Saat mengikuti Eris, Andriani dalam pikirannya sibuk terus berkata bahwa dirinya harus mendapatkan model baju yang dipakai anak tersebut.
"Aku harus tahu darimana anak itu bisa membeli bajunya! Masa iya Bandung sebegini besarnya tidak ada satupun toko yang menjual baju model begini. Di acara nanti akulah yang harus menjadi pusat perhatian dan bisa mendapatkan hadiah dari Direktur. Toh pakaian yang aku pakai bisa menggebrak gaya seperti di Jepang," kata Andriani dengan gembira.
Sudah tentu apa yang diucapkannya jelas terdengar oleh Eris yang mengembangkan senyumannya. Andriani terus mengikuti Eris dengan perasaan sangat senang sekali tapi kadang merasa aneh.
"Orang tua macam apa yang meninggalkan anak sekecil ini berkeliaran di jalanan?" Pikirnya lagi tapi karena tampaknya anak ini sangat pintar atau berpikir rumahnya memang dekat, jadi dibebaskan pergi.
"Akhirnya baru datang ke dunia ini, sudah mendapatkan pasien huhuhu memang tidak salah aku memutuskan membuka toko," dalam hati Eris.
Lamaaa sekali mereka berjalan Andriani agak cemas karena mereka mulai memasuki jalanan yang sepi. Akhirnya dia melihat penerangan dari suatu rumah dan berhenti tepat di depan toko itu.
"Perasaan aku di sekitar sini tidak ada deh bangunan apalagi rumah atau toko," katanya sambil berjalan memperhatikan sekelilingnya.
Eris tidak menjawab dan membukakan pintu gerbangnya lalu memasuki tokonya. Sedangkan Andriani meyakinkan dirinya bahwa memang tidak pernah ada rumah sebelumnya di daerah itu.
"Apa aku yang salah ya? Bukannya disini tempat pembuangan barang-barang ya? Aneh," kata Andriani yang kemudian kembali ke depan toko Eris. Menatap Eris yang sudah berada di depan pintu toko menunggunya.
Merasa hanya salah lihat, Andriani pun masuk melalui gerbang segel yang ada di hadapannya. Orang biasa tidak akan bisa melihatnya, segel itu mengantarkannya langsung ke toko Eris.
"Selamat datang," kata Eris dengan senyuman dingin dan mempersilakan dirinya masuk.
Andriani melihat sekelilingnya, toko itu sangat nyaman dan memiliki halaman yang indah terdapat kolam air panas juga, membuatnya lega.
"Cantiknya! Wah, aku kira bangunannya horor tapi ternyata menyenangkan! Kapan dibangunnya? Kenapa jaraknya jauh sekali padahal kalau saja dibuat di tengah kota, pasti banyak yang datang," kata Andriani yang masuk ke dalam tokonya.
Eris masih tidak menjawab pertanyaan mahasiswi itu, dia hanya berjalan ke suatu tempat lalu berdiri di pertengahan ruang tokonya. Rak-rak berisikan banyak barang yang disimpan dalam etalase kaca. Dari boneka, gelas dan piring kecil, mainan mobil, cermin tangan, apapun! Bahkan kosmetik tapi orang yang tidak punya kepentingan tidak akan pernah menginginkannya.
Barang-barang jualan itu hidup dan bisa memilih pemiliknya sesuai dengan isi hati yang mereka baca. Untuk hari ini, Andriani tidaklah membutuhkan mereka karena itu mereka menjadi pajangan saja.
"Keren sekali! Cantik semuanya serba emas! Orang tua kamu tampaknya sangat kaya ya banyak fasilitas juga disini. Ah! Ada minuman keras? WOW! Semuanya minuman termahal lengkap!" Kata Andriani dengan takjub memandangi berbagai macam bentuk minuman.
"Kemarilah," kata Eris yang berkata mengagetkan Andriani.
"Oh iya ya aku kemari untuk beli baju. Tapi toko semewah ini pasti harga bajunya juga... WOW ya," kata Andriani agak sedih.
Sekeliling toko tersebut terlihat berbukit-bukit ladang rerumputan yang rapi dan juga pepohonan yang rindang. Bukan pohon buah atau pohon yang lain, pohon yang tidak ada di dunia manusia. Sejenis pohon yang ada di dalam cerita tentang raksasa hidup di atas awan.
Saat menunggu Andriani berjalan ke arahnya, Eris memandangi sebuah danau yang berada agak dekat dengan tokonya. Dalam penglihatan dunia nyata, danau itu tidaklah ada dan itu hanyalah gerbang pembatas dimana aslinya, adalah jurang. Ya, benar apa kata mahasiswi itu kalau sebenarnya tempat toko itu adalah pembuangan barang bekas.
Yang di sebelahnya adalah jurang yang terjal jadi kalau ada orang yang melihatnya sebagai danau dengan air yang luas, dan bila ada yang ingin loncat tandanya dia akan bunuh diri.
"Toko ini cantik apa tidak sayang dijadikan sebagai tempat jualan? Aduh, bagus sekali boneka ini," kata Andriani yang masih memperhatikan setiap barang dalam tokonya.
Dalan perjalanannya Eris juga tidak lupa membawa kantong kain berwarna perak yang didalamnya terdapat boneka antik yang berpakaian indah dan klasik. Boneka itu yang paling Eris sayangi karena hadiah dari Ayahnya. Meskipun ayahnya sangat galak dan disiplin tapi beliau juga sangat menyayanginya.
Meski dia dikatakan tidak memiliki emosi tapi rasa sayang pada sesuatu memang ada. Ayahnya jelas sudah tahu itu, kenapa dia setuju Eris diturunkan karena dunianya sedang bergolak panas mengenai pemindahan kekuasaan ayahnya.
"Sayangnya boneka itu tidak dijual," kata Eris saat melihat Andriani menggendongnya.
"Ah... tentu saja aku hanya ingin melihatnya dari dekat. Aku tidak suka boneka. Kemanakah orang tuamu? Sedari tadi kita hanya berdua," kata Andriani menaruh kembali boneka itu di tempatnya dan memandangi Eris.
Boneka yang dia pegang terduduk agak miring lalu tanpa disadarinya, boneka itu meluruskan duduknya dan wajahnya kesal lalu berubah saat tahu pemiliknya memandanginya.
"Tidak ada. Mereka meninggalkanku sendiri di dunia ini," jawab Eris dengan tatapan datar dan suara yang dingin.
"Ya ampun, kok bisa-bisanya sih? Kamu tidak apa tinggal sendiri? Tidak seram?" Tanya Andriani.
"Seram? Saya tidak punya perasaan seperti itu. Ini baju yang kamu maksudkan?" Tanya Eris mendorong rak baju.
Andriani kembali terkejut melihat semua model baju gothic yang Eris punya. Sebenarnya baju itu semuanya milik Eris tapi kalau ada yang tertarik memakainya, mengapa tidak.
"AAAA! Baju yang selama ini aku cari! Akhirnyaaa... ini satunya berapa ya? Semoga tidak terlalu mahal," katanya memandangi Eris dengan tatapan memohon. Kok ada ya butuh sesuatu tapi saat ada barangnya malah berharap dengan harga yang murah? Apa dia tidak tahu mendapatkannya itu memang sangat sulit.
Eris menghela nafas, manusia memang seperti itu ya saat barang yang mereka inginkan ada, pasti menawar harga padahal di awalan dia akan membeli berapapun harganya.
"Masalahnya..." kata Eris yang perlahan mendekati Andriani. Dia melihat ke bola kristal bahwa tampak seorang lelaki berusia
Bapak-bapak tidak jauh dari kediamannya. Bola itu berwarna merah tandanya mangsa yang sebenarnya.
Sayang sekali kakak ini harus dilepaskan karena bukan target bola tersebut. Andriani terpaku berdiri karena dia merasakan ada suatu aura mengerikan dari anak tersebut.
"Kenapa ya?" Tanya Andriani agak ketakutan.
"Belum saatnya kamu membelinya setidaknya harga baju ini sangat mahal. Pulanglah dulu dan banyak menabung uang yang lebih banyak lagi," kata Eris dengan kalimat yang datar.
"Semahal itu?" Tanya Andriani kaget. "Tapi kalau aku pulang dan menabung, bisa-bisa baju ini ada yang beli. Apa tidak bisa kalau aku misalkan... menyicil?" Tanya Andriani.
