Yusuf segera keluar dari ruangan tempat Fitri dirawat setelah diminta membeli seporsi martabak ketan hitam. Walaupun seingatnya tadi saat menuju rumah sakit tak ada yang menjual martabak ia bertekad untuk mendapatkan seporsi martabak yang diinginkan kekasihnya.
Sambil mencari yang diminta, poikirannya kembali saat ia sedang membeli minum disebuah warung. Ia tak ingin membayangkan jika hal itu terjadi padanya. Walaupun ada kemungkinannya ia akan mengalaminya juga,tapi ia tak mau. Ingin punya rumah tangga yang baik-baik saja. Punya anak yang bisa dibanggakan juga, rezeki yang selalu ada. Pokoknya segala yang baik yang ia harapkan.
Ia kasihan dengan anak mereka harus melihat orang tuanya berantem begitu. Kelihatannya sih sekilas anaknya sudah SMP, tapi tetap saja ada dampak negatif karena hal itu.
Saat sedang memikirkan hal itu, didepannya sebuah kecelakaan tunggal terjadi, sepertinya orang itu tidak bisa menguasai kecepatan motor yang ia gunakan. Segera ia menolongnya. Di papahnya ke pinggir jalan . Luka di lutut tidak terlalu parah, tapi tetap harus diobati .
"Lain kali hati-hati ya. Jangan ngebut kalau belum bisa mengendalikan kecepatan seperti tadi," sambil mengobati orang itu dia berkata. Sementara orang yang ditolong hanya mengaduh saja menahan sakit.
"Rumahmu dimana biar ku antar pulang. Motormu biar tinggal disini dulu," Yusuf menawarkan bantuan lain.
"Enggak usah bang. Percuma juga, aku mati juga enggak ada yang peduli."
"Enggak baik ngomong gitu lho."
"Memang nyatanya gitu. Aku bahkan tadi berharap mati saja. Hidup juga udah percuma."
"Kenapa rupanya?"
" Enggak ada. Yang jelas aku sudah bosan hidup."
"Omongan mu lho enggak baik. Mungkin aja nanti ada hal yang bagus jika kamu terus hidup. Jangan mati sekarang, anak muda kok cita-citanya mati. "
"Abang enggak tahu apa-apa lebih baik diam saja."
"Kalau kau enggak mau pulang, mau enggak ke rumahku?"
"Aku enggak diapa-apain kan di rumah Abang?" Omongannya melunak. Tapi nada curiganya ini yang menurut Yusuf menyebalkan.
"Kalau mau diapa-apain bagus aku bawak cewek panggilan ke rumah," Sebenarnya ia ingin menolong, tapi tetap rasa ia tak bisa menyembunyikan rasa kesalnya itu. Rasanya ingin ngajak duel saja dibilang begitu .
"Tapi terserah sih. Mau ya ayo enggak ya udah ," masih dengan nada kesal ia berkata.
"Ya udah aku mau. Tapi janji ya enggak diapa-apain," jawaban yang seperti tantangan duel keluar lagi. Andai kondisinya tak seperti itu .
"Enggak lah. Lu pikir aku nafsu sama kau? Enggak lah. Parah kau ini . Namamu siapa?"
"Nama Ilyas."
"Masih sekolah?"
"Baru lulus SMP ."
"Kalau ku bawa pulang nanti orangtuamu gimana? Enggak nyariin?"
"Enggaklah. Ngapain juga nyariin aku, dia udah enggak peduli kok,"
"Nanti motormu dititipin dulu ya di bengkel itu. Kayak nya bagian sampingnya rusak parah . Santai aja, aku yang bayarin kok nanti biaya bengkelnya."
"Seriusan bang? Makasih ya udah mau bantuin aku," dengan tulus dia berkata .
"Santai aja . Selama kita bisa membantu kenapa enggak. Jangan punya pikiran untuk mati lagi ya. Tau enggak, banyak orang mati yang pingin hidup lagi. Dalam hidup banyak hal yang menyakitkan terjadi. Tapi kalau kita tidak menyerah, pasti ada jalan," panjang lebar Yusuf memberi nasihat kepada anak itu .
Setelah berhasil membujuk anak itu, ia segera menelpon Fitri meminta maaf karena tidak bisa memenuhi apa yang ia minta sambil menceritakan segalanya tanpa ada yang terlewat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments