Ost. Ghost Hunt - Hyoukai
...This is my Darkness...
...Nothing anyone says can console me......
...Despair and Hope......
...Light and Dark......
...Happy and Sad......
...Hard and Easy......
...Good and Evil......
...Fall and Rise......
...Near and Fall......
...Group and Invidual......
...The worst part being strong is that no one ever asks.. If you're okay....
...The face can speak a thousand emotions, but it can easily Mask what the heart truly feels. ...
...Don't be fooled, for the happiest faces may be Masking the most hurting heart...
Tes... tes... tes....
Hujan. Tetesan air hujan membasahi Bumi.
Malam ini hujan mengguyur kota Bandung dan di kota inilah Eris berada sang Gadis Kegelapan. Sesampainya dia di Bumi, dia hanya terus berdiri tanpa melihat orang-orang. Kemudian mulai berjalan menerobos tetesan hujan yang turun ke jalanan. Di kala orang-orang tengah terburu-buru untuk berteduh, dan berharap secepatnya sampai di rumah yang hangat. Tidak dengan Eris yang terus berjalan seolah tahu dia harus kemana.
Bibirnya tidak membentuk apapun, Eris memperhatikan setiap orang yang tertawa dan gembira. Dengan tangannya yang mengepal, Eris berkata dalam hatinya,
"Akan kusebar bayangan kegelapan pada kalian semua."
Entah dari mana asalnya, Eris mengeluarkan payung hitamnya dengan gambar tengkorak putih yang terpampang besar di depan. Kemudian berjalan lagi tidak menampakkan rasa lelah, beberapa orang memperhatikannya dan berbisik.
Di sela-sela ingatannya yang masih terbayang akan sosok ibunya yang menghempaskan dirinya untuk turun ke Bumi.
Dunianya tidaklah berbeda jauh dengan dunia para manusia hanya saja mereka berbeda dengan manusia, mereka makhluk abadi yang tidak takut mati dan tidak takut terluka. Meskipun begitu, status abadi bisa dicabut bila mereka melanggar peraturan tertentu.
Semuanya mirip dengan orang yang Eris lihat disini. Hanya satu yang berbeda yaitu wilayah kedua orang tuanya yang sebagai penguasa. Istana megah tentu saja mirip dengan istana Elsa dari Frozen. Hanya agak sedikit yah, kelam dan gelap dengan bunga-bunga indah hasil tatanan ibunya yaitu sang Ratu.
Saat itu dirinya dihadapan saudaranya yang banyak, tengah diumumkan bahwa Eris akan diturunkan ke Bumi tentu itu menjadi sorakan sebagian dan rasa kecewa. Banyak yang mempertanyakan bukankah menjadi seorang penguasa diperlukan hati yang dingin bagai es?
"Bagaimana bisa kami menjadikanmu sebagai pewaris Mahkota bila kamu tak memiliki emosi sedikit pun. Aku akan menurunkan kamu untuk belajar lebih manusiawi lagi, turunlah ke Bumi dan pelajari semuanya," pinta ibunya dengan wajah yang halus.
Eris yang memang tidak memiliki emosi hanya memandang ibunya dengan pandangan kosong. Ibunya menghelakan nafas memandangi putri terkecilnya. Dirinya direncanakan akan dijadikan pewaris karena kakaknya yang lain sudah menempati kerajaan yang mereka miliki.
Saudaranya yang lain mencemoohnya dan menertawakan tapi tidak ada yang Eris rasakan. Baginya mereka semua sangat tidak berguna. Kalau saja diijinkan, Eris akan mengenyahkan semua saudaranya sampai menjadi abu. Namun sayang Raja mengetahui rencananya dan berunding dengan Ratu agar menurunkannya ke bawah.
"Ratu, bagaimana caranya Eris bisa kembali?" Tanya Deimos kakak ke tujuh yang perhatian kepadanya.
"Dia bisa kembali kalau kamu bisa mengumpulkan 100 bola nyawa manusia. Tanpa itu, jangan pernah datang," kata Ratu sambil duduk di tahtanya. Raja mengangguk setuju dan yang lain bersorak karena sedikit.
Deimos membelai kepala Eris yang sama sekali tidak bergeming. Sebagai kakak, Deimos sangat menyayangi Eris dan yakin Eris bisa melakukannya. Dalam hati Eris kadang sempat terlintas kutukan apakah yang membuatnya tidak memiliki emosi satu pun? Sedangkan semua kakak dan adiknya punya rasa marah, kecewa, malu, dan sebagainya.
"Hei, mau aku bantu?" Tanya Deimos tersenyum.
"Tidak usah, kak. Aku bisa melakukannya sendiri," balas Eris dengan pandangan dingin.
"Ya ampun, seharusnya kamu mengatakan itu dengan wajah yang lembut," kata Deimos menghela nafasnya, mencubit pipi Eris tapi tidak ada rasa sakit.
Tidak ada kesan sedih, menyesal, malu atau apapun saat Ratu dan Raja mengantarkan kepergianku. Deimos dan kakak perempuan Eris yang paling baik ikut mengantarkan. Eirene terus menerus menangis karena adik kesayangannya harus menjalani hidup yang menderita.
