Darkest Dream
Terlihat seorang pria tengah berlari kencang, di tengah hutan yang gelap gulita. Dengan tanpa menggunakan alas kaki. Terlihat ceceran darah yang menetes dari bagian tubuh pria itu yang terluka, namun tidak membuat nya mengehentikan langkah nya.
Suara derap langkah yang mengikuti nya dari belakang pun, terdengar semakin jelas. Tentu saja itu membuat kepanikan nya bertambah, khawatir akan di temukan, dia memutuskan untuk berhenti sejenak. Matanya berpendar liar ke seluruh penjuru hutan, minimnya cahaya bulan dari balik rimbunnya pepohonan. Membuat dia tidak bisa melihat dengan jelas, apa yang ada di hadapannya.
Sementara, suara langkah kaki itu kian mendekat ke arahnya. Di saat dirinya akan pasrah, mata nya tanpa sengaja melihat sebuah batu besar dengan sedikit rongga. Tanpa pikir panjang, dirinya pun menuju ke sana, kemudian menggeser batu yang ada di depan nya, agar bisa masuk ke dalam rongga tersebut.
Saat sudah berhasil masuk, suara langkah kaki itu berhenti beberapa meter dari arahnya. Tak ada suara langkah lagi, hanya suara deru napas yang dia yakini lebih dari dua orang. Dirinya pun tak berani bersuara, bahkan untuk bernapas pun, dia harus menghela sepelan mungkin agar tak terdengar.
"Yakin dia berlari ke arah sini?" Suara itu membuat napasnya semakin tercekat. Ketakutan nya semakin menjadi-jadi. Bayangan akan di temukan lalu di siksa seperti yang dia alami sekarang, membuat nya ingin mati saja sekalian. Agar tak merasakan sakit yang teramat luar biasa ini.
"Yakin! Lihat jejak darah nya sampai di sini" tunjuk seseorang pada rekannya, dia sangat yakin, mereka melihat ceceran darahnya di atas daun-daun kering tadi. Karena dia sempat berhenti untuk melihat arah untuk bersembunyi.
"Lalu kenapa jejak darah nya hanya sampai di sini? Apa kekuatan nya bisa membuat nya menghilangkan diri?" Suara lain pun ikut menimpali.
"Kalau dia punya kekuatan itu, kenapa harus susah payah berlari sejauh ini? Bukankah itu menyusahkan dirinya sendiri" Sambung orang pertama dengan suara ketus dan meremehkan.
"Bisa jadi, bukan kah kita masih belum tau, alasan kenapa pria itu harus kita culik dan membawanya ribuan mil dari perkotaan?" Balas orang kedua berargumen.
"Sudah, sudah! Aku lelah, pencarian kita sudahi dulu. Katakan saja pada tuan kita, jika pria itu terjatuh ke jurang yang ada di sisi barat hutan ini. Itu persis di belakang mu. Aku sudah tidak sanggup. Mari kita bekerja sama soal ini, satukan argumen kita agar tidak salah berbicara dan gugup saat tuan bertanya. Ayo kembali." Itu adalah suara orang ke empat. Artinya ada empat orang yang mengejar nya ke dalam hutan ini.
Pria itu mulai tak bisa menahan rasa sakit dan perih di beberapa bagian tubuh nya. Terutama bagian kaki nya, yang banyak terluka akibat terinjak ranting dan bebatuan kecil yang tajam. Suara derap langkah itu mulai menjauhi tempat persembunyian nya, namun kekuatan nya untuk keluar dari celah sempit itu hampir tak ada.
Belum lagi dia masih takut di jebak, bisa jadi mereka tidak benar-benar pergi semua dari tempat itu. Namun bertahan di sana pun tak akan membuat nya selamat. Satu-satunya pilihan adalah keluar, lalu kembali berlari untuk mencari pertolongan. Entah kapan terakhir dirinya makan juga minum, dia tidak mengingat apapun.
Hal yang dia ingat adalah, ketika dirinya mulai berlari di dalam hutan tersebut dan di kejar entah oleh siapa.
Dengan sedikit sisa tenaganya, dia mencoba peruntungan untuk keluar dari sana. Dengan bantuan kakinya yang penuh luka, dia mendorong sisi batu agar tubuhnya bisa keluar dari sana. Setelah usaha yang susah payah dan menguras banyak energi rikuhnya, dia berhasil keluar. Walau kepalanya harus lebih dulu mencium tanah, dan itu menambah satu lagi daftar rasa sakit di tubuhnya.
Dia terdiam sejenak untuk sedikit meredakan rasa ngilu di ujung kepala nya. Setelah di rasa cukup, dia pun mulai beranjak, sekali lagi, netranya mencoba mengawasi sekitarnya. Berharap dapat menemukan ujung jalan untuk keluar dari hutan tersebut. Namun hanya pepohonan yang yang tak berujung, sepanjang penglihatan nya hanya kabut dan suasana malam yang pekat, serta dingin menusuk tulang.
Saat akan berbalik ke samping yang dia rasa sedikit lebih memberi harapan hidup, sebuah pukulan keras menghantam tengkuknya. Di sisa kesadarannya, dia dapat melihat dengan samar, wajah seorang pria asing menyeringai ke arahnya. Beberapa detik kemudian, hanya kegelapan.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Hos hoss hoosss... Ssshuh...
Seorang pria terbangun dari mimpi buruknya. Lagi dan lagi. Mimpi yang sama selama dua minggu ini, benar-benar mengganggu tidur nyenyak nya.
Klek
Terlihat seorang wanita berdiridi ambang pintu, kemudian masuk dengan membawa segelas air minum.
"Mimpi buruk lagi? Masih sama?" Tanya wanita itu lembut. Sekilas tak ada yang percaya, jika wanita yang masih nampak muda itu adalah ibunya. Namun itulah kenyataannya.
"Yaa." Jawabnya lesu. "Aku lelah dengan semua mimpi-mimpi ku, mom. Bantuan psikiater tak sedikit pun membantu" ditatapnya wajah teduh wanita di hadapannya dengan tatapan putus asa. "Bolehkah aku berhenti menemui psikiater? Aku semakin tertekan dengan segala pertanyaan yang ajukan kepadaku." Lagi-lagi wajah sang ibu tak memberi reaksi apapun. Artinya, dia harus tetap pada terapinya, yaitu menemui psikiater dan mengkonsumsi obat penenang dan anti-depresan nya.
"Coba lagi besok, mungkin bisa sedikit membantu. Katakan apa yang terjadi dalam mimpi mu secara runtut, jangan ada yang tertinggal satupun. Barangkali ada celah di sana untuk menghilangkan trauma tak mendasar mu ini" balas sang ibu mencoba memberikan kekuatan dengan sedikit nasihat.
Trauma tak mendasar? Kenapa setiap kali ibunya selalu berkata seperti itu. Bagaimana bisa dia dapat memilih mimpi mana yang akan dia mimpikan? Jika pun bisa, tentu saja dia akan memilih mimpi yang indah dan menyenangkan. Atau minimal, memilih mimpi yang bisa memperlihatkan masa lalunya, sebelum kecelakaan itu terjadi.
Namun lain di hati lain di bibir. "Baik mom." Itu adalah jawaban yang dia rasa paling tepat, untuk membuat sang ibu segera keluar dari kamar nya.
"Memang begitu lebih baik. Kembalilah tidur, dan cobalah untuk tidak bermimpi buruk lagi. Daddy mu kesulitan tidur dengan suara teriakan mu setiap malam buta. Ingat Sky, kau harapan mom dan dad satu-satunya. Segeralah pulih, perusahaan sudah menunggu mu kembali. Buatlah ayahmu bangga. Mengerti?" Pria yang di panggil Sky itupun hanya bisa mengangguk samar.
Sepeninggal sang ibu, Sky merebahkan kembali tubuhnya. Mimpi itu terasa sangat nyata, bahkan seluruh persendian terasa sangat ngilu. Layaknya orang yang habis berlari maraton puluhan mil tanpa henti. Namun tak ingin larut dalam pikiran nya akan mimpi tersebut, Sky memilih untuk kembali memejamkan kedua matanya. Dia hanya berharap tak bermimpi lagi, mengingat jam sudah menunjukkan pukul 3 dini hari. Perlahan namun pasti, matanya mulai meredup dan.....
🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Klek
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
💎hart👑
👣👣👣
2022-12-30
1
Hiatus
Ini nih yang bikin tambah penasaran...🤣
2022-10-25
2
Hiatus
Mimpi itu emang kadang kayak didunia nyata...jadi penasaran sama nama tokoh utamanya...
2022-10-25
2