Dalam dunia Eris benda untuk dijadikan pertukaran bukanlah uang lembaran seperti di dunia manusia. Mereka bisa membeli barang atau sesuatu dengan menukarkan beberapa permata atau mutiara yang bisa mereka dapatkan dengan mudah. Tentu hasil dari menggali gunung permata yang letaknya jauh dari pemukiman warga.
Apalagi Raja dan Ratunya membebaskan siapa saja tanpa dikenakan biaya untuk menggali permata sebanyak mungkin. Ya lah semua gunung permata tidak terbatas kalau manusia ada disana sudah pasti langsung miskin mereka.
Akhirnya Eris merasa tidak ada gunanya memakai itu, dia mengeluarkan api biru dan lembaran itu terbakar menghilang. Bukan habis terbakar tapi Eris menyimpannya di kantung yang tak ada ujungnya. Dimana dia juga menyimpan semua barangnya untuk dijadikan alat menarik manusia.
Wujud Eris kini adalah gadis bertubuh anak kecil agak mirip dengan Conan Edogawa yang tubuhnya menyusut karena obat. Eris tidak mengerti,dia memiringkan kepalanya melihat orang-orang sepertinya tidak menyukai warna hitam. Sayangnya dirinya bukanlah orang yang ceria seperti mereka.
Satu per satu mereka melewatinya, ada yang memandangi terkagum-kagum, ada juga yang mengerutkan kening seakan Eris merusak pemandangan. Eris terus berjalan dengan tatapan matanya yang kosong dan dingin, tidak ada ekspresi sedikitpun. Orang yang kadang berpapasan dengannya dengan otomatis menghampiri dan memfoto sana sini.
"Kamu mau jadi model?" Tanya yang lain.
Eris terus berjalan tanpa memberikan jawaban, membuat orang itu menggelengkan kepalanya. Dia tidak peduli mereka mengatainya atau bahkan penasaran kenapa tatapan Eris tidak bersinar.
'Suatu saat nanti kalian semua akan mendatangiku meminta bantuan dan menawarkan apapun yang kalian miliki sebagai bayarannya. Aku hanya akan meminta bayaran yaitu nyawa kalian.' Pikir Eris kedua matanya memancarkan kilat merah.
Setelah beberapa jam Eris berjalan menelusuri gang atau jalanan besar, akhirnya dia sampai di suatu tempat. Area yang cocok untuk dibuat sesuatu hmmm... bagus dan luas tidak masalah apalagi banyak sampah. Toh keberadaan tempatnya tidak akan terlihat begitu saja. Eris berpikir usaha apa agar banyak orang yang datang menghampiri.
Benar juga! Payungnya dia lempar lalu menghilang dalam udara. Toko serba ada. Dengan senyuman yang dingin dan sinis, Eris menjentikkan kedua jarinya dan... Toko klasik berdiri di hadapannya.
Lalu dibuatlah segel agar tidak sembarang orang bisa memasukinya namun mereka masih bisa melihat dalamnya. Hanya saja tidak akan ada keinginan untuk masuk bila mereka tidak punya kepentingan. Rumah sekaligus toko yang akan menjadi tempatnya tinggal sementara waktu, sedikit desain yang menarik dan hangat pasti bisa menarik banyak orang.
Eris kemudian melangkahkan kakinya dan memasuki toko itu dan secara otomatis semua batang yang ada dalam kantongnya tertata rapi bahkan lembaran uang biru yang tersimpan di dalam sebuah kotak berlian. Uang itu akan menjadi barang jualan nantinya.
Halaman? Tentu saja ada secara otomatis saat Eris menjentikkan jarinya. Sudah pasti juga Ratu yang membuatkannya, dirasa dirinya tidak mampu ikut jadi dia menata dengan rapih halaman yang akan diturunkan. Ratu senang dengan aneka bunga yang ada di dunia manusia itulah kenapa juga kerajaan mereka menjadi sangat indah jauh dari kelam.
Eris mengganti semua bunga dengan kibasan tangan kirinya menjadi Mawar Hitam sesuai yang dia sukai. Sudah pasti Ratu kesal karena Eris tidak memiliki rasa seni. Ada juga kolam tanpa berisikan ikan hanya air dan bebatuan.
"Coba kamu ubah airnya menjadi panas," secarik kertas putih melayang di hadapannya lalu Eris baca.
"Berhentilah ikut campur, Bu," kata Eris yang membakar kertas itu. Tapi dia ubah juga dan menjadikannya kolam air panas hanya dengan jentik kan jarinya. Jacuzzi di luar halaman harus mengikuti perubahan jaman, Eris menata sesuatu juga dan membiarkan barang-barang itu bergerak sesuai keinginan mereka.
Tiba-tiba cermin besar berubah keadaannya, tampaklah seraut wajah yang cantik tapi kelam.
"Kamu sudah merencanakan sesuatu bukan?" Tanyanya dengan wajah yang sebal. Adefagia kakaknya yang pertama bersikap angkuh memandangi semua isi tokonya.
Eris memandangi cermin iti dan menghampirinya karena badannya yang kecil, akhirnya dia melayang. "Mau apa kemari?" Tanya Eris dengan dingin.
Merasa sikapnya terhadap dirinya dinilai tidak sopan, kakaknya sangat kesal. "Ya ampun begitukah cara kamu berbicara pada kakak sendiri? Kakak datang ya karena mencemaskan adiknya yang sama sekali tidak punya emosi. Sayang sekali ya kamu tidak akan pernah bisa duduk di singgasana Ibu," kata kakaknya sambil tertawa senang.
"Tampaknya kakak senang," kata Eris menyilangkan tangannya.
