ke ubun-ubunnya. Seorang pelajar perempuan entah dia melakukan apa sampai auranya hitam pekat.
"Tidak usah," kata Eris menolak semua tawaran orang membuat mereka sangat aneh.
Ada juga Eris menatap lembaran biru di tangannya di suatu jalan. Dia tidak pernah melihat lembaran biru itu di dunianya.
"Ah, itu uang untuk kamu naik taksi," kata ibu muda yang terlihat biasa saja.
"Taksi?" Tanya Eris tidak mengerti.
"Iya taksi. Itu," tunjuk wanita itu ke seberang jalan.
'Aahhh jadi itu yang namanya Taksi,' pikir Eris.
"Dengan uang ini kamu bisa membayarnya," katanya lagi menunjukkan uang tersebut.
"Kemana?" Tanya Eris dengan datar.
"Lho, ya kerumah kamu. Kamu harus segera pulang, bahaya kalau disini sendirian. Bisa-bisa kamu diculik orang jahat," kata wanita itu. "Atau mau saya antar?" Tanyanya dengan senyuman manisnya.
Ada aroma busuk yang keluar dari mulutnya, Erin melihat ada banyak tangan anak kecil yang memegang bajunya. Eris tidak menyukainya, meskipun dia memang memburu nyawa manusia tapi tentu saja kebersihan sebagian dari iman.
"Tidak. Aku tidak membutuhkan lembaran ini," kata Eris mundur. Sekarang dirinya berada dalam tubuh seukuran anak kecil dia harus menjaga kekuatannya agar tidak membahayakan dirinya.
"Tidak, kamu membutuhkannya. Ambillah," kata wanita itu lalu pergi dengan santai menuju taksi yang ditunjuknya.
"Wanita itu memakan banyak bayi," kata Eris bergumam. Entah untuk tujuan apa wanita tadi melakukan perbuatan itu kemudian Eris melanjutkan jalannya lagi sambil melihat lembaran uang biru itu.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
AK_Wiedhiyaa16
Awalan yg menarik!
NEXT, PLEASE!
TETAP SEMANGAT
2023-03-31
2