"Jangan sedih, aku pasti kembali. Kak Eirene kuat ya pasti Ratu banyak menyuruhmu menanamkan bunga," kata Eris membuat Eirene semakin keras menangisinya.
"Cukup, Eirene. Kamu ini sudah besar coba dong tahan sedikit rasa sedihmu," kata Deimos yang kesal.
"Kakak ini! Apa tidak sedih adik kita harus turun begitu saja!? Kalau dia tidak ada, bagaimana aku bisa mengirimkan surat untuk ayangku, Apollo?" Tanya Eirene yang marah mendengar ledekan Deimos.
Apollo adalah lelaki yang berada di wilayah lain berasal dari dunia cahaya. Dia banyak disekelilingi oleh para wanita namun tidak ada yang mampu menarik perhatiannya begitu juga kakaknya uang berasal dari wilayah kegelapan. Tentu dia mengubah penampilannya menjadi warga disana tapi yah, namanya juga fans.
Apollo mirip dengan Suga BTS kadang juga Apollo senang menebarkan hormon ketampanannya yang membuat wanita klepek-klepek. Eris pernah diajak paksa menemuinya yang sedang bernyanyi dengan penuh gaya. Tapi Eris sama sekali tidak berminat dan lebih memilih menghitung sayap gagak.
"Apa sih bagusnya itu lelaki? Kurus begitu, kulit seperti cat tembok! Disini masih banyak yang lebih keren," kata Deimos tidak mau kalah.
Deimos dan Eirene akhirnya berdebat kuda dan Ratu mengambil alih posisi mereka. "Kamu akan kubuat mengecil, Nak. Itu karena aku sayang kamu, saat kamu sudah mengumpulkan beberapa bola, tubuhmu akan kembali membesar secara perlahan," bisik ibunya.
Eris memperhatikan raut wajah ibunya yang sedih. Andai bisa turun dengannya tapi tidak mungkin kerajaan ini harus ada yang memegangnya sampai Eris mampu. Eris lalu menempelkan jemarinya me wajah ibunya.
"Bu, jangan lebay," kata Eris membuat ibunya terjungkir balik.
Eris dalam keadaan tubuhnya yang mengecil akhirnya dia melompat dari dunianya. Dalam perjalanan suara Deimos dan Eirene masih terdengar apalagi sepertinya mereka bertengkar mengeluarkan kekuatan.
Dan sekarang, disinilah dia berada. Ternyata di Bumi sedang hujan. Hubungannya dengan dunia kegelapan pun terputus. Payung hitam berenda dan keluarnya senandung kecil dari bibirnya membentuk senyuman tersembunyi. Eris senang bisa jauh dari keluarganya, dia sangat lelah terus mendengar mereka semua bertengkar sampai akhirnya Ratu memasukkan mereka ke sangkar emas.
Di sepanjang jalannya, terdengar suara bisikan orang dan tatapan aneh. Namun Eris tidak peduli, dia tidak merasakan apapun. Baju yang dipakainya juga tidak terkesan baik di mata orang justru agak aneh. Sebagian mereka terpana dan takjub melihatnya sambil sesekali Eris disentuh karena manis.
Baju terusan selutut berwarna hitam, kain kaos kaki yang panjang serta hiasan rambut berbentuk tengkorak putih. Serba hitam, Eris tidak menyukai warna-warna cerah baginya warna hitam adalah warna yang paling indah. Sambil berjalan, Eris memandangi semua bangunan disana banyak toko yang berjajar dan menampilkan orang di dalamnya.
"Apa yang harus ku buat ya? Agar banyak orang tertarik," kata Eris berpikir.
...Wait a second, let me catch my breath...
...Remind me how it feels to hear your voice ...
...Your lips Are movin, I can't hear a thing...
...Livin life as if we had a choice ...
"Hei, hei, kamu lihat anak itu? Bajunya aneh tapi lucu," kata orang yang berada di sebelah Erin.
"Iya, aku lihat. Anak jaman Now semakin aneh apalagi ini masih kecil. Sepertinya orang tuanya yang memakaikan," balas temannya sambil memperhatikan Erin.
"Tapi kesannya agak... kelam ya. Anak itu seperti memiliki aura yang membuat tidak tenang. Bagaimana dengan kalian?" Tanya temannya yang lain.
"Ah, itu hanya perasaan kamu saja. Pakaian seperti itu memang tampak aneh kalau di sini tapi kalau negara lain seperti Jepang ya wajar," kata yang pertama.
"Kemana ya orang tuanya? Apa dia tersesat?" Tanya yang sesudahnya kebingungan.
Semua... semua orang yang memandangi Erin bertanya-tanya dimanakah kedua orang tuanya. Meninggalkan anak yang sekecil ini tanpa pengawasan.
"Wah! Baju anak kecil itu cantik sekali! Yang seperti itu mana ada yang menjualnya," kata A dengan suara yang terpana.
"Anak kecilnya juga manis dan cantik," kata B yang melewati Erin.
"Jarang sekali ada anak perempuan memakai baju serba hitam. Hebat!"
"Hei, tapi modelnya itu apa tidak keterlaluan ya? Meskipun untuk model anak-anak tapi..."
Seperti itulah. Erin hanya berpikir sungguh rudet sekali orang-orang ini pikirannya. Apa yang dipakai orang lain, apakah penting dipikirkan? Apa yang dimakan, diminum, dipegang, dibuang, pentingkah kalian semua berkomentar?
"Apa ada cosplay ya? Tapi acara apa di musim hujan begini?" Tanya mahasiswa yang melihat Erin lewat.
Kesan yang didapat dari semuanya adalah mereka merasa aneh ada anak kecil yang berjalan sendirian hanya dengan menggunakan payung. Kadang ada juga yang menghampirinya menanyakan ada dimana keberadaan orang tuaku atau dimana aku tinggal.
Eris tidak menjawabnya dan terus berjalan, mereka yang bersimpati padanya banyak yang mengulurkan tangan. Eris menatap sebagian tangan mereka yang mengeluarkan aroma busuk, aroma harum dari seorang kakek, ada juga yang auranya hitam sampai ke ubun-ubunnya. Seorang pelajar perempuan entah dia melakukan apa sampai auranya hitam pekat.
"Tidak usah," kata Eris menolak semua tawaran orang membuat mereka sangat aneh.
Ada juga Eris menatap lembaran biru di tangannya di suatu jalan. Dia tidak pernah melihat lembaran biru itu di dunianya.
"Ah, itu uang untuk kamu naik taksi," kata ibu muda yang terlihat biasa saja.
"Taksi?" Tanya Eris tidak mengerti.
"Iya taksi. Itu," tunjuk wanita itu ke seberang jalan.
'Aahhh jadi itu yang namanya Taksi,' pikir Eris.
"Dengan uang ini kamu bisa membayarnya," katanya lagi menunjukkan uang tersebut.
"Kemana?" Tanya Eris dengan datar.
"Lho, ya kerumah kamu. Kamu harus segera pulang, bahaya kalau disini sendirian. Bisa-bisa kamu diculik orang jahat," kata wanita itu. "Atau mau saya antar?" Tanyanya dengan senyuman manisnya.
Ada aroma busuk yang keluar dari mulutnya, Erin melihat ada banyak tangan anak kecil yang memegang bajunya. Eris tidak menyukainya, meskipun dia memang memburu nyawa manusia tapi tentu saja kebersihan sebagian dari iman.
"Tidak. Aku tidak membutuhkan lembaran ini," kata Eris mundur. Sekarang dirinya berada dalam tubuh seukuran anak kecil dia harus menjaga kekuatannya agar tidak membahayakan dirinya.
"Tidak, kamu membutuhkannya. Ambillah," kata wanita itu lalu pergi dengan santai menuju taksi yang ditunjuknya.
"Wanita itu memakan banyak bayi," kata Eris bergumam. Entah untuk tujuan apa wanita tadi melakukan perbuatan itu kemudian Eris melanjutkan jalannya lagi sambil melihat lembaran uang biru itu.
Bersambung ...
Dalam dunia Eris benda untuk dijadikan pertukaran bukanlah uang lembaran seperti di dunia manusia. Mereka bisa membeli barang atau sesuatu dengan menukarkan beberapa permata atau mutiara yang bisa mereka dapatkan dengan mudah. Tentu hasil dari menggali gunung permata yang letaknya jauh dari pemukiman warga.
Apalagi Raja dan Ratunya membebaskan siapa saja tanpa dikenakan biaya untuk menggali permata sebanyak mungkin. Ya lah semua gunung permata tidak terbatas kalau manusia ada disana sudah pasti langsung miskin mereka.
Akhirnya Eris merasa tidak ada gunanya memakai itu, dia mengeluarkan api biru dan lembaran itu terbakar menghilang. Bukan habis terbakar tapi Eris menyimpannya di kantung yang tak ada ujungnya. Dimana dia juga menyimpan semua barangnya untuk dijadikan alat menarik manusia.
Wujud Eris kini adalah gadis bertubuh anak kecil agak mirip dengan Conan Edogawa yang tubuhnya menyusut karena obat. Eris tidak mengerti,dia memiringkan kepalanya melihat orang-orang sepertinya tidak menyukai warna hitam. Sayangnya dirinya bukanlah orang yang ceria seperti mereka.
Satu per satu mereka melewatinya, ada yang memandangi terkagum-kagum, ada juga yang mengerutkan kening seakan Eris merusak pemandangan. Eris terus berjalan dengan tatapan matanya yang kosong dan dingin, tidak ada ekspresi sedikitpun. Orang yang kadang berpapasan dengannya dengan otomatis menghampiri dan memfoto sana sini.
"Kamu mau jadi model?" Tanya yang lain.
Eris terus berjalan tanpa memberikan jawaban, membuat orang itu menggelengkan kepalanya. Dia tidak peduli mereka mengatainya atau bahkan penasaran kenapa tatapan Eris tidak bersinar.
'Suatu saat nanti kalian semua akan mendatangiku meminta bantuan dan menawarkan apapun yang kalian miliki sebagai bayarannya. Aku hanya akan meminta bayaran yaitu nyawa kalian.' Pikir Eris kedua matanya memancarkan kilat merah.
Setelah beberapa jam Eris berjalan menelusuri gang atau jalanan besar, akhirnya dia sampai di suatu tempat. Area yang cocok untuk dibuat sesuatu hmmm... bagus dan luas tidak masalah apalagi banyak sampah. Toh keberadaan tempatnya tidak akan terlihat begitu saja. Eris berpikir usaha apa agar banyak orang yang datang menghampiri.
Benar juga! Payungnya dia lempar lalu menghilang dalam udara. Toko serba ada. Dengan senyuman yang dingin dan sinis, Eris menjentikkan kedua jarinya dan... Toko klasik berdiri di hadapannya.
Lalu dibuatlah segel agar tidak sembarang orang bisa memasukinya namun mereka masih bisa melihat dalamnya. Hanya saja tidak akan ada keinginan untuk masuk bila mereka tidak punya kepentingan. Rumah sekaligus toko yang akan menjadi tempatnya tinggal sementara waktu, sedikit desain yang menarik dan hangat pasti bisa menarik banyak orang.
Eris kemudian melangkahkan kakinya dan memasuki toko itu dan secara otomatis semua batang yang ada dalam kantongnya tertata rapi bahkan lembaran uang biru yang tersimpan di dalam sebuah kotak berlian. Uang itu akan menjadi barang jualan nantinya.
Halaman? Tentu saja ada secara otomatis saat Eris menjentikkan jarinya. Sudah pasti juga Ratu yang membuatkannya, dirasa dirinya tidak mampu ikut jadi dia menata dengan rapih halaman yang akan diturunkan. Ratu senang dengan aneka bunga yang ada di dunia manusia itulah kenapa juga kerajaan mereka menjadi sangat indah jauh dari kelam.
Eris mengganti semua bunga dengan kibasan tangan kirinya menjadi Mawar Hitam sesuai yang dia sukai. Sudah pasti Ratu kesal karena Eris tidak memiliki rasa seni. Ada juga kolam tanpa berisikan ikan hanya air dan bebatuan.
"Coba kamu ubah airnya menjadi panas," secarik kertas putih melayang di hadapannya lalu Eris baca.
"Berhentilah ikut campur, Bu," kata Eris yang membakar kertas itu. Tapi dia ubah juga dan menjadikannya kolam air panas hanya dengan jentik kan jarinya. Jacuzzi di luar halaman harus mengikuti perubahan jaman, Eris menata sesuatu juga dan membiarkan barang-barang itu bergerak sesuai keinginan mereka.
Tiba-tiba cermin besar berubah keadaannya, tampaklah seraut wajah yang cantik tapi kelam.
"Kamu sudah merencanakan sesuatu bukan?" Tanyanya dengan wajah yang sebal. Adefagia kakaknya yang pertama bersikap angkuh memandangi semua isi tokonya.
Eris memandangi cermin iti dan menghampirinya karena badannya yang kecil, akhirnya dia melayang. "Mau apa kemari?" Tanya Eris dengan dingin.
Merasa sikapnya terhadap dirinya dinilai tidak sopan, kakaknya sangat kesal. "Ya ampun begitukah cara kamu berbicara pada kakak sendiri? Kakak datang ya karena mencemaskan adiknya yang sama sekali tidak punya emosi. Sayang sekali ya kamu tidak akan pernah bisa duduk di singgasana Ibu," kata kakaknya sambil tertawa senang.
"Tampaknya kakak senang," kata Eris menyilangkan tangannya.
"Tidak, tentu saja. Aku bersedih," katanya dengan suara yang dibuat sedih. Dan meneteskan air mata bohongan.
"Yang benar saja kak, sikap kakak yang penuh kepalsuan itu suatu saat akan ketahuan ayah. Pergilah aku sibuk," kata Eris membalikkan badannya.
Adefagia yang marah besar hanya sempat mengatakan, "KAU!" Teriaknya. Sudah keburu Eris menyeka cermin itu untuk kembali normal
"Kakak bisa seenaknya denganku di dunia Kegelapan tapi disini, aku yang memegang penuh kendalinya jadi lebih baik nonton saja apa yang aku lakukan," kata Eris turun ke lantai dan berjalan lagi.
Di tempat lain Adefagia ditertawai oleh saudara lainnya karena dibalas telak. Dia sebal adiknya itu sama sekali tidak terbakar emosi atau bahkan melempari kekuatannya, sengaja agar terlihat adiknya memang berniat membunuhnya. Jadi Raja bisa membinasakannya tapi sayang sekali saat ini Eris memiliki tujuan seru.
Lalu Eris membuka kamar utama yang luas dan menutupnya kembali, lalu membuka kamar yang lain yang dia pilih menjadi kamar untuk rehat. Tidak banyak barang yang ada disana dan tidak ada tempat tidur yang biasa orang gunakan. Melainkan sebuah kursi dan meja kecil yang tergeletak bola kristal lumayan besar.
Tidak berisikan apapun, dia menyapukan tangannya dan muncullah sebuah tayangan energi terbesar penampakan Bimasakti yang memantulkan cahayanya dalam ruangan itu. Tidak ada saklar lampu toh Eris tidak membutuhkan cahaya terang. Cahaya dari Bimasakti itu membuat kamarnya mengeluarkan cahaya yang menyenangkannya. Eris terduduk menikmati indahnya energi yang berpendar yang seperti mata ibunya.
Beberapa menit dirinya menikmati suasana tenang dirasa sudah cukup, Eris memutuskan untuk berjalan di luar rumahnya. Dan dari bola kristal yang lain mengeluarkan gambar seorang perempuan.
"Hmmm," kata Eris memandanginya. Seringai jahat pada bibirnya terlihat kemudian pergi dan menunggunya untuk datang.
Hari itu hujan sudah berhenti hanya gerimis saja yang masih setia turun. Saat dirinya tengah memejamkan kedua matanya menikmati setiap tetesan, tepukan pelan terasa di bahu kanannya.
"Permisi, Nak. Maaf ya mengganggu," kata perempuan itu tersenyum. Eris memandangi perempuan itu yang sekiranya berusia 20 tahun sambil memegang sebuah kamera.
"Ada apa?" Tanya Eris dengan tatapan dingin. Orang inilah yang muncul dalam bolanya.
"Kalau boleh tahu di toko mana kamu membeli baju ini? Tentu saja pasti ada ukuran untuk dewasa kan, kakak sudah mencari kemanapun tapi tidak ada yang menjual sebagus ini," kata perempuan itu masih penasaran.
"Kakak mau beli?" Tanya Eris.
"Iya tentu saja semoga tidak terlalu mahal. Ah, kakak lupa memperkenalkan diri namaku Andriani, mahasiswi seni. Jadi? Di mana tokonya? Biar kakak saja yang pergi kesana," katanya mengeluarkan secarik kertas dan juga pensil.
Eris masih tidak menjawabnya dan memandangi dengan tatapannya yang kosong lalu senyuman yang tipis. Andriani sekilas merasa merinding entah kenapa merasa ada sesuatu yang salah tapi kan ini anak kecil. Ada aura hitam yang keluar dari perempuan itu namun sangat samar.
"Baju ini?" Tanya Eris meyakinkannya.
"Iya bajunya ada versi untuk orang dewasa kan?" Tanya Andriani merasa aneh kenapa Eris terus menanyakannya?
"Saya tidak tahu kalau ada manusia yang juga senang dengan baju yang aku pakai," kata Eris akhirnya.
"Manusia? Nak, kamu berkata begitu seolah bukan manusia saja. Kamu pintar bercanda ya," kata Andriani tertawa ringan.
"Saya memang bukan manusia. Apa ada manusia memiliki bola mata merah dan hitam seperti ini?" Tanya Eris membuat Andriani agak sedikit ketakutan.
"Ah...hahaha itu kan bisa saja kontak lensa yang warnanya bisa diganti kan," kata Andriani menebak.
Eris melemparkan senyuman dinginnya dan bangga. Andriani bernafas lega.
"Kamu tahu banyak ya," kata Eris yang agak senang.
"Ahhh kamu ini. Aku lega ternyata memang benar lensa mata ya tapi keren ya sedikit membuat takut. Apa ada warna seperti itu?" Tanyanya yang heran.
"Ada. Kalau kamu mau, saya bisa membuatkannya... dari darahmu sendiri," ucap Eris dengan nada kelamnya.
"Ya ampun... sudah pukul segini! Anu aku ada jadwal kuliah jadi tidak bisa terlalu lama," katanya agak panik.
Eris lalu turun dari dimana dia duduk dan berdiri depan mahasiswi itu. "Ikuti aku, aku tahu dimana kakak bisa mendapatkan baju yang sama denganku," kata Eris mengajaknya.
Mereka berdua lalu berjalan kalau saja Andriani sadari bahwa rintikan hujan itu sama sekali tidak mengenai tubuhnya Eris, meski Eris secara kasat mata berjalan sesuai orang-orang pada umumnya. Seperti air hujan menembus tubuhnya yang mungil itu.
Bersambung ...
Saat mengikuti Eris, Andriani dalam pikirannya sibuk terus berkata bahwa dirinya harus mendapatkan model baju yang dipakai anak tersebut.
"Aku harus tahu darimana anak itu bisa membeli bajunya! Masa iya Bandung sebegini besarnya tidak ada satupun toko yang menjual baju model begini. Di acara nanti akulah yang harus menjadi pusat perhatian dan bisa mendapatkan hadiah dari Direktur. Toh pakaian yang aku pakai bisa menggebrak gaya seperti di Jepang," kata Andriani dengan gembira.
Sudah tentu apa yang diucapkannya jelas terdengar oleh Eris yang mengembangkan senyumannya. Andriani terus mengikuti Eris dengan perasaan sangat senang sekali tapi kadang merasa aneh.
"Orang tua macam apa yang meninggalkan anak sekecil ini berkeliaran di jalanan?" Pikirnya lagi tapi karena tampaknya anak ini sangat pintar atau berpikir rumahnya memang dekat, jadi dibebaskan pergi.
"Akhirnya baru datang ke dunia ini, sudah mendapatkan pasien huhuhu memang tidak salah aku memutuskan membuka toko," dalam hati Eris.
Lamaaa sekali mereka berjalan Andriani agak cemas karena mereka mulai memasuki jalanan yang sepi. Akhirnya dia melihat penerangan dari suatu rumah dan berhenti tepat di depan toko itu.
"Perasaan aku di sekitar sini tidak ada deh bangunan apalagi rumah atau toko," katanya sambil berjalan memperhatikan sekelilingnya.
Eris tidak menjawab dan membukakan pintu gerbangnya lalu memasuki tokonya. Sedangkan Andriani meyakinkan dirinya bahwa memang tidak pernah ada rumah sebelumnya di daerah itu.
"Apa aku yang salah ya? Bukannya disini tempat pembuangan barang-barang ya? Aneh," kata Andriani yang kemudian kembali ke depan toko Eris. Menatap Eris yang sudah berada di depan pintu toko menunggunya.
Merasa hanya salah lihat, Andriani pun masuk melalui gerbang segel yang ada di hadapannya. Orang biasa tidak akan bisa melihatnya, segel itu mengantarkannya langsung ke toko Eris.
"Selamat datang," kata Eris dengan senyuman dingin dan mempersilakan dirinya masuk.
Andriani melihat sekelilingnya, toko itu sangat nyaman dan memiliki halaman yang indah terdapat kolam air panas juga, membuatnya lega.
"Cantiknya! Wah, aku kira bangunannya horor tapi ternyata menyenangkan! Kapan dibangunnya? Kenapa jaraknya jauh sekali padahal kalau saja dibuat di tengah kota, pasti banyak yang datang," kata Andriani yang masuk ke dalam tokonya.
Eris masih tidak menjawab pertanyaan mahasiswi itu, dia hanya berjalan ke suatu tempat lalu berdiri di pertengahan ruang tokonya. Rak-rak berisikan banyak barang yang disimpan dalam etalase kaca. Dari boneka, gelas dan piring kecil, mainan mobil, cermin tangan, apapun! Bahkan kosmetik tapi orang yang tidak punya kepentingan tidak akan pernah menginginkannya.
Barang-barang jualan itu hidup dan bisa memilih pemiliknya sesuai dengan isi hati yang mereka baca. Untuk hari ini, Andriani tidaklah membutuhkan mereka karena itu mereka menjadi pajangan saja.
"Keren sekali! Cantik semuanya serba emas! Orang tua kamu tampaknya sangat kaya ya banyak fasilitas juga disini. Ah! Ada minuman keras? WOW! Semuanya minuman termahal lengkap!" Kata Andriani dengan takjub memandangi berbagai macam bentuk minuman.
"Kemarilah," kata Eris yang berkata mengagetkan Andriani.
"Oh iya ya aku kemari untuk beli baju. Tapi toko semewah ini pasti harga bajunya juga... WOW ya," kata Andriani agak sedih.
Sekeliling toko tersebut terlihat berbukit-bukit ladang rerumputan yang rapi dan juga pepohonan yang rindang. Bukan pohon buah atau pohon yang lain, pohon yang tidak ada di dunia manusia. Sejenis pohon yang ada di dalam cerita tentang raksasa hidup di atas awan.
Saat menunggu Andriani berjalan ke arahnya, Eris memandangi sebuah danau yang berada agak dekat dengan tokonya. Dalam penglihatan dunia nyata, danau itu tidaklah ada dan itu hanyalah gerbang pembatas dimana aslinya, adalah jurang. Ya, benar apa kata mahasiswi itu kalau sebenarnya tempat toko itu adalah pembuangan barang bekas.
Yang di sebelahnya adalah jurang yang terjal jadi kalau ada orang yang melihatnya sebagai danau dengan air yang luas, dan bila ada yang ingin loncat tandanya dia akan bunuh diri.
"Toko ini cantik apa tidak sayang dijadikan sebagai tempat jualan? Aduh, bagus sekali boneka ini," kata Andriani yang masih memperhatikan setiap barang dalam tokonya.
Dalan perjalanannya Eris juga tidak lupa membawa kantong kain berwarna perak yang didalamnya terdapat boneka antik yang berpakaian indah dan klasik. Boneka itu yang paling Eris sayangi karena hadiah dari Ayahnya. Meskipun ayahnya sangat galak dan disiplin tapi beliau juga sangat menyayanginya.
Meski dia dikatakan tidak memiliki emosi tapi rasa sayang pada sesuatu memang ada. Ayahnya jelas sudah tahu itu, kenapa dia setuju Eris diturunkan karena dunianya sedang bergolak panas mengenai pemindahan kekuasaan ayahnya.
"Sayangnya boneka itu tidak dijual," kata Eris saat melihat Andriani menggendongnya.
"Ah... tentu saja aku hanya ingin melihatnya dari dekat. Aku tidak suka boneka. Kemanakah orang tuamu? Sedari tadi kita hanya berdua," kata Andriani menaruh kembali boneka itu di tempatnya dan memandangi Eris.
Boneka yang dia pegang terduduk agak miring lalu tanpa disadarinya, boneka itu meluruskan duduknya dan wajahnya kesal lalu berubah saat tahu pemiliknya memandanginya.
"Tidak ada. Mereka meninggalkanku sendiri di dunia ini," jawab Eris dengan tatapan datar dan suara yang dingin.
