NovelToon NovelToon

Darkest Dream

Bab 1

Terlihat seorang pria tengah berlari kencang, di tengah hutan yang gelap gulita. Dengan tanpa menggunakan alas kaki. Terlihat ceceran darah yang menetes dari bagian tubuh pria itu yang terluka, namun tidak membuat nya mengehentikan langkah nya.

Suara derap langkah yang mengikuti nya dari belakang pun, terdengar semakin jelas. Tentu saja itu membuat kepanikan nya bertambah, khawatir akan di temukan, dia memutuskan untuk berhenti sejenak. Matanya berpendar liar ke seluruh penjuru hutan, minimnya cahaya bulan dari balik rimbunnya pepohonan. Membuat dia tidak bisa melihat dengan jelas, apa yang ada di hadapannya.

Sementara, suara langkah kaki itu kian mendekat ke arahnya. Di saat dirinya akan pasrah, mata nya tanpa sengaja melihat sebuah batu besar dengan sedikit rongga. Tanpa pikir panjang, dirinya pun menuju ke sana, kemudian menggeser batu yang ada di depan nya, agar bisa masuk ke dalam rongga tersebut.

Saat sudah berhasil masuk, suara langkah kaki itu berhenti beberapa meter dari arahnya. Tak ada suara langkah lagi, hanya suara deru napas yang dia yakini lebih dari dua orang. Dirinya pun tak berani bersuara, bahkan untuk bernapas pun, dia harus menghela sepelan mungkin agar tak terdengar.

"Yakin dia berlari ke arah sini?" Suara itu membuat napasnya semakin tercekat. Ketakutan nya semakin menjadi-jadi. Bayangan akan di temukan lalu di siksa seperti yang dia alami sekarang, membuat nya ingin mati saja sekalian. Agar tak merasakan sakit yang teramat luar biasa ini.

"Yakin! Lihat jejak darah nya sampai di sini" tunjuk seseorang pada rekannya, dia sangat yakin, mereka melihat ceceran darahnya di atas daun-daun kering tadi. Karena dia sempat berhenti untuk melihat arah untuk bersembunyi.

"Lalu kenapa jejak darah nya hanya sampai di sini? Apa kekuatan nya bisa membuat nya menghilangkan diri?" Suara lain pun ikut menimpali.

"Kalau dia punya kekuatan itu, kenapa harus susah payah berlari sejauh ini? Bukankah itu menyusahkan dirinya sendiri" Sambung orang pertama dengan suara ketus dan meremehkan.

"Bisa jadi, bukan kah kita masih belum tau, alasan kenapa pria itu harus kita culik dan membawanya ribuan mil dari perkotaan?" Balas orang kedua berargumen.

"Sudah, sudah! Aku lelah, pencarian kita sudahi dulu. Katakan saja pada tuan kita, jika pria itu terjatuh ke jurang yang ada di sisi barat hutan ini. Itu persis di belakang mu. Aku sudah tidak sanggup. Mari kita bekerja sama soal ini, satukan argumen kita agar tidak salah berbicara dan gugup saat tuan bertanya. Ayo kembali." Itu adalah suara orang ke empat. Artinya ada empat orang yang mengejar nya ke dalam hutan ini.

Pria itu mulai tak bisa menahan rasa sakit dan perih di beberapa bagian tubuh nya. Terutama bagian kaki nya, yang banyak terluka akibat terinjak ranting dan bebatuan kecil yang tajam. Suara derap langkah itu mulai menjauhi tempat persembunyian nya, namun kekuatan nya untuk keluar dari celah sempit itu hampir tak ada.

Belum lagi dia masih takut di jebak, bisa jadi mereka tidak benar-benar pergi semua dari tempat itu. Namun bertahan di sana pun tak akan membuat nya selamat. Satu-satunya pilihan adalah keluar, lalu kembali berlari untuk mencari pertolongan. Entah kapan terakhir dirinya makan juga minum, dia tidak mengingat apapun.

Hal yang dia ingat adalah, ketika dirinya mulai berlari di dalam hutan tersebut dan di kejar entah oleh siapa.

Dengan sedikit sisa tenaganya, dia mencoba peruntungan untuk keluar dari sana. Dengan bantuan kakinya yang penuh luka, dia mendorong sisi batu agar tubuhnya bisa keluar dari sana. Setelah usaha yang susah payah dan menguras banyak energi rikuhnya, dia berhasil keluar. Walau kepalanya harus lebih dulu mencium tanah, dan itu menambah satu lagi daftar rasa sakit di tubuhnya.

Dia terdiam sejenak untuk sedikit meredakan rasa ngilu di ujung kepala nya. Setelah di rasa cukup, dia pun mulai beranjak, sekali lagi, netranya mencoba mengawasi sekitarnya. Berharap dapat menemukan ujung jalan untuk keluar dari hutan tersebut. Namun hanya pepohonan yang yang tak berujung, sepanjang penglihatan nya hanya kabut dan suasana malam yang pekat, serta dingin menusuk tulang.

Saat akan berbalik ke samping yang dia rasa sedikit lebih memberi harapan hidup, sebuah pukulan keras menghantam tengkuknya. Di sisa kesadarannya, dia dapat melihat dengan samar, wajah seorang pria asing menyeringai ke arahnya. Beberapa detik kemudian, hanya kegelapan.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Hos hoss hoosss... Ssshuh...

Seorang pria terbangun dari mimpi buruknya. Lagi dan lagi. Mimpi yang sama selama dua minggu ini, benar-benar mengganggu tidur nyenyak nya.

Klek

Terlihat seorang wanita berdiridi ambang pintu, kemudian masuk dengan membawa segelas air minum.

"Mimpi buruk lagi? Masih sama?" Tanya wanita itu lembut. Sekilas tak ada yang percaya, jika wanita yang masih nampak muda itu adalah ibunya. Namun itulah kenyataannya.

"Yaa." Jawabnya lesu. "Aku lelah dengan semua mimpi-mimpi ku, mom. Bantuan psikiater tak sedikit pun membantu" ditatapnya wajah teduh wanita di hadapannya dengan tatapan putus asa. "Bolehkah aku berhenti menemui psikiater? Aku semakin tertekan dengan segala pertanyaan yang ajukan kepadaku." Lagi-lagi wajah sang ibu tak memberi reaksi apapun. Artinya, dia harus tetap pada terapinya, yaitu menemui psikiater dan mengkonsumsi obat penenang dan anti-depresan nya.

"Coba lagi besok, mungkin bisa sedikit membantu. Katakan apa yang terjadi dalam mimpi mu secara runtut, jangan ada yang tertinggal satupun. Barangkali ada celah di sana untuk menghilangkan trauma tak mendasar mu ini" balas sang ibu mencoba memberikan kekuatan dengan sedikit nasihat.

Trauma tak mendasar? Kenapa setiap kali ibunya selalu berkata seperti itu. Bagaimana bisa dia dapat memilih mimpi mana yang akan dia mimpikan? Jika pun bisa, tentu saja dia akan memilih mimpi yang indah dan menyenangkan. Atau minimal, memilih mimpi yang bisa memperlihatkan masa lalunya, sebelum kecelakaan itu terjadi.

Namun lain di hati lain di bibir. "Baik mom." Itu adalah jawaban yang dia rasa paling tepat, untuk membuat sang ibu segera keluar dari kamar nya.

"Memang begitu lebih baik. Kembalilah tidur, dan cobalah untuk tidak bermimpi buruk lagi. Daddy mu kesulitan tidur dengan suara teriakan mu setiap malam buta. Ingat Sky, kau harapan mom dan dad satu-satunya. Segeralah pulih, perusahaan sudah menunggu mu kembali. Buatlah ayahmu bangga. Mengerti?" Pria yang di panggil Sky itupun hanya bisa mengangguk samar.

Sepeninggal sang ibu, Sky merebahkan kembali tubuhnya. Mimpi itu terasa sangat nyata, bahkan seluruh persendian terasa sangat ngilu. Layaknya orang yang habis berlari maraton puluhan mil tanpa henti. Namun tak ingin larut dalam pikiran nya akan mimpi tersebut, Sky memilih untuk kembali memejamkan kedua matanya. Dia hanya berharap tak bermimpi lagi, mengingat jam sudah menunjukkan pukul 3 dini hari. Perlahan namun pasti, matanya mulai meredup dan.....

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Klek

Bab 2

"Pagi kak? Apa tidur mu nyenyak, lihatlah, kau bahkan bangun kesiangan lagi hari ini" Ashley duduk di sisi ranjang, kemudian menarik tangan sang kakak untuk membantu nya duduk. "Apa semalam kakak bermimpi buruk lagi?" Wajah oval nya nampak menggemaskan bagi Sky. Di cubit nya hidung mancung sang adik dengan gemas.

"Tidak. Kakak bermimpi sesuatu yang indah. Kakak bertemu peri yang sangat cantik " jawab Sky kemudian turun dari ranjang menuju kamar mandi.

"Mimpi apa memangnya? Bertemu gadis desa dan jatuh cinta pada pandangan pertama, menjalin hubungan lalu kemudian menikah. Memiliki 5 orang anak dan hidup bahagia.....

meski di akhir.." suara Ashley melemah di ujung kalimatnya.

Sky menghentikan langkahnya kemudian menatap sang adik dengan heran. Pria itu mengernyit dahinya sempurna, bagaimana Ashley bisa meruntut masa depan nya dengan sedetail itu. Kemudian mengucapkan kalimat mengganjal di akhir analisis nya.

"Eh, kenapa tidak mandi. Mandilah, aku hanya bergurau. Mana bisa aku melihat masa depan seseorang, ada-ada saja. Mandi sana, kakak bau." Ashley mendorong pelan tubuh sang kakak menuju kamar mandi.

Setelah kakaknya menghilang dari balik pintu kamar mandi, Ashley keluar dari sana menuju lantai bawah untuk sarapan bersama keluarga nya.

"Kenapa lama sekali membangun kan kakakmu? Apa dia sudah mandi?" Pertanyaan sang ibu membuat langkah Ashley terhenti, sejenak dia menatap wajah wanita yang dia panggil ibu tersebut.

"Kemarilah, duduk di kursi mu sayang" suara sang ayah membuyarkan lamunan Ashley.

"Heh? Ya dad." Dengan patuh gadis itu mendudukkan dirinya di kursi miliknya.

"Apa kakak sudah bersiap mandi saat kau turun?" Lagi, ayahnya mengulang pertanyaan yang sama, seperti yang di tanyakan oleh sang ibu.

"Ya. Kakak sedang mandi saat aku turun. Lagi pula kakak sudah besar, bisa mengurus dirinya sendiri tanpa harus selalu di perintah untuk melakukan apapun. Dia bukan balita!" Ujar gadis itu dengan berani.

Kata-katanya terdengar sedang menyindir seseorang. Tentu saja sang ibu. Siapa lagi yang memperlakukan sang kakak layaknya anak kecil di rumah mewah itu.

"Kau sedang menyindir mom, Ash?" Tatapan tajamnya menyiratkan kemarahan yang besar.

"Sudah, kita sedang sarapan. Awali hari dengan mood yang baik. Samara, duduklah di kursi mu." Edgar Belluwig menyela situasi sengit yang mulai tercipta, antara putri dan juga istri nya. Dan titahnya tidak terbantahkan.

Keduanya pun kembali diam, melanjutkan perdebatan tidak akan berakhir baik bagi keduanya. Mengingat sang kepala keluarga sedang berada di sana, mengawasi dalam diamnya.

"Pagi mom, dad?" Sky duduk di kursi nya merasa sedikit aneh dengan suasana yang sehening pemakaman. "Apa aku melewatkan sesuatu, dad?" Di tatapnya sang ayah meminta penjelasan, akan situasi yang sedang terjadi di meja makan tersebut.

"Tidak ada apapun, son. Makan sarapan mu, hari ini kau ikut daddy ke kantor. Sudah saatnya kau kembali ke perusahaan keluarga kita. Daddy sudah tua, ingin menghabiskan waktu lebih banyak bersama mom dan Ash." Ujar Edgar panjang lebar di sela makannya.

"Baik dad." Tidak ada bantahan. Itu lebih baik, mengingat situasi yang tidak kondusif di meja tersebut.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Sebuah gedung tinggi menjulang tepat berada di hadapannya, dari balik kaca jendela mobil, Sky dapat melihat dengan jelas gedung tinggi itu dari dekat. Saat mobil mulai memasuki basement, Sky tanpa sengaja menangkap siluet seorang wanita, yang pernah dia lihat di dalam mimpi nya. Namun bayang itu kemudian menghilang di balik tembok menuju lobby kantor tersebut.

"Apa yang kamu perhatikan sejak tadi, son?" Suara bariton sang ayah membuyar rasa penasaran nya, pada gadis berbaju cleaning servis tadi.

"Bukan apa-apa dad. Aku hanya sedang mengagumi gedung perusahaan ini. Daddy hebat karena bisa membuat nya menjadi sebesar ini." Puji Sky tersenyum bangga.

"Ini semua untuk mu dan Ashley. Daddy hanya merintis nya agar lebih maju, tugas mu adalah mengembangkan nya menjadi perusahaan nomor satu di dunia dan berkualitas. Para pemegang saham tidak menginvestasikan uang mereka untuk di buang percuma, kau harus pandai melihat prospek. Itulah tugasmu, membuat uang mereka berkali-kali lipat lebih banyak dari jumlah semula." Tutur sang ayah panjang lebar.

"Ayo keluar" titah Edgar.

"Heh? Ya dad." Sky mengekori sang ayah menuju elevator yang di khususkan untuk mereka.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

"Masuklah! Ini ruangan daddy untuk sementara waktu. Setelah ini, kau yang akan menempati nya lagi seperti sebelum kau kecelakaan. Jadi biasakan dirimu mulai sekarang, belajarlah dasar-dasar menjadi seorang pemimpin yang hebat. Ingat, di segani dan di takuti, adalah dua hal yang berbeda. Tapi kadang kau bisa menjadi keduanya di sewaktu-waktu jika memang diperlukan." Lagi-lagi Sky harus mengisi memori di kepalanya dengan segala petuah dari sang ayah.

"Baik dad. Aku akan belajar sungguh-sungguh bersama paman Brian." Ujar Sky tegas. Di liriknya pria berjas hitam di samping ayahnya, yang mengikuti mereka sejak dia dan sang ayah keluar dari elevator.

Lirikan Sky mendapat balasan tatapan yang tak biasa dari pria tersebut.

"Tuan muda akan saya bimbing sesuai perintah yang sudah anda titah kan, tuan besar." Ujar pria tersebut sedikit menundukkan kepalanya pada Edgar.

Sky hanya memperhatikan interaksi keduanya dengan seksama, mungkin ini salah satu yang harus di pelajari juga, begitulah pikir nya. Otak Sky di paksa untuk merekam semua hal yang dia lihat dan dengar. Seperti anak kecil yang baru masuk taman kanak-kanak, Sky merasa Ashley benar. Dia seperti balita di keluarga nya.

Lamunan Sky buyar oleh suara sang ayah "Sky, kau akan mewakili dad untuk pertemuan dengan klien kali ini. Ikuti arahan uncle Brian, teliti dengan setiap tulisan yang kau baca. Lihat profil nya dengan jelas, yang paling penting, perhatikan sistematis proposal nya dengan seksama. Jangan melewatkan apapun yang berhubungan dengan tujuan proposal itu di buat. Sedikit kesalahan mu, bukan hanya membuat kerugian bagi perusahaan, namun juga bagi seluruh karyawan kita. Teliti pada prospek juga suspek, sehingga tidak berpotensi terhadap dampak tertentu. " Ujar Edgar serius.

Setiap kata sang ayah seperti terekam otomatis oleh kepala nya. Dan itu membuat nya sedikit tertekan. Namun membantah pun tak ada gunanya, atau lebih tepatnya, dia tidak punya cukup keberanian untuk menolak semua keinginan sang ayah.

"Akan aku lakukan dengan baik, daddy bisa percaya kan pertemuan ini padaku. Bukankah uncle Brian ada untuk membantu ku? Benar begitu kan, paman?" Sky sengaja menekan kata 'membantu' sambil menatap datar pada asisten sang ayah, yang sebenar lagi akan menjadi asisten pribadi nya.

"Anda benar, tuan muda" balas pria itu tak kalah datar, namun tetap menunduk hormat pada calon atasan barunya tersebut.

"Baiklah, Brian. Tolong bantu putraku dalam tugas pertama nya, kau akan sering bekerja bersama nya setelah ini, sebelum aku melepaskan jabatanku sepenuhnya pada Sky. Pergilah."

Meskipun sang ayah bilang ini bukanlah pertemuan pertama nya, karena sebelumnya, dirinya juga sudah pernah mewakili sang ayah dalam beberapa pertemuan. Namun ini kali pertama nya sejak dirinya kehilangan ingatannya. Mungkin sang ayah khawatir, jika memori nya mempengaruhi kinerja otaknya. Itu yang Sky tafsir kan.

Sesuai titah Edgar, Brian segera bergegas dari ruangan tersebut. Yang kemudian di ikuti oleh Sky di belakang nya.

Setelah sampai di luar ruangan, Brian membiarkan Sky berjalan terlebih dahulu menuju elevator. Keduanya sama-sama terdiam, tanpa satupun yang berniat membuka suara lebih dulu.

Tatapan datar dan kaku, Brian, tidak membuat Sky takut. Hanya saja situasi nya berbeda, dirinya sedang dalam fase kritis kepercayaan diri. Tidak ada satupun yang dia pahami tentang struktur sebuah perusahaan, dan kini, dia di paksa oleh keadaan. Untuk menjadi Sky, si calon pewaris Belluwig company. Perusahaan terbesar di negara ini, dan nomor satu di dunia.

Sungguh, Sky merasa seperti sedang di paksa berjalan, saat kakinya terluka parah dan hampir patah. Namun kedua tangannya justru di paksa untuk bisa mengepak dan menopang beban yang berat.

Bab 3

Pertemuan Sky dengan klien pertama nya berjalan lancar, tanpa kendala berarti. Diam-diam Brian mengagumi cara Sky menelaah setiap kata, dari isi proposal kerjasama tersebut dengan begitu tanggap.

Pria kaku itu menarik sudut bibirnya samar, hingga tak akan ada yang menyadari, jika dia sedang tersenyum saat itu. Tugas pertama nya sudah selesai, tuan mudanya sangat cerdas untuk ukuran orang yang sedang mengalami amnesia. Dan dia sungguh mengapresiasi hal tersebut.

"Tuan Sky, Minggu depan perusahaan akan mengadakan sebuah pesta kecil untuk merayakan keberhasilan anda, juga penyambutan anda kembali di perusahaan." Ujar Brian saat mobil mereka melaju kembali ke kantor.

Sky terdiam, pria itu membuang pandangan nya keluar jendela mobil. pikiran nya sedang berkeliaran jauh, masih terekam jelas wajah gadis yang dia lihat tadi. Apa gadis itu ada hubungan nya dengan ingatan nya yang hilang.

"Tuan Sky?" Suara Brian kembali menguar di telinga Sky, mau tak mau Sky menoleh.

"Ya, paman?" Sky menatap lekat pria yang dia panggil paman namun terasa sangat asing.

"Anda mendengar apa yang saya katakan tadi?" Brian memastikan kembali.

"Soal pesta?" Sky bslik bertanya.

"Ya, bagaimana menurut anda?" Mimik wajah datar itu tidak terlihat sedang membujuk, sebaliknya, seolah terserah dengan apa keinginan nya.

Sky mengela nafas berat, pikiran nya sedang kacau.

"Apa harus? Aku tidak suka keramaian, aku bemci menjadi pusat perhatian." Balas Sky kembali membuang pandangan nya keluar.

"Itu bagus untuk anda, tuan muda. Anda baru bergabung kembali ke perusahaan, kolega kita masih banyak yang belum mengenal anda." Jelas Brian menguatkan argumen nya.

"Kalau begitu, kenapa paman masih harus bertanya pada ku jika tidak memberiku pilihan untuk menolak." Balas Sky datar.

Keduanya sama-sama terdiam, sesekali sopir melirik Sky melalui kaca spion tengah. Sky menyadari nya namun berusaha abai.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Di sudut lorong sebuah sekolah menengah atas, sepasang remaja sedang bercumbu mesra.

"Ash? Bolehkah? Aku merindukan mu, baby..." Suara parau Aslan terdengar seksi di telinga Ashley.

"Di lorong seperti ini? Aku tidak mau!" Tolak Ashley tegas lalu membenahi seragamnya yang acak-acakan, tidak lupa memperbaiki letak dalam*annya ke posisi semula.

"lihat dia sudah sangat tegang, bagaimana aku bisa konsentrasi belajar kalau dia berdiri terus." Rengek Aslan memohon, "tidak akan lama, cukup membuat nya muntah sekali saja. Maka langsung ku sudahi, aku janji." Rengek Aslan tak menyerah, lalu kembali menarik dalam*an Ashley hingga setengah paha.

Aslan memutar tubuh kekasihnya hingga membelakangi, lalu sedikit menunduk gadis itu dan mulai mengarahkan milik nya. Beruntung milik Ashley sudah sangat basah, jadi Aslan tidak kesulitan memasuki nya.

"Aakkhhhh... Kau selalu nikmat baby... Aku menyukai nya..." Aslan terus meracau dari arah belakang, sementara Ashley berusaha menahan suaranya agar tak ikut membuat kegaduhan.

Hampir 5 menit dalam posisi itu, Aslan mencabut miliknya lalu memutar kembali tubuh Ashley menghadap nya. Aslan mendorong kekasihnya hingga membentur dinding gudang sekolah.

"Angkat kaki mu, baby.." titah Aslan hanya di turuti saja oleh Ashley.

"Lihat dia baby" Aslan mengarah kan wajah Ashley pada milik nya yang sedang tegak menjulang. "Kau menyukai nya bukan, dia milikmu... Rasakan dia beib..." Aslan kembali menyatu kan milik mereka. Pria itu mengerang nikmat sambil memejamkan kedua matanya.

"Oouchh beib...milikmu menggigit terlalu kuat ... aku tidak kuat lagi..." Aslan mempercepat gerakan nya hingga mengeluarkan suara yang khas di bawah sana.

Tak selang lama tubuh Aslan memegang, pria itu menekan kuat-kuat miliknya ke dalam.

"Hah hah hah... Kau nikmat baby... Aku puas.. terimakasih..aku mencintaimu... Aku harap yang kali ini akan berhasil membuat perut rata mu berisi..." Aslan mencium kening Ashley dengan sayang lalu melepas milik, terlihat sisa cairan kenikmatan meleleh di paha Ashley, Aslan segera mengelap nya dengan dalam*an milik Ashley.

"Kenapa menggunakan dalam*an ku? Lalu aku pakai apa nanti?" Hardik Ashley marah di sela nafasnya yang ngos-ngosan.

Aslan terkekeh pelan lalu kembali mencium kilas bibir kekasih nya. "Maaf, kau tidak perlu dalam*an lagi baby. Aku ingin mengulang nya lagi nanti, di mobil sepulang sekolah." Balas Aslan enteng.

"Dasar maniak" sungut Ashley membenarkan seragam nya kembali.

"Ayo kembali ke kelas" Aslan mengantongi dalam*an milik Ashley lalu menggandeng kekasih nya menuju kelas seolah tidak terjadi apa-apa.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

"Huaahhh!" Seru Luciel mengagetkan Ashley yang sedang memasang lip bam.

Ashley menatap horor pada temannya itu, " apa kau tidak punya pekerjaan?" Sarkas Ashley kesal.

"Punya, sangat punya!" Balas Luciel percaya diri. "Aku berusaha menghalau para siswa yang akan ke belakang gudang sekolah tadi, karena aku tau, ada dua insan yang sedang bercinta disana dan ak......." Ashley membekap mulut lemes teman nya.

"Ssssttt...! Bagaimana kau bisa ke sana? Menyebalkan!" Gerutu Ashley menahan malu wajah putihnya memerah seperti tomat masak.

"Ini lingkungan sekolah, aku di mana saja bukan masalah. Kalianlah yang bermasalah, bisa-bisanya bercinta di tempat yang tidak tepat." Luciel bersungut kesal.

"Mana suara laknat Aslan terdengar hingga beberapa meter dari sana. Astagaaa! Telinga suci ini telah ternodai" ratap Luciel dramatis.

"Luciel, bisakah kau tidak membahasnya! Sepupumu itu menyebalkan, selalu saja tak bisa menahan diri nya." Rutuk Ashley kesal.

"Apa kau akan menikah setelah kita lulus, aku khawatir perut mu akan mengembang Ketika kita lulus nanti. Mengingat sepupuku yang sangat rajin menyemai dan ganas itu" ujar Luciel cekikikan.

"Anak kecil diamlah, kau belum cukup umur membahas area tegang dan basah. Keluar sana! Pergi ke kelas mu sendiri." Usir Ashley mendorong pelan bahu adik sepupu kekasihnya.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Sudah 3 minggu Sky mengganti kan posisi sang ayah di perusahaan. Kini dirinya menjabat sebagai seorang CEO Belluwig company.

"Paman, aku akan keluar. Aku ingin pergi sendiri, paman di kantor saja." Sky berjalan menuju elevator tanpa menunggu jawaban Brian.

Brian lalu menghubungi seseorang, "ikuti tuan muda kemanapun dia pergi, jaga jarakmu tapi jangan sampai kehilangan jejaknya" selesai memberikan ultimatum pada seseorang, Brian kembali berkutat dengan pekerjaan yang harus nya di kerjakan oleh Sky.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Sky membawa mobilnya tak tentu arah, pikiran nya menerawang pada seorang gadis, yang beberapa waktu belakangan ini, mengganggu pikirannya.

Ckiitttt

Sky mengatur laju nafasnya, hampir saja dia menabrak seseorang atau bahkan sudah menabrak nya. suara gedoran kaca mobilnya membuat Sky tersadar sepenuhnya. Perlahan Sky membuka pintu mobil nya.

"Maaf aku tidak sengaja, apa kau terluka? Ayo aku antar ke rumah sakit" ucap Sky merasa bersalah, pada wanita yang masih menunduk memegangi pergelangan kakinya.

"Tidak perlu tuan, hanya terkilir saja, tidak akan membuat ku mati." Kekeh gadis itu lalu mendongak, wajahnya langsung pucat saat melihat siapa yang ada didepannya.

Deg!!

Jantung Sky berdetak kencang, wanita yang dia cari telah dia temukan tanpa sengaja.

"Kau? apa yang kau lakukan di tempat ini?" Sky merutuki pertanyaan bodohnya, harus nya dia bertanya, bagaiamana keadaan kakimu.

"Aku tinggal di daerah sini tuan Belluwig, lalu anda? Kenapa bisa berkendara sejauh ini?" Cloey balik bertanya pada bos baru di Perusahaan tempat nya bekerja.

Sky tergagap, tidak mungkin kan, dia mengatakan jika dirinya sedang mencari wanita itu? Wanita yang seminggu ini memporak porandakan hati dan pikiran nya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!