"Ah, Dokter, perutku, kenapa sakit sekali."
"Tarik napas, hembuskan! Sayang, kamu sangat kuat! Tuhan memberkatimu, dia menyembunyikan anak keduamu! Ayo, kita lanjutkan ..."
"Terima kasih, dokter …"
Anastasya sangat bersyukur hingga meneteskan air mata. Dokter sekali lagi membantu Anastasya untuk melakukan persalinan.
—
Tujuh tahun kemudian.
Di dalam sebuah bangunan kecil di daerah Kota Baru, tiba-tiba terdengar suara anak kecil yang minta ampun.
"Ah … Mamah, ampun! Anggi mengaku salah, Mah!"
Di depan sofa di ruang tamu, seorang anak laki-laki kecil yang imut sedang menarik daun telinganya sendiri dan memajukan bibir kecilnya dengan lucunya. Alis Anastasya mengerut dengan erat, tangannya yang lembut sedang memegang selembar kertas ujian.
"Anggi, lihat nilai ujianmu ini! Ini sungguh sangat kacau, kamu sengaja ingin buat mama meninggal karena marah?"
"Mamah …" anak kecil itu memasang wajah seakan teraniaya dan terlihat sangat menyedihkan.
"Aaa … Huhuhu … Mamah ." dia berteriak dengan suara lembut dan manis, berharap ibunya tidak marah lagi.
"Apaan dengan jawaban kamu ini?"
"Maa … maah …"
"Anak sialan, jangan pura-pura teraniaya di depanku. Apa yang kamu maksud dengan ada cahaya bulan di ranjang dan mereka tertidur dengan nyenyak? Hah?"
Bocah kecil itu sekarang sudah terdiam karena ketakutan, ia menangis tersedu-sedu. Anastasya mengatupkan bibirnya, dia sebenarnya tidak ingin begitu keras terhadap putranya, tapi apa yang ia pelajari selama disekolah?
Pada saat ini, Ibu Anastasya keluar dari dalam dapur dan berkata, "Apa nilai ujian Anggi sangat parah? Sini, biar nenek lihat."
Susi memakai kacamata bacanya dan mengambil kertas ujian dari tangan Anastasya. Setelah melihat sekilas, dia langsung terkekeh senang.
"Hahaha … Anggi masih begitu kecil, soal ujiannya juga begitu susah. Dia bisa menjawabnya saja, nenek rasa sudah sangat hebat."
"Hehe, makasih, Mak, Emak emang paling tahu untuk memuji aku." Anggi mengambil kesempatan untuk bermanja-manja di dalam pelukan Susi.
"Ibu, lagi-lagi Ibu melindungi dia!" Anastasya memelototi anaknya.
"Anastasya, wajar saja jika ia masih salah-salah, ia perlu belajar lebih keras lagi. Kalau nilainya buruk itu hal yang wajar. Jangan berikan terlalu banyak tekanan pada anakmu."
Susi membawa Anggi ke dalam pelukannya, bukan cucu yang sangat dia manjakan. Tapi dia tahu, hidup yang mereka bertiga lewati selama hampir tujuh tahun ini jauh lebih sulit dari siapapun.
"Bu, bocah sialan ini memang masih kecil, tapi dia tidak pernah mendengar ucapanku!"
Anggi mencibir, tubuhnya gemetaran dan menyusut dalam pelukan emaknya.
"Anakku, kamu tak perlu marah seperti itu, ajari dia lebih baik lagi. Anggi begitu menggemaskan, bukan? Ibu jadi ingat kamu waktu kecil," Susi tidak bisa menahan diri untuk tertawa begitu mendengarnya, "Anastasya, anak ini masih kecil. Ajari pelan-pelan."
"Masih kecil? Umurnya sudah 7 tahun, ia sedang sekolah, bu! Bahasa Indonesianya begitu kacau, aku khawatir dia tidak bisa menguasai satupun pelajaran."
"Ini salahku. Jika bukan karena saat itu aku tidak sakit, dan kamu tidak bekerja diluar negri. Kamu tidak akan memiliki anak seperti ini."
Susi tahu betapa pahitnya hidup putrinya saat itu. Sedari dulu putrinya terus menolak mengatakan dari mana asal uang yang digunakan untuknya berobat. Bahkan ayah kandung Anggi saja dia tidak pernah mau mengatakannya. Tapi Susi tahu, beberapa tahun ini putrinya telah mengalami sangat banyak penderitaan.
"Bu, bukankah penyakitmu sudah sembuh. Tidak perlu membahas masalah ini lagi."
Saat itu, ketika dia melahirkan, ibunya juga sedang berobat. Setelah beberapa tahun, uang hasil dari melahirkan anaknya itu telah dipakai sampai habis. Dapat melihat ibunya kembali sehat, Anastasya merasa semua yang dia lakukan itu layak!
"Iya, aku tidak akan membahasnya lagi. Aku hanya berharap kamu dan Anggi bisa hidup dengan bahagia, bersama-sama menunggu ayahmu keluar dari penjara."
Setiap kali bicara mengenai hal ini, mata Susi akan menjadi sembab.
"Emak, jangan menangis. Anggi janji tidak akan nakal lagi," Anak kecil itu mengulurkan tangan kecilnya dan membantu emaknya menghapus air mata.
Anastasya merasa tenggorokannya agak tersedak, ia memegang erat kertas ujian di tangannya. Dia tahu dia harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan uang agar anaknya bisa memiliki masa depan yang lebih baik. Dengan begini dia tidak akan menyia-nyiakan putra keduanya yang tetap ingin dia pertahankan karena keegoisannya.
—
Suatu malam.
"Anastasya, acara perjamuan sudah dimulai. Kamu sekarang di mana?"
"Pak Ryan, saya di lantai bawah hotel, sebentar lagi akan naik ke atas."
"Baiklah, langsung ke lantai 5. Aku tunggu."
Anastasya menutup telepon dan mengangkat kepalanya untuk melihat bangunan megah di depan matanya. Beberapa huruf besar dengan cetak emas muncul di depan matanya.
Hotel Bio'x.
Hotel ini adalah bangunan penanda di Kota Baru. Sejak dia pindah ke Kota Baru ini, nama hotel ini yang paling sering disebutkan dari mulut setiap rekan di kantornya. Tak disangka malam ini Pak Direktur akan mengajaknya datang kemari untuk menghadiri acara perjamuan.
Begitu memikirkan gaji dan bonus, dia langsung bersemangat. Demi memberikan hidup yang lebih layak untuk ibunya dan Anggi, dia harus mencari uang yang banyak!
Anastasya memegang erat tasnya dan ketika melewati sebuah sedan hitam yang diparkir di pinggir jalan, Anastasya berhenti sebentar dan melihat sejenak dari kaca jendela yang memantulkan dirinya sendiri. Sambil merapikan penampilannya, rambut panjangnya yang hitam telah digulung dengan sangat rapi. Di wajahnya juga hanya mengenakan riasan yang sederhana.
Tapi gaun merahnya mengungkapkan pundaknya ini terasa sedikit salah. Uh, dia berhadapan pada kaca jendela dan merapikan pakaian di tubuhnya. Setelah sesaat, dia baru puas melihat pantulan dirinya di kaca jendela mobil itu.
"Percaya diri dan sopan. Oke, selesai!" Setelah mengambil napas dalam-dalam, saat dia mengungkapkan sebuah senyum untuk menyemangati dirinya sendiri. Tiba-tiba kaca jendela secara ajaib turun perlahan.
Anastasya membatu! Senyuman yang tersungging di bibirnya itu kaku di udara!
"Bagaimana … bagaimana mungkin ada orang di dalam mobil?" Gerutu Anastasya dalam hati.
Seketika wajahnya berubah jadi pucat dan merah padam secara bergantian! Begitu jendela mobil terbuka seluruhnya, muncul seraut wajah tampan luar biasa. Garis wajahnya begitu tegas, menunjukkan aura dingin yang mengejek.
Pupil matanya yang dalam itu terangkat dengan kasar, terlihat sedikit garang dan menatap lurus ke dalam sepasang mata Anastasya. Ujung jari Anastasya gemetaran. Jantungnya sekarang seakan dipukul oleh sesuatu. Pria yang sangat tampan!
"Nona, di sini tidak butuh pelayan." Pria itu sengaja membuat penekanan pada kata pelayan, menunjukkan sarkasme dan melirik Anastasya dengan jijik.
Meski tatapan mata pria ini tampak merendahkan. Sialnya, suara rendah pria itu seperti sayap yang melintasi langit kosong dan masuk tanpa permisi ke dalam hati Anastasya. Sangat merdu hingga membuat orang mabuk kepayang!
Bahkan, rasanya suara itu terdengar sedikit akrab di telinganya. Begitu jauh dan asing, tapi dia merasa seakan pernah mendengarnya di suatu tempat. Jantungnya hampir nyaris berhenti berdetak!
Namun …
"Pelayan?" Ia menggerutu dan Anastasya kembali tersadar.
Dia membelalakkan matanya dan amarahnya seketika naik sampai ke ubun-ubun, "Apa yang kamu ini katakan? Pelayan?"
Siapa pun bisa mendengar nada mengejeknya dari ucapan itu! Meski suaranya sangat merdu, tapi kata-kata yang keluar, rasanya Anastasya ingin merobek wajahnya yang tampan itu!
"Memangnya kamu kira, kamu ini siapa?" Rasa malu membuat Anastasya begitu marah hingga wajahnya memerah seketika!
"Pelayan kepalamu, kamu itu yang pelayan, pelayan di keluargamu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
teti kurniawati
semangat
2022-10-28
0
Laelatul Inayah Inayah
apa itu majikanya anastasya
2022-05-24
1