Eris lalu melayang di hadapan Andriani, dan dia sangat terkejut belum sempat berteriak, Eris membuat dirinya menjadi patung di hadapannya. Energi berwarna hijau keluar dari jari telunjuk Eris mengenai tubuh Andriani, menyelimutinya.
"Baju ini tidak akan pernah kemana-mana. Kamu adalah mangsaku di saat waktu yang tepat, kamu pasti akan datang lagi. Sekarang, kembalilah ke tempat semula. Kamu akan ingat lagi soal aku saat waktunya datang nanti," kata Eris menjentikkan jari lentiknya.
Andriani melayang dan menghilang mengembalikannya ke jalanan dimana dia berada tadi. Tubuhnya tiba-tiba terduduk begitu saja di bangku taman meskipun disana tidak ada siapapun. Tidak lupa memegang kameranya.
Di saat itu, Eris kembali. "Nah, mangsa yang sebenarnya akan tiba, aku harus bersiap," kata Eris yang mempersiapkan sesuatu dengan kunci.
Di tempat lain, Andriani dengan kondisi kedua matanya kosong masih terduduk lalu seketika kembali normal.
"HOAAAA lho? Kok aku masih disini ya? Perasaan aku tadi ada di rumah seseorang deh. Aneh. Pulang ah sepertinya hari ini aku terlalu lelah mencari toko baju untuk acara kampus nanti," katanya sambil jalan pulang meski merasa janggal sekali.
Kembali dimana Eris berada. Toko antiknya bernama ZALAAM dalam arti bahasa Arab berarti "Kegelapan." Cocok sekali bukan dengan kehidupan Eris yang asli.
TEEET TEEEET BRAK!
Suara klakson dari mobil yang sepertinya bermasalah berbunyi keras tidak jauh dari sekitar tokonya. Lampu depannya dipaksa untuk menyala lagi dan lagi namun mobil tersebut tidak bisa berjalan. Orang yang berada di dalam mobil keluar dengan marah sambil membanting kan pintu mobilnya dengan keras.
Lalu marah dengan keras dan mengepalkan salah satu tangannya dan membenturkan ke pintu mobilnya. Eris menyilangkan kedua tangannya dan menunggu di depan pintunya. Terdengar olehnya teriakan kemarahan lelaki itu.
"Mobil sialan! Maunya apa sih? Kemarin sudah diperbaiki segala-galanya termasuk mesin dengan accu di dalamnya. Sekarang seperti ini lagi?! Lama-lama aku bawa kamu ke tempat penampungan mobil rusak! AAAAAA!!" Teriaknya histeris untung saja jalanan di sana memang hampir tidak ada orang yang datang.
Orang itu kemudian menendang berkali-kali ban mobil lalu membanting plat mobilnya. Lelaki itu lalu mendinginkan kepalanya dan memandangi sekitar tidak ada siapapun yang bisa menolongnya dan melihat toko Eris berada.
Sambil mengomel dia berjalan menuju kesana berharap pemilik rumah bisa membantunya. Lalu sampailah depan rumah, lelaki itu berdiri depan pintunya dan mengetuk.
"Permisi, apa ada orang? Mobil saya mogok apa Anda bisa membantu saya?" Tanya orang itu.
Eris membuka pintu. Lelaki itu kaget anak kecil yang menyambutnya. "Ada apa?" Tanyanya.
"Ayah kamu ada? Saya butuh beberapa perkakas untuk mobil rongsokan," kata lelaki itu menunjuk ke mobilnya.
"Tidak punya tapi saya bisa bantu Anda dengan hal lain," kata Eris.
"Kalau begitu kamu tahu bengkel terdekat di sini? Saya harus cepat membawa mobil sial itu kesana. Benar-benar menghabiskan banyak uang hanya untuk membeli mobil butut. Hari ini saya ada rapat penting untuk memperkenalkan produk sabun terbaru. Haaaa!" Katanya mengomel sambil mengacak rambutnya.
Eris lalu memperhatikan mobil tersebut di tokonya. Mobil yang lumayan bagus dengan banyak bolong mungkin seperti tembakan bekas peluru di sana sini. Dengan cat mobil yang sebagian bawahnya terkelupas.
"Masuklah," kata Eris mempersilakan masuk.
Bapak itu heran tapi dia masuk juga dan sama dengan Andriani sangat terkejut. Suasana ruangan yang jarang dia temui, barang mewah nan glamor. Sangat heran hanya ada anak kecil di dalam rumah itu.
"Ini rumah?" Tanya Bapak itu.
"Toko," jawab Eris menyeduhkan teh lalu memberikannya pada lelaki itu.
"TOKO!? SEMEWAH INI!?" Tanyanya kaget. lalu duduk dan meminum teh itu dengan nikmat. Tanpa disadarinya kedua kakinya menurut apa yang diberikan oleh Eris.
"Aku menyediakan apapun yang dibutuhkan," kata Eris yang juga duduk di kursinya.
"Apapun? Seperti apa?" Tanya Bapak itu melupakan tujuan awalnya.
"Seperti ini," kata Eris kemudian berdiri dan berjalan untuk mengambil sebuah kunci sedang dengan warna emas. Memasukkan ke lemari kecil dan memutarkannya sampai terlihat kunci yang lain.
Rumah alias Toko Eris memang bergaya barat mewah dengan pintu kayu berkualitas paling bagus. Terdapat hiasan pintu yang berbentuk kepala singa bermatakan permata warna ungu metalik.
Kanan dan kiri terdapat tembok putih yang menjulang tinggi lalu didalamnya langsung mengarah ke rumah utama yang sekelilingnya terdapat tanaman yang cukup indah meski kelam. Tidak ada bunga yang tumbuh disana hanya tanaman berdaun atau yang merambat.
Eris mengajak Bapak itu untuk mengikutinya ke suatu tempat yang secara otomatis terbuat dengan kekuatannya. Lorong terhubung menuju suatu tempat yang berada di ujung. Sesampainya, Eris mempersilakan lelaki itu untuk masuk. Awalnya agak ragu karena baru dia kenal tapi teringat kalau tempat itu bisa mengabulkan sesuatu.
Dengan rasa yang sudah menyerah pada penderitaan mobilnya, lelaki itu masuk ke dalam lalu melihat pintu terakhir yang agak lebar dengan kunci yang tergantung.
"Ambil kuncinya lalu buka pintu itu," suruh Eris.
Lelaki itu juga menurut saja meski masih banyak tanda tanya. Eris kemudian melayang dan terduduk di kursi depannya memperhatikan lelaki itu. Saat terbuka, lelaki itu menganga melihat barang yang ada di depannya.
"Ya ampun! Ini..." kata lelaki itu masuk dan memegangi sebuah mobil yang memang dia inginkan.
Sebuah mobil mewah besar dengan cat berwarna merah tampak menyala seperti api yang berkobar. Bannya yang berwarna hitam sehitam arang mengkilat bagaikan berdesis tidak sabar untuk menelan siapapun yang naik. Eris kemudian sudah berdiri di belakang lelaki itu dan memegang mobil dan berkata, "Ini adalah pemiliknya yang baru perlakukan dia dengan baik," katanya.
Orang tersebut seakan tidak percaya mendengar kalimat yang Eris katakan. "Anak ini masih kecil tapi memberikan mobil semewah ini padaku?! Ini gila!" Dalam pikirannya yang tentu saja terbaca oleh Eris.
"Bagaimana?" Tanya Eris dengan wajah dinginnya menatap lelaki itu.
"Ini gila! Hahahaha Mobil yang selama ini saya mimpikan. Bisa melihatnya secantik dan sebagus ini, masih baru juga ya? Wah kalau saya bawa mobil ini orang yang sudah meremehkan saya pasti akan kagum dan rasanya hokiku akan naik juga," katanya dengan senang sekali.
Eris menutup dan membuka kembali kedua matanya dan melihat aura hitam sekitar lelaki itu, dengan senyuman jahatnya akhirnya dia akan mendapatkan 1 bola nyawa.
"Kemarilah. Datanglah. Sambutlah kendaraanmu yang baru akan membawaku dalam kegelapan. Persembahkanlah kepadaku hadiah darimu yang terindah. Nyawamu," pikir Eris yang memperhatikan lelaki itu memeluk mobil tersebut.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments