Amarah yang menggebu-gebu

Hari ke-3 sebelum acara pernikahan yang akan dilangsungkan di kampung halamannya, Johan saat ini sedang berada di bandara menunggu penerbangan ke kualanamu, tidak lama lagi Reina akan segera menjadi istrinya.

Johan sangat merindukan Reina, karena selama di jakarta Johan tidak pernah mendengar suara Reina. Karena setiap kali ditelepon Reina tidak pernah mengangkat telepon darinya, begitu juga dengan pesan yang dikirimnya tidak pernah sekalipun Reina membalasnya.

Setelah beberapa jam menunggu, dan cakrawala sudah berwarna jingga, saat ini Johan telah tiba di rumah orangtuanya yang tidak jauh dari rumah Nenek Prita, dan juga rumah calon istrinya.

Sudah banyak keluarga yang datang untuk ikut berpartisipasi dalam acara pernikahannya, Nenek Prita juga sudah berada dirumahnya dan sedang duduk di kursi rodanya.

Melihat kedatangan Johan cucu tersayangnya, Nenek Prita langsung menghampirinya. Johan juga langsung berjalan ke arah Nenek Prita dan menghambur ke dalam pelukan Neneknya.

"kamu sudah sampai Jo, gimana kabarmu? kamu sudah sehatkan Jo?" tanya Nenek Prita kepada Johan. Karena sehari sebelum Johan pulang, Nenek Prita mendengar kabar cucu kesayangannya itu drop akibat kelelahan.

"Nenek selalu berpesan sama kamu, jangan karena pekerjaan kamu sampai lupa istirahat. Nenek khawatir sama kamu Jo." ucap Nenek Prita dengan sendu.

Johan yang mendengar ucapan kekhawatiran neneknya itu ikut merasakan kesedihan yang dirasakan oleh sang nenek tersayangnya itu.

Setelah Johan sudah menyapa seluruh keluarga yang berada dirumahnya, Johan segera mandi untuk membersihkan tubuhnya. Selesai mandi dan berpakaian, Johan beranjak menuju rumah calon mertuanya.

"Eh Nak Johan, kapan sampainya Nak" sapa Ibu Reina saat melihat keberadaan calon menantunya itu di teras rumahnya.

"Satu jam yang lalu Bu," jawab Johan sembari memberikan Salam kepada Ibu calon mertuanya. Setelah Johan memberi salam kepada ibu calon mertuanya, Ibu Reina mengajak Johan untuk masuk kedalam rumah dan menyapa semua orang yang berada di rumah calon Mertuanya.

Setelah menyapa seluruh anggota keluarga yang berada diruang tamu, Johan kemudian melemparkan pandangannya ke semua sisi rumah, tetapi dia tidak menemukan seseorang yang saat ini dia cari.

"Reina ada Bu?"Johan bertanya sembari tersenyum kepada ibu dari calon istrinya itu

"Reina ada di kamar Nak, gih kamu susulin dia! Sedari tadi pagi dia gak keluar-keluar dari kamar." Johan menunduk dan langsung beranjak dari tempatnya untuk menghampiri calon istrinya itu.

Di dalam kamar, Reina sedang menangis karena baru saja dia minta putus dari Andra pacarnya, dan mencoba menjelaskan atas apa yang membuat mereka harus berpisah.

Mendengar alasan dari Reina, Andra tidak terima dengan keputusan Reina. Andra meminta supaya Reina membatalkan pernikahannya dengan Sepupunya, Andra juga berencana akan segera melamar kekasih hatinya itu.

Selama empat tahun ini, Andra memperjuangkan perasaannya terhadap Reina, tetapi baru dua tahun ini Reina membalasnya.

Mendengar kekasih hatinya itu tiba-tiba ingin mengakhiri hubungan mereka, sontak saja Andra tidak terima dengan keputusan sepihak yang di ambil oleh Reina.

"Na, kamu bohong kan sama aku? ini ngak benar kan Na?" Andra bertanya sembari mengeluarkan air matanya. Jangan lupakan dengan keadaan Reina, dia juga menangis sesenggukan. Matanya kelihatan bengkak, karena sudah terlalu banyak air mata yang keluar dari mata sendunya, yang tak mampu lagi untuk di tahan.

Beberapa hari terakhir ini Reina selalu menyendiri di kamarnya dan menangis diam-diam dalam kesendiriannya. Rumahnya tampak ramai tapi hatinya tampak sepi. Reina merasa tidak ada yang mengerti dirinya saat ini. Jelas-jelas dia tidak terima perjodohan ini tetapi dia tidak bisa berbuat apapun apalagi membatalkan perjodohan ini.

Sebenarnya Reina juga sudah lama menyimpan rasa terhadap andra walaupun tidak sebesar perasaan Andra terhadapnya, tetapi semakin berjalannya waktu Reina semakin jatuh cinta terhadap kekasihnya itu.

"Tok tok tok, Rere buka pintunya Dek!" karena asik menangis Reina tidak mendengar suara ketukan pintu kamarnya. Johan menarik gagang pintu kamar itu dan menekannya ke bawah,  ternyata pintunya tidak di kunci. Johan langsung masuk kedalam kamar calon istrinya itu dan melihat Reina yang duduk di depan meja rias dan melihat pantulan bayangan Reina dari depan kaca, tempat dimana Reina sedang duduk.

Johan melihat calon istrinya itu sedang menangis sesenggukan,  dan mendengar kekasihnya itu sedang berbicara melalui sambungan telepon.

Melihat Reina menangis begitu pilu, Johan merasa bersalah karena Johan menyadari semua yang terjadi saat ini terhadap Reina diakibatkan oleh dirinya sendiri. Akibat dirinya tidak nikah-nikah, padahal  umur sudah terlampau dewasa. Nenek Prita jadi  memiliki niat untuk menjodohkan kedua cucunya. Dan itu berakibat buruk terhadap hubungan Reina dengan Andra, pacar Reina selama dua tahun terakhir ini.

"Aku nggak bohong Dra, semuanya itu benar. Maafin aku ya Dra, aku sudah nyakitin kamu, kamu jaga diri baik-baik ya!" Reina mematikan sambungan teleponnya dan mencoba menghapus air matanya. Lalu Reina berbalik dan sontak saja dia kaget melihat Johan berada di belakangnya.

"Kamu... sejak kapan ada disini?

Dan ngapain kamu disini?"

Reina langsung melemparkan pertanyaan kepada lelaki yang paling dibencinya saat ini. Ya, semenjak pengumuman perjodohan mereka, Reina sangatlah membenci sepupunya itu.

"Dek, maafin Abang ya," melihat mata bengkak calon istrinya itu membuat Johan merasa iba, kemudian menyalahkan dirinya sendiri karena perjodohan ini Reina harus menanggung semuanya.

"Hahaha, untuk apa kamu minta maaf? ngak usah sok merasa bersalah! Aku tau

kamu bahagiakan melihatku seperti ini?" Reina melotot kan matanya tajam terhadap sepupunya itu, kemudian menunduk dan menangis tersedu-sedu.

"Tapi Rere..." belum selesai dia bicara Reina sudah menimpalinya

"Aku mohon kamu keluar!" dengan suara pelan Reina memohon

"Rere aku..." lagi-lagi Reina memotong ucapan Johan

"Aku mohon kamu keluar!" Reina berteriak keras dan beberapa detik kemudian dia mengeluarkan air matanya kembali.

Johan tidak mampu lagi berkata apa-apa, rasanya dia ingin memeluk tubuh calon istrinya itu dengan erat, tetapi melihat kemarahan Reina dia mengurungkan niatnya, dan keluar dari kamar calon istrinya itu.

Setelah Johan keluar dari kamarnya, Reina langsung merebahkan dirinya di ranjang dengan air mata yang terus mengalir, seakan-akan tidak ingin berhenti. Lama dia menangis akhirnya dia tertidur dengan air mata yang tersisa di ujung pelupuk matanya.

Saat ini jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Johan saat ini masih berada di rumah calon istrinya itu, Johan sedang berada diruang keluarga, persis di depan pintu kamar Reina. Karena penasaran dengan keadaan Reina, Johan membuka pintu kamar Reina dan masuk kedalam.

Johan melihat Reina tertidur pulas di ranjang. Melihat Reina tertidur, membuat hatinya terenyuh dan ingin sekali dia mendekap tubuh mungil itu walau hanya beberapa saat saja.

Tetapi apa boleh buat, dia takut jika Reina terbangun dan kembali menangis lagi. Dia hanya bisa duduk di tepi ranjang seraya mengelus pipi calon istrinya itu, dan mencium kedua matanya dengan sayang. Lalu Johan berlalu dan balik ke rumahnya.

Terpopuler

Comments

Teh icha

Teh icha

Reina, pasti frustasi karena semua keluarga tidak ada yg peduli perasaannya dan pilihannya..

2022-07-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!