Hari ini adalah hari dimana Johan akan pulang ke kampung halaman. Setelah mengkonfirmasikan kepada asisten pribadinya untuk menghandle perusahaan selama dia berada dikampung tepat jam sepuluh pagi Johan sudah memasuki pesawat.
Setelah menunggu satu setengah jam, pesawat yang dia naiki mendarat dengan baik di landasan kualanamu dan akan sampai dikampung halaman sekitar tiga jam lebih melalui jalur darat. Johan sudah tidak sabar untuk bertemu orang tuanya, sanak saudaranya, dan Neneknya yang entah apa yang akan dibicarakan sehingga memaksanya untuk segera pulang ke rumah.
Sesampainya dikampung halamannya, Johan langsung memberikan perintah kepada supirnya untuk memarkirkan mobilnya didepan rumah nenek prita yang tampak sejuk dilihat dari luar, karna didepan rumahnya yang ditanami banyak bunga dan dua pohon pinang disisi sebelah kanan dan kiri yang memberikan kesan indah.
Setelah menyadari kedatangan orang yang mereka tunggu-tunggu semua keluarga terutama para orang tua keluar menyambutnya dan memberikan pelukan hangat kepadanya. Anak dari Nenek Prita berjumlah lima orang dan semuanya sudah menikah dan masing-masing sudah memiliki anak, tetapi tak ada satupun cucu dari Nenek Prita yang sudah menikah, oleh karena itu Nenek Prita ingin menjodohkan cucu dari anak perempuannya yang bernama Johandra dengan Reina cucu dari anak laki-lakinya (Marpariban).
"Apa?"
"Apa?"
Sontak Johan dan Reina terkejut dengan kabar yang diberikan langsung oleh Nenek Prita.
"Ini ngak benar kan Nek, mana mungkin aku menikah dengan Abangku sendiri."
Dengan wajah yang memerah Reina menolak perjodohan ini.
"Iya Nek, Nenek bercandakan? Kalaupun Nenek ingin melihatku segera menikah bukan begini caranya, aku akan usahakan segera membawa calonku kesini untuk meminta restu dari Nenek."
"Emang Abang sudah punya calonnya?" Celetuk Mama
Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Jangankan calon istri teman wanita pun aku tidak punya, karena selama ini aku selalu menghindari para wanita yang ingin mendekatiku dan tidak sedikit juga wanita yang dengan sukarela terang-terangan menyatakan cinta kepadaku. Tetapi semua itu ku tolak mentah-mentah, karena aku sudah menyimpan satu nama wanita di hatiku sejak 3 tahun yang lalu aku memendam rasa ini dan hanya aku dan pemilik semestalah yang tau.
"Sudah Ma, tapi...." Aku menjawab pertanyaan Mama dengan pandanganku tidak terlepas dari wajah Reina yang sedang menunduk. Mungkin dia sedang tidak nyaman dengan suasana yang telah di ciptakan oleh Nenek Prita saat ini.
"Tapi apa bang?
Abang belum yakin kalau dia mau sama Abang? Yaelah Bang susah amat hidupmu, pokoknya kamu dan Reina harus menikah." ucap mama tanpa boleh dibantah.
Aku melihat Reina sekilas, matanya sudah berkaca-kaca, dan dia bergegas pulang ke rumah yang tidak terlalu jauh dari rumah Nenek Prita hanya berkisar 100 meter karena rumah kami berada di komplek yang sama.
Aku merasa tidak enak terhadapnya dengan rencana tiba-tiba ini, rasanya aku ingin menyusulnya ke rumah, tapi kuberikan saja waktu untuk dia menenangkan diri.
Reina adalah saudari Johandra yang berasal dari daerah yang sama dengan Johan, Johan memanggil Reina adik sedangkan Reina memanggil Johan Abang. Reina tumbuh menjadi gadis yang baik, manis, ceria, dan cerdas. Diusianya yang baru menginjak 22 tahun, Reina sudah lulus dari Universitas ternama di kotanya .
Pada malam harinya, keluarga besar sudah berkumpul bersama untuk makan malam, hanya Reina yang tidak ada disana. Sepertinya dari perjodohan ini hanya Reinalah yang belum bisa menerimanya.
"Jo, sana ajak Reina makan!" celetuk Mama Johan yang menyadari kalau Reina tidak ada diantara mereka yang sedang berkumpul untuk makan malam.
"Iya Ma." kemudian Johan langsung pergi menemui Reina. Sebenarnya Johan juga menyadari kalau Reina tidak ada bersama mereka, setelah Johan sampai di depan rumah Reina, dia melihat dua orang sedang duduk di teras salah satunya adalah Reina yang sedang pegangan tangan dan bersandar di pundak kiri teman prianya, melihat adegan romantis itu entah kenapa Johan merasa ingin marah tapi kemudian dia menstabilkan emosinya dengan menghirup udara sebanyak-banyaknya dan membuangnya perlahan, kemudian Johan berjalan menghampiri mereka yang belum menyadari kedatangannya.
"Rere, kamu dicariin Mama untuk makan malam di rumah Nenek" seketika Rere kaget atas kedatangan Johan secara tiba-tiba. kemudian Reina duduk tegak dan melepaskan pegangan tangannya dari Andra pacarnya.
"Na, dia siapa?" tanya Andra kepada Reina
"Sepupu aku." Ngak ada salahnya kan dia mengatakan sepupu terhadap Johan, toh sebutan itu juga benar bahwa Johan adalah sepupunya, batin Reina.
