"Kau kenapa sih kayaknya mukanya enggak kayak biasanya. Ada masalah?" Arif , salah seorang teman kerjanya Yusuf bertanya saat melihat muka Yusuf yang tampak letih, lesu , tak bersemangat.
"Enggak ada sih. Cuma efek enggak bisa tidur semalam."
"Kok bisa? tumben kali kau enggak bisa tidur?"
"Efek habis kena sindir gara-gara belum nikah sih kayaknya. "
"Cuekin aja bro. Aku juga gitu kok . Nikah juga enggak segampang yang dibilang. Mentang-mentang udah nikah, ngatain orang sembarangan."
"Pinginnya sih nyuekin. Tapi tetep aja kebawa pikiran. Rasanya kayak pingin ngilang aja gitu."
"Sabar bro. Lu enggak sendiri. Aku juga belum santai santai aja. Masih pingin nikmatin masa muda . Pingin ngelakuin yang enggak mungkin dilakuin nanti pas udah nikah," Suatu pendapat yang bagus dari Arif. Kalau masih bisa menikmati kenapa enggak?
"Nanti kita makan pecel di warung yang baru buka di depan kantor ya? Katanya yang jualan orangnya cantik banget. Sekalian kenalan kayaknya mantep tuh," dengan semangat Arif berkata.
"Giliran yang cantik aja semangat bener lu. Semangatnya melebihi pejuang kemerdekaan jaman dulu."
"Terlalu berlebihan kau ini. Enggak mungkin lah. Beda kali," Usai berkata begitu, mereka mengerjakan pekerjaan masing-masing sambil menunggu datangnya jam istirahat tiba.
***
"Skuy makan pecel yang tadi ku bilang. Yang jual body nya mantep lho."
"Bodo amat sama yang jual. Aku sih yang penting enak aja udah. Body nya mantep juga aku dah punya pacar. Emang lu, jomblo."
"Ya enggak usah ngegas lah. Mentang-mentang dah punya , ngatain jomblo seenaknya."
"Dah lah. Kita makan pecel aja daripada ribut disini. Dah laper kali aku. Tadi pagi enggak sarapan."
Mereka berdua kemudian pergi setelah menyelesaikan perdebatan tidak penting itu. Sesampainya di sana, Yusuf sangat terkejut, ia tak menyangka akan bertemu dengannya lagi. Seseorang yang membuatnya menjauhi wanita-wanita yang mendekatinya dulu. Bukan karena dia cinta sih, tapi orang itulah yang dulu mengatakan ingin dibukakan segel keperawanannya . Padahal baru semalam dialog yang memalukan itu diputar oleh otaknya, orangnya malah sudah nongol aja. Yusuf rasanya ingin minggat saja andai ia sendirian tadi. Dia malas menjawab saat nanti ditanya ini dan itu oleh Arif yang malah membuat rahasianya itu terbongkar. Jadi ya terpaksa ia disitu saja.
"Gimana menurutmu? mantapkan bodinya? anunya juga gede. Kalau aku punya istri kayak dia pasti puas banget aku. Tiap malam bakal ku anuin," sambil berbisik Arif berkata. Ia tak ingin suaranya terdengar oleh orang yang ia bicarakan itu.
Mantep bodi nya, anunya gede buat apa? orang dia udah enggak perawan. Enak juga cari yang masih segelan. Lebih puas. Dalam hati Yusuf berkata begitu. Bagus nyari tukang pecel yang lain, enggak seksi kayak gini tapi sudah terbukti enak.
"Iya sih mantap. Seleramu bagus banget bro," Ingin rasanya mulutnya Yusuf mengatakan hal-hal yang buruk tentangnya. Tapi dia sedang malas mencari perkara. Ditambah lagi perutnya sangat lapar. Yang ada dipikirannya cuma dia ingin makan.
"Masnya kayak aku kenal ya. Tapi siapa ya?" Sambil mengulek kacang , penjual itu bertanya sama Yusuf.
"Kenalin ini namanya ...."
"Masa iya sih mbak? kita ini baru ketemu lho mbak," Yusuf memotong ucapan Arif. Dalam hati ia mengungkapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada tuhan karena wanita itu lupa dirinya. Ia berharap dia melupakan untuk selamanya.
"Iya, namamu kalau enggak salah ...."
"Mbak, bisa cepetan enggak. Laper banget nih, tadi pagi belum sarapan. "
"Iya bentar. Ini juga dah mau jadi."
tak lama kemudian , Yusuf dan arif segera menyantap makanan yang mereka pesan.
"Mbaknya udah nikah?" tanpa ragu Yusuf berkata begitu saat sedang makan.
"Belum. Kenapa rupanya?"
"Nanya aja."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Jun!!!
Semangat trus ✊
2022-10-11
0