Setelah Yusuf beberapa saat yang lalu,Fitri mengingat memori saat mereka berdua bersama. Salah satu kenangan manis yang ia punya adalah saat kencan di pasar malam. Naik kuda-kudaan adalah yang terbaik baginya. Selain saat mereka main lempar kaleng. Yusuf sudah sangat percaya diri bakal mendapatkan boneka. Tapi sasarannya meleset. Ia cuma mendapat deterjen.
sepanjang jalan mereka tertawa karena hal itu. Walau begitu, kesombongan Yusuf masih berlanjut. Dengan banyak alasan ia berkata bahwa ia sebenarnya bisa. Cuma malas saja di bilang sudah pro. Dia berkata tidak ingin menyombongkan diri dengan nada suara sombong.
Ekspresi Yusuf saat kepedasan makan sate madura setelah pasar malam juga lucu. Setelah puas main di pasar malam mereka menyempatkan untuk memakan sate di pinggir jalan karena Fitri sedan ingin makan sate walaupun dia tidak sedang ngidam. Dia tidak terlalu biasa dengan makanan pedas, tapi ia kebanyakan menaruh sambal di piringnya. Sebenarnya cuma dua sendok teh saja. Tapi memang dasar cabe yang super pedas. Jadilah ia seperti itu. Waktu itu, Fitri hanya menertawakan tingkah kekasihnya itu.
"kamu jahat. Masa pacar sendiri kepedasan cuma diketawain?" protesnya sambil berusaha meminum air yang kebetulan gratis.
"mau diapain lagi?"
"ih enggak peka lho. Masa gitu aja masih nanya."
"anggap aja azab instan. "
"Enak juga mie instan. Apalagi yang rasa soto dinosaurus."
"Emang ada?"
"anggap aja ada."
"Garing banget dah."
"memang sih," Yusuf berkata kikuk.
"Itu deterjennya mau enggak kau?" lanjut Yusuf sambil menunjuk deterjen hadiah main lempar kaleng.
"Hmmm... enggak lah. Lumayan sih aslinya, tapi bingung juga nanti kalau ditanya."
"sebenarnya aku juga enggak mau ngasih deterjen. Tapi kan tadi aku dah bilang hadiahnya bakal untukmu. Itu kalau ada kesempatan lagi ...." Lanjut Yusuf.
"Dapet deterjen lagi?" sambil tersenyum Fitri memotong ucapnya.
"Enggaklah."
"terima nasib aja. Mungkin hokinya cuma segitu."
"iya deh iya. Pacarku emang paling bener ."
"Iyalah. Cewek gitu lho...." Fitri berkata dengan amat sangat percaya diri.
Seorang wanita bersama anak kecil mampir ke warung sate dimana mereka berdua makan. Melihat wajah wanita itu , Yusuf seketika langsung salah tingkah.
"Ada apa?" Fitri heran melihat tingkahnya yang aneh begitu.
"Hmmmm... enggak apa-apa kok. Oh ya kau dah dah selesai kan makannya?" Yusuf makin salah tingkah.
"kenapa rupanya?"
"pulang yuk. "
"Ya udah. "
"Kau yang bayar ya. Aku nunggu di motor aja," sambil menyerahkan uang dengan nominal seharga dua porsi sate ia langsung menuju ke tempat motor nya diparkir .
Fitri yang keheranan dengan tingkahnya yang tidak biasa langsung membayar ke penjual sate kemudian langsung menemui Yusuf.
"Kamu kenapa sih? kayak orang ngutang takut minta di tagih aja."
"Aku enggak pernah ngutang kok."
"Lah terus kenapa?"
"Hmmmm... gimana ya? aku bingung ngejelasinnya."
"kayak sama siapa aja. Masa sama aku aja bingung mau ngomong."
"Justru karena itu...."
"Ya udahlah aku ngambek."
"Jangan dong. Ya udah aku ngomong yang sejujurnya," Yusuf akhirnya mengalah juga.
"Wanita tadi itu mantanku. Sampai sekarang kalau bertemu dia rasanya masih agak gimana gitu. Di satu sisi pingin akrab, disatu sisi aku enggak pingin ketemu dia lagi."
"Kenapa?"
"Dia pernah selingkuh dulu saat kami masih pacaran. Padahal waktu itu aku lagi cinta-cintanya sama dia."
"Sampai sekarang masih cinta?"
"Enggaklah. Aku kan dah punya kamu. Ngapain juga aku masih cinta sama dia ,Aneh."
"Ya kali aja kan ."
"Terserahmu aja deh. Mau pulang enggak? dah malem nih."
Sepanjang jalan mereka hampir tak berkata apa-apa. Fitri akhirnya mengerti bagaimana rasanya bila bertemu dengan mantannya pacar. Walaupun mantan, tapi rasa cemburu itu tak hilang, malah semakin dan semakin besar. Dia dulu pernah merasa lucu saja jika ada pasangan yang bertengkar karena salah satunya bertemu mantan. Dan akhirnya dia sendiri yang merasakannya. Sekali saja. Ia tak ingin merasakannya lagi.
***
tok tok tok
segera setelah suara ketukan pintu terdengar, Yusuf segera masuk ke dalam ruangan tepat dimana Fitri masih dirawat.
"Maaf ya agak lama. Aku tadi ngeliat ada yang jual sate pas aku lagi pingin juga. Aku beli dua soalnya kamu pasti suka sate," sambil membawa sekantung plastik berisi dua porsi sate, Yusuf berkata.
"oh ya. Aku jelas mau ," ingatan yang diputar otaknya tadi seketika langsung buyar. Untungnya ia masih bisa mendengarkan ucapan lawan bicaranya dengan baik.
"Mau pakai sendok atau pakai tangan aja?"
"Sendok siapa kau ambil?"
"Tadi aku mampir ke rumah saudaraku . Rumahnya deket-deket sini, jadi aku pinjam aja sendok nya. Santai aja , aku enggak nyolong sendok tukang satenya kok."
"ouh. Kayaknya mending pake sendok aja sih."
"Enggak mau disuapin?"
"Enggaklah. Kayak anak kecil aja . Kasihan juga sendok nya. Udah dipinjam masa mau enggak dipakai."
"Berarti mending aku pinjam satu aja ya biar bisa nyuapin kamu ."
"modus."
"Ya emang enggak boleh? sama pacar sendiri ini bukan sama pacar orang lain."
"Ya kalau mau sama pacar orang ya sana."
"males. sama kamu aja cukup kok."
"Gombal."
"Enggak gombal. Aku ngomong sesuai kenyataan sekarang."
"Iya deh. "
"Bisa duduk enggak?"
"bisa. Mana satenya?"
Segera Yusuf memberinya seporsi sate Madura yang dibelinya tadi saat hendak menuju ke rumah sakit .
"Kau inget enggak kita pernah makan sate Madura terus tiba-tiba mantanmu datang. Habis itu kita berantem gara-gara itu," sambil memakan sate Fitri berkata.
"Inget sih. Tapi aku beli sate bukan Karena itu. Lagian ngapain sih bahas mantan. Dah jadi masa lalu juga."
"Seru tahu."
"Seru dari mana?"
"Soalnya kan aku enggak punya mantan. "
"Iya kah?"
"Iyalah. Kamu kan pacarku yang pertama dan akan jadi yang terakhir."
"Gimana rasanya? Enak?"
"Lumayan. "
"Lumayan apa nih? Lumayan enak apa enggak?"
"Enak kok ."
"Mantanmu yang waktu itu dah punya anak. Umurnya berapa sih sekarang kira-kira?"
"Entah, lupa aku umurnya berapa. Kalau cewek sebenarnya wajar sih. Kan banyak juga kan cewek yang nikah muda sekarang. Enggak sekarang sih, dah dari zaman dulu malahan."
"oh ya , kalau udah keluar dari sini mau enggak ke pasar malam lagi? nanti kita naik kuda-kudaan lagi. Aku juga penasaran , sekarang aku bisa dapet boneka pas main lempar kaleng apa enggak," Yusuf berkata lagi.
"Kayaknya besok kau jangan main lempar kaleng lagi deh. Kayaknya memang keberuntunganmu bukan disitu."
"Jangan remeh. Kali aja kan kali ini bisa. Kan namanya kedepannya siapa yang tahu?" Yusuf tidak terima mendengar perkataan Fitri yang seperti meremehkan dirinya.
"Iya deh. kita buktikan aja besok," Fitri berkata setelah sate terakhir selesai ia kunyah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Jun!!!
Hokinya cuma sampe detergen 🤣
2022-08-28
0
Jun!!!
Halusin lagi kak, nyesek dia bilang 'kau' Khukhukhu... 😭
2022-08-28
0
Jun!!!
Lebih bagus lah dapat detergen 😂
2022-08-28
0