"Ya ampun, kok bisa-bisanya sih? Kamu tidak apa tinggal sendiri? Tidak seram?" Tanya Andriani.
"Seram? Saya tidak punya perasaan seperti itu. Ini baju yang kamu maksudkan?" Tanya Eris mendorong rak baju.
Andriani kembali terkejut melihat semua model baju gothic yang Eris punya. Sebenarnya baju itu semuanya milik Eris tapi kalau ada yang tertarik memakainya, mengapa tidak.
"AAAA! Baju yang selama ini aku cari! Akhirnyaaa... ini satunya berapa ya? Semoga tidak terlalu mahal," katanya memandangi Eris dengan tatapan memohon. Kok ada ya butuh sesuatu tapi saat ada barangnya malah berharap dengan harga yang murah? Apa dia tidak tahu mendapatkannya itu memang sangat sulit.
Eris menghela nafas, manusia memang seperti itu ya saat barang yang mereka inginkan ada, pasti menawar harga padahal di awalan dia akan membeli berapapun harganya.
"Masalahnya..." kata Eris yang perlahan mendekati Andriani. Dia melihat ke bola kristal bahwa tampak seorang lelaki berusia
Bapak-bapak tidak jauh dari kediamannya. Bola itu berwarna merah tandanya mangsa yang sebenarnya.
Sayang sekali kakak ini harus dilepaskan karena bukan target bola tersebut. Andriani terpaku berdiri karena dia merasakan ada suatu aura mengerikan dari anak tersebut.
"Kenapa ya?" Tanya Andriani agak ketakutan.
"Belum saatnya kamu membelinya setidaknya harga baju ini sangat mahal. Pulanglah dulu dan banyak menabung uang yang lebih banyak lagi," kata Eris dengan kalimat yang datar.
"Semahal itu?" Tanya Andriani kaget. "Tapi kalau aku pulang dan menabung, bisa-bisa baju ini ada yang beli. Apa tidak bisa kalau aku misalkan... menyicil?" Tanya Andriani.
Eris lalu melayang di hadapan Andriani, dan dia sangat terkejut belum sempat berteriak, Eris membuat dirinya menjadi patung di hadapannya. Energi berwarna hijau keluar dari jari telunjuk Eris mengenai tubuh Andriani, menyelimutinya.
"Baju ini tidak akan pernah kemana-mana. Kamu adalah mangsaku di saat waktu yang tepat, kamu pasti akan datang lagi. Sekarang, kembalilah ke tempat semula. Kamu akan ingat lagi soal aku saat waktunya datang nanti," kata Eris menjentikkan jari lentiknya.
Andriani melayang dan menghilang mengembalikannya ke jalanan dimana dia berada tadi. Tubuhnya tiba-tiba terduduk begitu saja di bangku taman meskipun disana tidak ada siapapun. Tidak lupa memegang kameranya.
Di saat itu, Eris kembali. "Nah, mangsa yang sebenarnya akan tiba, aku harus bersiap," kata Eris yang mempersiapkan sesuatu dengan kunci.
Di tempat lain, Andriani dengan kondisi kedua matanya kosong masih terduduk lalu seketika kembali normal.
"HOAAAA lho? Kok aku masih disini ya? Perasaan aku tadi ada di rumah seseorang deh. Aneh. Pulang ah sepertinya hari ini aku terlalu lelah mencari toko baju untuk acara kampus nanti," katanya sambil jalan pulang meski merasa janggal sekali.
Kembali dimana Eris berada. Toko antiknya bernama ZALAAM dalam arti bahasa Arab berarti "Kegelapan." Cocok sekali bukan dengan kehidupan Eris yang asli.
TEEET TEEEET BRAK!
Suara klakson dari mobil yang sepertinya bermasalah berbunyi keras tidak jauh dari sekitar tokonya. Lampu depannya dipaksa untuk menyala lagi dan lagi namun mobil tersebut tidak bisa berjalan. Orang yang berada di dalam mobil keluar dengan marah sambil membanting kan pintu mobilnya dengan keras.
Lalu marah dengan keras dan mengepalkan salah satu tangannya dan membenturkan ke pintu mobilnya. Eris menyilangkan kedua tangannya dan menunggu di depan pintunya. Terdengar olehnya teriakan kemarahan lelaki itu.
"Mobil sialan! Maunya apa sih? Kemarin sudah diperbaiki segala-galanya termasuk mesin dengan accu di dalamnya. Sekarang seperti ini lagi?! Lama-lama aku bawa kamu ke tempat penampungan mobil rusak! AAAAAA!!" Teriaknya histeris untung saja jalanan di sana memang hampir tidak ada orang yang datang.
Orang itu kemudian menendang berkali-kali ban mobil lalu membanting plat mobilnya. Lelaki itu lalu mendinginkan kepalanya dan memandangi sekitar tidak ada siapapun yang bisa menolongnya dan melihat toko Eris berada.
Sambil mengomel dia berjalan menuju kesana berharap pemilik rumah bisa membantunya. Lalu sampailah depan rumah, lelaki itu berdiri depan pintunya dan mengetuk.
"Permisi, apa ada orang? Mobil saya mogok apa Anda bisa membantu saya?" Tanya orang itu.
Eris membuka pintu. Lelaki itu kaget anak kecil yang menyambutnya. "Ada apa?" Tanyanya.
"Ayah kamu ada? Saya butuh beberapa perkakas untuk mobil rongsokan," kata lelaki itu menunjuk ke mobilnya.
"Tidak punya tapi saya bisa bantu Anda dengan hal lain," kata Eris.
"Kalau begitu kamu tahu bengkel terdekat di sini? Saya harus cepat membawa mobil sial itu kesana. Benar-benar menghabiskan banyak uang hanya untuk membeli mobil butut. Hari ini saya ada rapat penting untuk memperkenalkan produk sabun terbaru. Haaaa!" Katanya mengomel sambil mengacak rambutnya.
Eris lalu memperhatikan mobil tersebut di tokonya. Mobil yang lumayan bagus dengan banyak bolong mungkin seperti tembakan bekas peluru di sana sini. Dengan cat mobil yang sebagian bawahnya terkelupas.
"Masuklah," kata Eris mempersilakan masuk.
Bapak itu heran tapi dia masuk juga dan sama dengan Andriani sangat terkejut. Suasana ruangan yang jarang dia temui, barang mewah nan glamor. Sangat heran hanya ada anak kecil di dalam rumah itu.
"Ini rumah?" Tanya Bapak itu.
"Toko," jawab Eris menyeduhkan teh lalu memberikannya pada lelaki itu.
"TOKO!? SEMEWAH INI!?" Tanyanya kaget. lalu duduk dan meminum teh itu dengan nikmat. Tanpa disadarinya kedua kakinya menurut apa yang diberikan oleh Eris.
"Aku menyediakan apapun yang dibutuhkan," kata Eris yang juga duduk di kursinya.
"Apapun? Seperti apa?" Tanya Bapak itu melupakan tujuan awalnya.
"Seperti ini," kata Eris kemudian berdiri dan berjalan untuk mengambil sebuah kunci sedang dengan warna emas. Memasukkan ke lemari kecil dan memutarkannya sampai terlihat kunci yang lain.
Rumah alias Toko Eris memang bergaya barat mewah dengan pintu kayu berkualitas paling bagus. Terdapat hiasan pintu yang berbentuk kepala singa bermatakan permata warna ungu metalik.
Kanan dan kiri terdapat tembok putih yang menjulang tinggi lalu didalamnya langsung mengarah ke rumah utama yang sekelilingnya terdapat tanaman yang cukup indah meski kelam. Tidak ada bunga yang tumbuh disana hanya tanaman berdaun atau yang merambat.
Eris mengajak Bapak itu untuk mengikutinya ke suatu tempat yang secara otomatis terbuat dengan kekuatannya. Lorong terhubung menuju suatu tempat yang berada di ujung. Sesampainya, Eris mempersilakan lelaki itu untuk masuk. Awalnya agak ragu karena baru dia kenal tapi teringat kalau tempat itu bisa mengabulkan sesuatu.
Dengan rasa yang sudah menyerah pada penderitaan mobilnya, lelaki itu masuk ke dalam lalu melihat pintu terakhir yang agak lebar dengan kunci yang tergantung.
"Ambil kuncinya lalu buka pintu itu," suruh Eris.
Lelaki itu juga menurut saja meski masih banyak tanda tanya. Eris kemudian melayang dan terduduk di kursi depannya memperhatikan lelaki itu. Saat terbuka, lelaki itu menganga melihat barang yang ada di depannya.
"Ya ampun! Ini..." kata lelaki itu masuk dan memegangi sebuah mobil yang memang dia inginkan.
Sebuah mobil mewah besar dengan cat berwarna merah tampak menyala seperti api yang berkobar. Bannya yang berwarna hitam sehitam arang mengkilat bagaikan berdesis tidak sabar untuk menelan siapapun yang naik. Eris kemudian sudah berdiri di belakang lelaki itu dan memegang mobil dan berkata, "Ini adalah pemiliknya yang baru perlakukan dia dengan baik," katanya.
Orang tersebut seakan tidak percaya mendengar kalimat yang Eris katakan. "Anak ini masih kecil tapi memberikan mobil semewah ini padaku?! Ini gila!" Dalam pikirannya yang tentu saja terbaca oleh Eris.
"Bagaimana?" Tanya Eris dengan wajah dinginnya menatap lelaki itu.
"Ini gila! Hahahaha Mobil yang selama ini saya mimpikan. Bisa melihatnya secantik dan sebagus ini, masih baru juga ya? Wah kalau saya bawa mobil ini orang yang sudah meremehkan saya pasti akan kagum dan rasanya hokiku akan naik juga," katanya dengan senang sekali.
Eris menutup dan membuka kembali kedua matanya dan melihat aura hitam sekitar lelaki itu, dengan senyuman jahatnya akhirnya dia akan mendapatkan 1 bola nyawa.
"Kemarilah. Datanglah. Sambutlah kendaraanmu yang baru akan membawaku dalam kegelapan. Persembahkanlah kepadaku hadiah darimu yang terindah. Nyawamu," pikir Eris yang memperhatikan lelaki itu memeluk mobil tersebut.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!