Tersedu-sedu

Dengan malu-malu mentari sudah menunjukkan wujudnya. Sinarnya mampu menembus celah jendela dari setiap pemiliknya, dan membuat pemiliknya terbangun karena sinarnya.

🌸🌸🌸

Reina terbangun dari tidurnya dan duduk termenung bersandar di kepala ranjangnya, sembari mengingat mimpinya tadi malam.

"Ada apa dengan diriku, kenapa mimpi itu terasa nyata? Apa itu memang nyata? Ah mana mungkin." Ucap Reina dalam hatinya sembari mengusap wajahnya dengan kasar, lalu beranjak untuk mandi.

Setelah selesai berpakaian, Reina mengambil handphone nya dari atas nakas. Ada beberapa notifikasi pesan dari dua orang pria yang membuat pikirannya kacau beberapa minggu ini.

Reina membuka pesan Andra terlebih dahulu. Sembari duduk ditepi ranjang, dan mulai membaca pesan dari lelaki yang dicintainya itu.

"Na bisa kita jumpa hari ini di cafe xx? Aku harap kamu tidak menghindari aku lagi, kita perlu bicara." Reina menyadari beberapa Minggu ini dia memang sengaja untuk menghindari laki-laki yang sudah dia putuskan tadi malam, karena dia terlalu lelah memikirkan perjalanan cintanya.

"Baiklah, kita bertemu di kafe xx jam sebelas siang."

Membaca balasan pesan dari Reina kekasih hatinya itu, membuat moodnya lebih baik dibandingkan sebelumnya, karena setidaknya kekasihnya itu mau bertemu dengannya hari ini.

"Terimakasih sayang." balas Andra

Setelah membalas pesan dari Andra, saat ini Reina beralih ke pesan Johan

"Dek, nanti siang kita cari cincin pernikahan kita ya." setelah membaca pesan itu Reina langsung membalasnya

"Aku ngak bisa."

Setelah balasan pesan itu mereka berdua saling berbalas pesan

"Kenapa ngak bisa Dek?" Johan

"Aku sibuk" Reina

"Abang harap kamu menyisihkan waktumu sebentar saja hari ini untuk memilih cincin pernikahan kita, karena kita tidak punya waktu yang banyak untuk menunda-nundanya. Sebagaimana pernikahan kita akan berlangsung besok, mohon kerjasamanya." Johan

"Aku tidak bisa bekerja sama untuk menikah dengan lelaki yang sudah aku  anggap Abang dan tidak akan lebih dari itu." Reina

Setelah membaca balasan pesan dari Reina, seketika itu juga Johan merasakan hatinya bagaikan ditusuk seribu benda tajam secara bersamaan, tetapi Johan tidak menghiraukannya. Lalu Johan membalas pesan calon istrinya itu "Nanti aku jemput ke rumah ya dek."

Setelah beberapa jam berlalu Johan telah siap-siap untuk menjemput Reina ke rumahnya. Tetapi belum sempat Johan melajukan mobilnya menuju rumah calon istrinya itu, Johan tidak sengaja melihat Reina melintas di jalan raya naik ojek online. Kebetulan arah yang dilewati Reina melewati kediaman Johan, seketika itu juga Johan langsung mengikuti Reina dari belakang. Setelah beberapa menit berkendara, Johan melihat motor di depan telah berhenti dan menurunkan penumpangnya.

Saat ini Johan sudah berada di seberang meja kedua mantan kekasih itu dan mencoba mendengarkan pembicaraan yang tidak jauh dari tempat dia berada. Dengan bantuan sweater dan kacamata hitam yang digunakannya sedikit membuatnya tidak akan mudah untuk dikenali. Kebetulan kafe ini baru buka, jadi lagi sepi. Hanya ada mereka bertiga sebagai tamu kafe jadi memudahkan Johan untuk mendengar obrolan sepasang mantan kekasih itu.

Setelah memesan minuman untuk mereka berdua, Reina langsung membuka obrolan

"Dra maafkan aku, aku sudah mengecewakanmu." dengan wajah menunduk Reina meminta maaf dengan tulus kepada mantan pacarnya itu.

"Na, kenapa baru kemarin kamu beritahu aku? kenapa tidak jauh-jauh hari? kamu anggap apa aku Na? Sebegitu tidak pentingnya kah aku untukmu?" Andra melemparkan pertanyaan-pertanyaan secara terus menerus kepada Reina. Sedangkan Reina hanya diam saja dalam isak nya tanpa menjawab pertanyaan yang diberikan kepadanya.

"Jawab aku Reina!" dengan menaikkan nada bicaranya dan mengepalkan kedua tangannya Andra menatap tajam pada wanita yang berada di hadapannya itu dengan tajam.

Menyadari kemarahan Andra, Reina sontak saja langsung gemetaran dan tangisnya pun pecah seketika. Melihat Reina ketakutan sekaligus menangis, laki-laki itu meraih tubuh Reina kemudian membawa tubuh itu ke dalam pelukannya.

"Maafkan aku Na, aku tidak bisa melihatmu menikah dengan pria lain. Lebih baik kita kawin lari saja ya Na," Bujuk Andra

"Apa? Kawin lari?" Tanya Reina sembari memicingkan kedua matanya

"Iya Na, kamu juga tidak cintakan sama dia? jadi untuk apa kamu lanjutkan pernikahan itu?" Ucap Andra

Melihat Andra memeluk Reina ditambah lagi mendengar ucapan Andra mengajak Reina untuk membatalkan pernikahannya dengan mengajak Reina kawin lari, sontak saja membuat Johan geram. Johan mengepalkan kedua tangannya dan beranjak dari tempat duduknya.

Johan menghampiri kedua mantan kekasih itu. Tanpa menunggu lama, Johan langsung meraih kerah kemeja Andra dan mendaratkan pukulannya tepat di wajah Andra berkali-kali tanpa ampun.

Johan memang sedikit tempramen jika berurusan dengan orang yang mengusik ketenangan hatinya. Jadi dia tidak akan segan-segan untuk menghadiahi bogeman di wajah laki-laki yang saat ini berada di depannya.

Para karyawan cafe yang bekerja disana mencoba melerai pertikaian itu, tapi Johan tidak memberikan dirinya untuk berhenti sedikitpun. Melihat pertikaian di depannya, membuat Reina terus menangis.

"Stop, hentikan!" ucap Reina dengan keras sembari menangis dengan tubuh yang gemetar. Seketika itu juga Johan langsung menghentikan pukulannya.

Melihat keadaan Andra yang babak belur dan hampir tidak sadarkan diri, Reina menangis dengan kencang sembari memeluk tubuh yang sudah tidak berdaya itu dengan erat. Beberapa karyawan yang melihat kejadian itu langsung mengangkat tubuh Andra ke sofa yang ada di sudut kafe, dan diikuti oleh Reina.

Reina masih saja terus menangis dan menaruh kepala Andra di atas pahanya. Reina mencoba untuk memulihkan luka yang ada di wajah Andra. Melihat tangisan Reina, Johan jadi tidak tega terhadap Reina. Johan langsung menelepon orang suruhannya untuk membawa Andra ke rumah sakit.

"Lepaskan aku! aku benci sama kamu, aku harus menemaninya ke rumah sakit." Ucap Reina ketika tangannya ditahan oleh johan supaya Reina tidak ikut ke rumah sakit.

"Rere, sekarang kita harus memilih cincin pernikahan kita." ucap Johan sendu

"Siapa yang akan menikah denganmu...? Aku tidak akan pernah menikah denganmu... kamu jahat..." ucap Reina dengan marah. Tidak lupa dengan air mata yang mengalir deras di pipinya.

"Kamu tega melihat Nenek sedih Re? kamu tega melihat keluarga malu? Kamu sanggup mendengar cibiran orang-orang terhadap keluarga kita?" tanya Johan menatap mata Reina dengan dalam.

Kalau kamu tidak mau memilih cincin pernikahan kita tidak apa-apa, aku saja yang akan memilihnya, kamu cukup berdiam diri di sampingku!" ucap Johan dengan lembut.

Mendengar ucapan Johan, Reina terdiam dan tak berkutik lagi. Johan langsung meraih tangan Reina menghampiri mobilnya dan membuka pintu untuk Reina. kemudian Johan berjalan mengelilingi mobilnya lalu masuk kedalam.

Melihat Reina masih saja menangis dan tidak memakai seatbeltnya,  langsung saja Johan mendekatkan dirinya, kemudian memasangkan seatbelt itu ke tubuh Reina.

Johan kemudian mengusap air mata Reina yang ada di pipinya, "Jangan menangis lagi!" ucap johan.

Mendengar ucapan johan sontak saja reina tidak terima. "Apa pedulimu kalau aku menangis? kamu pasti  senang kan melihat aku terpuruk? Inikan yang kamu mau? Hari ini kamu memukul Andra, besok siapa lagi yang akan kamu pukul?" Dengan suara yang menggebu-gebu Reina menatap tajam pada Johan.

Tidak lama setelah itu, Reina lagi-lagi menangis meratapi nasibnya yang akan datang. Melihat Reina yang terus menangis, Johan mengusap wajahnya dengan kasar dan langsung melajukan mobilnya ke arah toko perhiasan.

****

Saat ini mereka sudah berada di salah satu toko perhiasan. Johan mencoba sepasang cincin pernikahan, sedangkan Reina duduk santai di sebuah kursi yang tidak jauh dari tempat Johan berada.

Setelah memilih sepasang cincin pernikahan, Johan dan Reina saat ini sudah berada di mobil untuk pulang ke rumah. Sebelum sampai di rumah, Johan menepikan mobilnya di depan restoran yang ada di pinggir jalan.

Reina masih asik melamun, dia tidak menyadari mobil yang dinaikinya telah berhenti.

"Dek ayok turun, kita makan siang dulu," Reina langsung menoleh ke kiri dan ke kanan melihat mobil yang dinaikinya telah berhenti di parkiran resto

"Aku gak lapar," jawab Reina acuh

"Kamu belum makan siang dek, nanti kamu sakit. Kita makan dulu ya!"

"Aku belum lapar. Kamu makan saja kalau kamu lapar, gak usah ngajak-ngajak!" Reina menjawab Johan tanpa menolehkan wajahnya ke arah Johan

"Kamu jangan gini dong Dek, kamu harus jaga kesehatan, kamu jangan kelihatan lemah begini dong."

"Maaf, saya tidak sekuat yang anda kira." tanpa sadar, Reina menitikkan air matanya.

Melihat Reina kembali menitikkan air matanya Johan menyugar rambutnya dengan kasar.

Johan memasuki resto seorang diri. Sedangkan Reina tetap berada di dalam mobil. Tidak berapa lama, Johan sudah kembali ke mobil, dan membawa dua kantong plastik berisi makanan.

Johan menelisik wajah Reina yang tertidur dengan damai. Seketika itu juga hatinya merasa tenang, wajah itu tidak lagi menunjukkan kebencian. Johan mengelus pipi Reina dengan lembut, kemudian melajukan mobilnya untuk segera pulang.

Terpopuler

Comments

»𝆯⃟ ଓε»°CaCha_iC🄷a°«࿐𓆊

»𝆯⃟ ଓε»°CaCha_iC🄷a°«࿐𓆊

like, komen ☑️

2022-05-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!