"Tidak, tentu saja. Aku bersedih," katanya dengan suara yang dibuat sedih. Dan meneteskan air mata bohongan.
"Yang benar saja kak, sikap kakak yang penuh kepalsuan itu suatu saat akan ketahuan ayah. Pergilah aku sibuk," kata Eris membalikkan badannya.
Adefagia yang marah besar hanya sempat mengatakan, "KAU!" Teriaknya. Sudah keburu Eris menyeka cermin itu untuk kembali normal
"Kakak bisa seenaknya denganku di dunia Kegelapan tapi disini, aku yang memegang penuh kendalinya jadi lebih baik nonton saja apa yang aku lakukan," kata Eris turun ke lantai dan berjalan lagi.
Di tempat lain Adefagia ditertawai oleh saudara lainnya karena dibalas telak. Dia sebal adiknya itu sama sekali tidak terbakar emosi atau bahkan melempari kekuatannya, sengaja agar terlihat adiknya memang berniat membunuhnya. Jadi Raja bisa membinasakannya tapi sayang sekali saat ini Eris memiliki tujuan seru.
Lalu Eris membuka kamar utama yang luas dan menutupnya kembali, lalu membuka kamar yang lain yang dia pilih menjadi kamar untuk rehat. Tidak banyak barang yang ada disana dan tidak ada tempat tidur yang biasa orang gunakan. Melainkan sebuah kursi dan meja kecil yang tergeletak bola kristal lumayan besar.
Tidak berisikan apapun, dia menyapukan tangannya dan muncullah sebuah tayangan energi terbesar penampakan Bimasakti yang memantulkan cahayanya dalam ruangan itu. Tidak ada saklar lampu toh Eris tidak membutuhkan cahaya terang. Cahaya dari Bimasakti itu membuat kamarnya mengeluarkan cahaya yang menyenangkannya. Eris terduduk menikmati indahnya energi yang berpendar yang seperti mata ibunya.
Beberapa menit dirinya menikmati suasana tenang dirasa sudah cukup, Eris memutuskan untuk berjalan di luar rumahnya. Dan dari bola kristal yang lain mengeluarkan gambar seorang perempuan.
"Hmmm," kata Eris memandanginya. Seringai jahat pada bibirnya terlihat kemudian pergi dan menunggunya untuk datang.
Hari itu hujan sudah berhenti hanya gerimis saja yang masih setia turun. Saat dirinya tengah memejamkan kedua matanya menikmati setiap tetesan, tepukan pelan terasa di bahu kanannya.
"Permisi, Nak. Maaf ya mengganggu," kata perempuan itu tersenyum. Eris memandangi perempuan itu yang sekiranya berusia 20 tahun sambil memegang sebuah kamera.
"Ada apa?" Tanya Eris dengan tatapan dingin. Orang inilah yang muncul dalam bolanya.
"Kalau boleh tahu di toko mana kamu membeli baju ini? Tentu saja pasti ada ukuran untuk dewasa kan, kakak sudah mencari kemanapun tapi tidak ada yang menjual sebagus ini," kata perempuan itu masih penasaran.
"Kakak mau beli?" Tanya Eris.
"Iya tentu saja semoga tidak terlalu mahal. Ah, kakak lupa memperkenalkan diri namaku Andriani, mahasiswi seni. Jadi? Di mana tokonya? Biar kakak saja yang pergi kesana," katanya mengeluarkan secarik kertas dan juga pensil.
Eris masih tidak menjawabnya dan memandangi dengan tatapannya yang kosong lalu senyuman yang tipis. Andriani sekilas merasa merinding entah kenapa merasa ada sesuatu yang salah tapi kan ini anak kecil. Ada aura hitam yang keluar dari perempuan itu namun sangat samar.
"Baju ini?" Tanya Eris meyakinkannya.
"Iya bajunya ada versi untuk orang dewasa kan?" Tanya Andriani merasa aneh kenapa Eris terus menanyakannya?
"Saya tidak tahu kalau ada manusia yang juga senang dengan baju yang aku pakai," kata Eris akhirnya.
"Manusia? Nak, kamu berkata begitu seolah bukan manusia saja. Kamu pintar bercanda ya," kata Andriani tertawa ringan.
"Saya memang bukan manusia. Apa ada manusia memiliki bola mata merah dan hitam seperti ini?" Tanya Eris membuat Andriani agak sedikit ketakutan.
"Ah...hahaha itu kan bisa saja kontak lensa yang warnanya bisa diganti kan," kata Andriani menebak.
Eris melemparkan senyuman dinginnya dan bangga. Andriani bernafas lega.
"Kamu tahu banyak ya," kata Eris yang agak senang.
"Ahhh kamu ini. Aku lega ternyata memang benar lensa mata ya tapi keren ya sedikit membuat takut. Apa ada warna seperti itu?" Tanyanya yang heran.
"Ada. Kalau kamu mau, saya bisa membuatkannya... dari darahmu sendiri," ucap Eris dengan nada kelamnya.
"Ya ampun... sudah pukul segini! Anu aku ada jadwal kuliah jadi tidak bisa terlalu lama," katanya agak panik.
Eris lalu turun dari dimana dia duduk dan berdiri depan mahasiswi itu. "Ikuti aku, aku tahu dimana kakak bisa mendapatkan baju yang sama denganku," kata Eris mengajaknya.
Mereka berdua lalu berjalan kalau saja Andriani sadari bahwa rintikan hujan itu sama sekali tidak mengenai tubuhnya Eris, meski Eris secara kasat mata berjalan sesuai orang-orang pada umumnya. Seperti air hujan menembus tubuhnya yang mungil itu.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments