Maafkan Aku
Mama said, "Bang, gimana udah ketemu calonnya? Mama udah gak sabar mau nimang cucu. Semalam menantunya Ibu Sena udah lahiran, cucunya perempuan lucu banget, mama udah bayangin gendong cucu dari kamu."
Bapak said, "Sampai kapan kami menunggu? ingat umur kamu sudah tidak pantas lagi untuk milih-milih calon istri, kamu mau jadi perjaka tua?"
Adik pertama said, "Bang pacarku udah ngotot minta nikah, gimana ini? aku gak mungkin bilang dia bersabar terus, dia juga butuh kepastian Bang. Orang tuanya juga udah ngatain aku, kalau aku hanya mempermainkan putrinya."
Adik kedua said, "Bang Mama sama Bapak udah semakin tua Bang, gimana dengan calon Kaka Ipar itu Bang, udah ada? Kalau belum, aku mau kenalin Abang sama Kaka teman aku."
Johandra Pov
Namaku Johandra, sering dipanggil Jo. Aku sadar, menemukan yang cocok untukku dan keluargaku tidak semudah dengan mendapatkan teman bisnis. Karena aku tahu, menikah bukan hanya sekedar mengucapkan ikrar di depan pendeta atau ahli agama lainnya. Tetapi menikah ialah menghilangkan ego masing-masing untuk tujuan bersama memulai hidup baru.
Karena mereka bukan lagi dua melainkan menjadi satu. Dan kedua insan yang sudah menikah harus menerima kekurangan dan kelebihan dari makhluk yang dinikahinya.
Tidak cukup hanya itu, kirannya kedua mempelai haruslah menyayangi keluarga dari masing-masing mempelai, baik dari keluarga wanita maupun keluarga pria. Semuanya harus saling mendukung, supaya pernikahan itu ibaratkan kapal yang berlayar ditengah laut, tau kemana dia akan berlayar, dan tidak akan terombang ambing ditengah lautan.
"Aaaaaaaargh" aku muak dengan semua pertanyaan ini, hampir setiap hari notifikasi seperti ini muncul di Hp ku.
Bukannya tidak berusaha mencari, tapi Pertanyaan ini selalu saja menghantuiku setiap harinya. Aku bahkan enggan untuk membalasnya, terlalu sering aku balas yang ada akan berkelanjutan untuk menindas ku dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih pedas, Aku biarkan saja seperti itu setiap harinya.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, bahkan tahun pun berganti tahun. Tidak terasa umurku saat ini sudah menginjak 35 tahun. Hari-hariku kuhabiskan dengan menyibukkan diri bekerja di sebuah kantor yang kudirikan sendiri dengan jerih payah ku. Puji Tuhan usahaku berjalan lancar.
Tapi ini semua tidak menutup diriku untuk merasa tidak kesepian, disaat mereka yang seusia denganku tertawa bahagia dengan istri dan anak-anaknya, menghabiskan waktunya bermain di taman dengan anak-anaknya.
Seketika aku ingin pulang ke kampung halamanku, memeluk kedua orang tua ku yang semakin tua. Kemudian meminta maaf sebanyak-banyaknya, karena sudah mengacuhkan mereka.
Aku terlalu lelah berada di kota yang padat ini. Aku merasa sendiri, bosan, lelah, cemas. Hari-hariku terasa tidak berwarna, aku sadar bisa saja aku mendapatkan semuanya tapi tidak dengan kebahagian.
Aku merasa bersalah terhadap orang tuaku dan juga adik laki-laki ku yang beda dua tahun usianya dariku, yang menunda menikah hanya karena tidak mau mendahuluiku.
Aku menutup Laptopku, bergegas pulang ke rumah. Rasanya hari ini sangat melelahkan setelah melakukan rapat dan meninjau proyek yang berada tidak jauh dari kantorku. Kuraih tasku dan kubawa beberapa berkas yang harus diperiksa terlebih dahulu sebelum menyerahkannya kepada sekretarisku.
Kulihat jam yang melekat di tanganku tidak terasa sudah menunjukkan jam 19:05 WIB setiap hari waktu ku habiskan untuk bekerja. Berangkat pagi pulang malam, setiap hari selalu seperti ini kecuali weekend selalu aku habiskan untuk beristirahat di rumah jika tidak ada jadwal mendadak.
Setelah sampai di rumah, aku langsung bergegas keruang kerja yang berada di lantai bawah. Aku Letakkan tas kerjaku dan beberapa berkas yang kubawa tadi dari kantor, aku beranjak ke kamarku dan langsung kubersihkan diriku terlebih dahulu di bathroom.