"Ooh" kirain siapa, lalu Andra menyodorkan tangannya untuk salaman dengan Johan.
"Andra, pacarnya Reina" Andra menjabat tangan Johan lalu tersenyum manis kepada pria yang sudah menahan emosinya mulai awal dia ada disana
.
"Johan" ucap Johan pendek, lalu menarik tangan Reina untuk pergi ke rumah Nenek Prita.
Belum jauh melangkah Reina menghentakkan tangannya kuat dari genggaman Johan kemudian menatap Johan dengan tatapan tajamnya, tapi Johan menatapnya dengan pandangan sayu.
"Aku belum lapar, kalian makan duluan saja!" sambil melangkah kembali ke rumah Rere mengumpat kesal kepada Johan, karena tindakan seenaknya yang dilakukannya terhadapnya. Entah mengapa setelah pengumuman perjodohannya di hadapan semua keluarganya Reina menjadi benci melihat Abang Sepupunya itu.
Johan berjalan mengikuti Reina dari belakang, seketika Reina berhenti dan berbalik "kenapa belum pulang? kan aku udah bilang aku belum lapar."
"Na kamu makan dulu gih! ntar kamu sakit lagi, aku balik dulu ya besok kita ketemu lagi," Andra bicara dengan lembut seraya mengelus puncak kepala kekasihnya itu, sorot matanya memancarkan ketulusan. Reina merasa gak enak hati terhadap kekasihnya itu, yang sudah menjalin hubungan kurang lebih 2 tahun terakhir ini dan sebentar lagi akan segera berakhir akibat perjodohan yang dilakukan oleh keluarganya sendiri.
"Hati-hati di jalan ya Bang!" Andra mengangguk mengiyakan ucapan kekasihnya itu, kemudian Andra memacu kuda besinya dan berlalu dari hadapan kedua insan yang akan segera menikah berkat perjodohan tersebut.
"Ayok kita ke rumah Nenek" Johan menarik tangan Reina untuk segera mengikuti langkahnya.
Belum sempat melangkah Reina menarik tangannya kembali
"Aku nggak mau kesana. Aku gak lapar, kamu pergi saja sana makan, dan kalaupun aku lapar aku bisa masak disini." Reina memperlihatkan wajah kesalnya terhadap sepupunya itu, lalu berjalan ke rumah dan diikuti oleh Johan dari belakang.
"Rere, aku tahu kamu masih kesal atas perjodohan ini, tapi aku mohon supaya kamu jangan menghindari kita semua! Kasihan Nenek Prita, nantinya Nenek jadi merasa gak enak hati terhadapmu karena merasa memaksakan kehendaknya." mendengar ucapan itu seketika Reina ingin meluapkan semua kegundahan hatinya.
"Jelaskan padaku kenapa kamu menyetujui perjodohon ini? Aku masih terlalu muda, kamu bisa mendapatkan perempuan yang lebih dewasa di luar sana. aku belum siap untuk menikah, aku masih ingin hidup bebas. Aku ingin sukses dengan kerja kerasku, aku belum siap terikat dengan lelaki manapun, aku benci sama kamuuuu." wajah Reina berapi-api mengucapkannya dan seketika itu juga dia menangis dihadapan calon suaminya itu.
Melihat Reina menangis, Johan menjadi kasihan terhadapnya, Johan tidak tega melihat calon istrinya itu merasa frustasi terhadap perjodohan mereka.
"Rere, kalau kamu belum siap untuk berumah tangga denganku aku tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi aku janji setelah kita menikah nanti, aku tidak akan pernah menyakitimu dan apapun yang kamu inginkan aku akan mencoba menyanggupinya. Dan aku tidak akan menyentuhmu kalau kamu tidak mengijinkannya,"
Belum selesai bicara Reina sudah menimpalinya
"Tentu saja aku tidak mengijinkannya." Jawab Reina dengan kesal
Johan mengangguk untuk menyanggupinya.
"Dan untuk masalah kebebasan, aku memberikan kebebasan untukmu dan tidak akan ikut campur terhadapmu selagi itu masih dibatas wajar. Apa kamu setuju?"
"Ya aku setuju, semoga kamu bisa menyanggupi ucapanmu." kemudian ingin melangkah menuju dapur, tapi belum sempat melangkah pergelangan tangannya sudah ditarik kembali.
"Di dalam bahtera rumah tangga kita, saya harap kamu bisa menjaga diri untuk tidak berhubungan dengan pria lain, termasuk pacarmu itu!"
Mendengar ucapan Johan yang terakhir sontak saja membuat Reina tidak terima
"Apa-apaan sih, kamu tidak boleh ikut campur terhadap hidupku, masa aku tidak boleh berteman dengan kaum pria?" Reina melayangkan protesnya.
Lagi-lagi Johan geram terhadap calon istrinya ini, belum selesai dia bicara sudah ditimpali lagi "Karena bagaimanapun orang-orang akan tahu kita adalah suami istri, jadi saya tidak ingin ada tanggapan jelek terhadap pernikahan kita."
Reina mendengus kesal terhadap ucapan calon suaminya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Reina inara
samaan terus ya kak
fix kita jodoh😄
2022-07-20
0
Mutia Kim🍑
Eh ternyata kita seumuran Re😁
2022-07-20
1
Riskejully
benci jadi cinta tuh nantinya 😂 enak loh nikah sama sepupu sendiri
2022-07-20
1