Istri Pengganti
"Kamu gugup?" Suaranya sedikit terdengar mengejek, "Pertama kali, ya?"
Tubuh Anastasya menggigil, dia berkata dengan sedih, "Bisa dibilang begitu, tapi, tidak juga …"
"Hmm …" Dalam kegelapan, ada gelombang emosi yang seakan terlintas di bola mata pria itu, "Bisa dibilang begitu tapi juga tidak? Pernyataan yang sangat unik! Sungguh menggodaku."
"Tuan, tapi keperawananku, sudah hilang pada saat operasi pada hari itu …" suara Anastasya terdengar sedikit malu dan sedih.
Keperawanannya telah dia serahkan pada pisau operasi yang dingin itu. Apa yang bisa lebih absurd dan konyol dari hal ini?
Pria itu sedikit tertegun, ia mendekatkan kepalanya di sisi Anastasya dan berkata, "Bukan masalah, setidaknya masih bersih dan belum disentuh orang lain, kamu akan sangat menikmatinya."
Perlahan, lelaki itu membuka pakaiannya, dengan tatapan penuh nafsu. Pria itu membuka kancing baju Anastasya dari atas hingga bawah secara perlahan. Anastasya merasa gemetar dengan hal ini, ini pertama kalinya ia merasakan emosi yang begitu campur aduk. Lelaki itu secara perlahan juga mengeluarkan kejantanannya yang sudah mulai mengeras.
"Kamu cukup diam dan menikmatinya, biar aku yang bermain memuaskanmu!" Ucap Pria itu dengan penuh semangat.
Perlahan, pria itu mengangkat kaki Anastasya …
Setelah melakukannya dengan sang majikan, Anastasya tidak pernah lagi pergi ke villa sang majikan.
Asisten Margareth berkata, "Jika kali ini Anastasya masih belum hamil, nantinya akan dilakukan operasi lagi."
Anastasya hanya dapat menunggu dengan tenang.
—
Suasana kampus pada akhir pekan, sama seperti biasanya, angin berhembus perlahan ke arah danau. Teman-teman kuliahnya sedang bermain sambil tertawa di sisi danau. Bagaikan angan-angan yang akan menghilang dikemudian hari.
Anastasya duduk sendirian dari kejauhan, menatap wajah teman kuliahnya yang ceria di bawah sinar matahari. Ia sedikit merasa frustasi perlahan hinggap di hatinya. Dia sangat berharap dirinya masih bisa seperti dulu, walau hidupnya susah, setidaknya dia masih punya semangat untuk memperjuangkan kebahagiaannya.
"Anastasya!" Terdengar suara seseorang memanggilnya.
Dia menoleh ke belakang dan seketika matanya langsung sembab. Rino, laki-laki paling tampan di kampusnya. Dia berbakat dan tampan, pria impian dari seluruh gadis di kampus.
"Kenapa kamu menghindariku?" Sosok Rino yang tampan telah berdiri di hadapannya.
Ada tatapan panik yang terlintas di mata Anastasya, "Aku tidak menghindarimu."
"Kudengar, belakangan ini terjadi sesuatu pada keluargamu? Apa kamu perlu bantuan dariku?" Rino duduk di samping Anastasya, dengan cepat, mereka sudah menjadi pusat perhatian bagi semua orang.
"Tidak perlu, terima kasih." Anastasya merasa sedikit tidak nyaman.
"Anastasya, belakangan ini kamu kenapa? Kamu sangat asing dimataku, apakah aku berbuat salah padamu?" Rino sedikit emosional, dia mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan kecil Anastasya.
Jari-jari Anastasya sedikit bergetar, "Rino, jangan seperti ini … akuu …"
"Anastasya, aku mendengar dari teman-teman yang lain, beberapa waktu lalu ada mobil mewah yang menjemputmu di depan gerbang kampus. Apa itu benar?" Ternyata, masalah tentang Margareth yang mengirim orang untuk menjemputnya, sejak awal sudah tersebar di kampus.
Berhadapan dengan pertanyaan Rino, Anastasya hanya bisa tersenyum pahit, "Apa yang ingin kamu tanyakan?"
"Awalnya aku tidak percaya pada rumor itu. Tapi melihat sikapmu belakangan ini, mau tidak mau membuatku merasa curiga." Rino ragu-ragu saat mengatakannya.
"Rino!" Anastasya menarik napas dalam-dalam dan bangkit berdiri, "Ujian akhir sudah dekat, aku ingin mengulang pelajaranku."
Setelah selesai bicara, Anastasya berbalik dan berniat untuk pergi.
"Anastasya! Kenapa kamu menghindar dariku?" Rino segera menarik tangannya, "Apa rumor kalau kamu menjadi simpanan seseorang itu benar?"
"Hah?" Anastasya sangat terkejut. Hatinya seperti ditusuk keras dengan jarum, sakitnya menyebar hingga seluruh tubuhnya.
"Kenapa diam saja?" Rino mengeratkan genggamannya pada tangan Anastasya, "Anastasya, apa aku yang selama ini terlalu percaya diri? Apa pertemanan kita selama beberapa tahun ini bagimu sama sekali tidak ada artinya?"
"Rino …" Anastasya mengangkat matanya, menatap lekat wajah Rino yang tampan dan terlihat cerdas.
Seolah ingin mengingat setiap garis di wajah itu dengan lekat di dalam hatinya. Rino, lelaki yang telah menemaninya di sepanjang masa mudanya, selama ini telah menjadi kepercayaan dan kerinduan terdalam di hatinya. Bagi Anastasya, Rino adalah matahari yang sangat ingin ia gapai, walau nyawa menjadi taruhannya.
Tapi sekarang, Anastasya begitu kotor, apa ia masih punya hak untuk mengejar matahari ini?
"Jangan diam saja! Anastasya, katakan padaku kalau rumor itu bohong, kumohon!" Teriak Rino dengan tatapan hampa penuh kegalauan.
Anastasya berusaha menenangkan dirinya dalam diam, setelah itu barulah dia tersenyum lebar di hadapan Rino.
Anastasya berkata, "Rino, maaf. Lupakan saja aku." Ucapnya dengan senyuman penuh penyesalan dalam hatinya.
Tidak ada yang pernah tahu, berapa banyak keberanian yang digunakan untuk menolak seseorang yang paling dicintainya, perasaan yang begitu dalam, remuk! Layaknya cemilan keripik kaca ketika digigit. Anastasya mendorong Rino dengan keras, ia berbalik pergi dengan sedih. Ia pergi sebelum tangisnya pecah. Anastasya terlalu takut berhadapan dengan wajah Rino yang polos dan tulus.
"Anastasya …" Rino menatap punggung Anastasya, ia berteriak dengan perasaan sedih, matanya yang mulai berlinang air mata, berusaha menahan agar tidak bercucuran.
Anastasya berlari sekencang yang ia bisa dengan tubuh gemetaran ke dalam kamar mandi. Sedetik sebelum air matanya jatuh, dia melewati teman-teman kuliahnya dan segera memasuki bilik toilet.
Begitu pintu tertutup, dia bersembunyi di sana untuk menangis. Tangisan pecah membasahi pipinya. Setelah dirinya sedikit tenang, dia mengeluarkan alat tes kehamilan yang telah dia siapkan sejak awal.
Ketika alat tes kehamilan menunjukkan dua garis merah, tangannya seketika gemetar!
"Positif, aku berhasil hamil!" Jarinya tanpa sadar menyentuh perutnya, air matanya sekali lagi mengalir.
Benar-benar ada kehidupan kecil di dalam perutnya. Namun, dia juga tahu bahwa kehidupan kecil ini hanyalah tamu sementara di dalam hidupnya.
—
Delapan bulan kemudian.
Di ruang persalinan, Anastasya sudah bersiap untuk melahirkan.
"Anastasya, ayo! Lihat aku, percaya padaku, jangan takut!"
"Dokter, tolong aku, kumohon … tolong aku, rasanya sakit …" Wajah cantik Anastasya dipenuhi oleh keringat, matanya memerah menahan rasa sakit.
Perutnya jauh lebih besar dari ibu hamil kebanyakan karena dia mengandung anak kembar. Karena hal itu juga, saat melahirkan dia jauh lebih kesulitan.
"Jangan khawatir, aku akan membantumu! Tarik nafasmu secara perlahan, terus …"
"Ah …" Anastasya berteriak dengan kesakitan yang luar biasa.
"Oakk … Oakk …" suara tangisan bayi yang kuat dan jelas memenuhi ruangan.
Dokter menggendong seorang bayi kecil, menyerahkannya ke hadapan Anastasya, "Selamat sayangku, anak ini laki-laki!"
Melihat ekspresi bayi baru lahir dengan kaki dan tangan yang bergerak-gerak dan terus menangis, Anastasya begitu emosional hingga meneteskan air matanya.
"Ini … darah dagingku! Anakku …" Anastasya tidak dapat menahan air matanya.
Setelah hamil hampir sepuluh bulan, anak itu telah menyatu dengan darahnya, mana mungkin dia rela untuk berpisah dengannya? Setelah mendengar suara tangisan bayi di ruang bersalin, seorang perawat perempuan masuk ke dalam.
"Dokter, serahkan bayinya kepada kami."
Anastasya tertegun, ini orang yang dikirim kemari oleh sang majikan! Seorang perawat berjalan mendekatinya dan mengambil bayi itu.
Anastasya sangat tidak rela menyerahkannya, air matanya mengalir dengan deras, "Kumohon pada kalian. Tolong bersikap baiklah padanya …"
"Ini sudah pasti! Dia adalah darah daging Tuan Muda kita! Uangnya telah ditransfer ke rekeningmu. Nona Anastasya, demi kebaikan Nona Anastasya sendiri, mohon ke depannya jangan memikirkan tentang hal ini lagi!" Begitu perawat selesai bicara, dia memasukkan bayi tersebut ke dalam inkubator dan segera meninggalkan ruang bersalin.
"Bayiku …" Anastasya memegang erat selimut di tangannya, masih ada noda darah yang tersisa di sana, ia menangis tersedu-sedu.
Seolah-olah ia masih merasakan bayinya di genggamannya. Anastasya terus menangis tersedu-sedu. Rasa sakit dari perpisahan antara ibu dan anak, tak disangka akan begitu menyakitkan.
Tiba-tiba, perutnya kembali terasa sakit lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
teti kurniawati
Saya mampir. Mampir juga yuk di karya saya.
"Suami, rupa madu mulut racun."
2022-10-27
0
💖syakilah💖
nyimak dulu ya thor.
2022-05-24
1
Tio Rina
semangat ka ♥️
jangan lupa juga ya mampir di cerita aku judulnya"Bosku Galak" semoga mampir
terima kasih kk
2022-05-21
2