Lalu aku turun kebawah untuk makan malam, istirahat sebentar diruang keluarga yang tidak jauh dari ruang makan, kemudian aku melihat pesan dari beberapa kolega bisnisku yang akan mengadakan rapat besok siang.
Kulihat pesan yang lain ada pesan dari mama.
"Bang minggu depan kamu harus pulang ke rumah! ada hal yang penting yang harus Nenek Prita bicarakan, Mama harap kamu bisa datang, kami rindu merayakan natal bersamamu."
Bertepatan minggu depan adalah hari natal, rasanya aku ingin pulang segera. Kalau dipikir-pikir sudah lama aku tidak merayakan natal bersama keluarga, bukan karena apa-apa hanya saja ingin menghindari pertanyaan-pertanyaan yang membuat nyaliku ciut.
Tapi tidak bisa ku pungkiri juga bahwa aku merindukan suasana natal bersama dengan mereka yang kusayang. Tidak menunggu lama, kujawab pesan dari mama "Iya Ma, kalau tidak ada halangan aku akan pulang minggu depan."
Reina Pov
Aku sudah lulus dari salah satu universitas yang banyak digemari di daerahku. Tidak terasa waktu sangat cepat berlalu, rasanya baru tahun lalu aku kuliah, sekarang sudah lulus saja.
Aku masih ingin menikmati acara-acara yang diadakan kampus dan bergelut dalam beberapa organisasi kampus. Tapi aku juga bahagia karena aku mampu menyelesaikan studiku dengan tepat waktu, aku sadar bahwa kehidupan nyata akan segera dimulai.
Aku termenung di depan televisi, selama satu minggu ini pikiranku entah kemana, badan boleh disini tapi pikiran entah sudah sampai dimana.
Aku bertekad harus segera mendapatkan pekerjaan walaupun hanya mengandalkan ijasah SMA, karena ijasah Sarjanaku belum keluar. Berhubung karena covid, jadinya banyak urusan yang terhambat.
Setidaknya setelah tamat kuliah aku tidak lagi membebankan kedua orangtuaku.
Menjadi anak pertama dari 3 bersaudara, mengajarkanku untuk menjadi pribadi yang tidak egois. Sudah cukup bebanku selama ini ditanggung oleh kedua orangtuaku, dan untuk saat ini, dan selamanya jangan lagi.
"Rere kenapa bengong? Awas kesambet," Tiba-tiba suara itu mengagetkanku, aku menoleh ke samping dan melihat Namboru (saudari perempuan bapak) mendudukkan tubuhnya di sampingku. Jarak rumah kami tidak terlalu jauh, hanya sekitar 150 meter. Dalam hati aku bertanya-tanya ada apa gerangan siang-siang bertamu?
"Eh Nam (panggilan sayangku kepada wanita yang berada di sampingku saat ini) sejak kapan ada disini?"
"Baru aja Re, oh ya gimana rencana kamu kedepannya, mau melamar kerja dimana?" tanya Namboru
"Rere masih belum tau Nam, karena ijasah atau SKTL Rere belum keluar. Kalaupun Rere mencari kerja untuk waktu dekat ini, Rere harus menggunakan ijasah SMA," kujawab pertanyaan Nam dengan wajah sendu.
"Oh gitu, gimana kalau kamu kerja di tempat Bang Jo, kebetulan perusahaannya lagi menerima lowongan,"
"Serius ini kan Nam, Ngak lagi bohongin Reina kan?"
"Iya Re, Nam serius"
Aku senang sekali mendengar kabar bahagia ini, gak sabar mau cepat-cepat kerja di kantoran hehehe.
"Rere, minggu depan bang Johan akan pulang. Kamu nanti boleh tanya-tanya sama Bang Johan." ucap Nam sembari mengelus tanganku
"Iya Nam, makasih ya Nam." kupeluk tubuh yang berada di sampingku saat ini (Sambil tersenyum manis)
****
Setelah satu minggu berlalu, kami semua berkumpul di rumah Nenek Prita. Semua keluarga sudah berada di rumah Nenek Prita, baik yang jauh, maupun yang dekat, kecuali cucu pertama Nenek Prita.
Dan tidak akan lama lagi, seseorang yang mereka tunggu-tunggu, juga akan ikut berkumpul. Dan akhirnya kami bisa merasakan suka cita natal penuh, dengan kehadiran semuanya, tanpa ada yang kurang. Karena natal sebelumnya formasinya kurang lengkap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
‼️n
nyimak......
2022-09-05
0
Netty Ellyana M Tobing
ku bk ig ,baca penasaran kepo in dulu,
2022-08-01
1
Mutia Kim🍑
Bang Jo kita sama, sama-sama suka di tanya kapan nikahnya🤧
2022-07-20
2