Karna Iman Dan Cinta

Karna Iman Dan Cinta

Bab. Satu

Hujan yang lumayan deras mengguyur beberapa kota di Filipina kala itu. Tampak seorang anak perempuan berusia lima tahun berambut terurai sedang bersorak ria sembari meloncat-loncat penuh rasa gembira

Seorang bocah laki-laki yang tengah bersamanya hanya tersenyum dan mengambil sebuah payung kemudian berjalan menghampiri anak perempuan pemilik nama Zivanyalia Natasha itu. "Kamu nggak boleh hujan-hujanan terus, Vanya. Nanti sakit," ucap si bocah laki-laki seraya memayungi Vanya.

Anak perempuan yang mempunyai panggilan khusus dari bocah laki-laki itupun hanya tersenyum, sangat manis. "Kak Eon nggak usah khawatir, selama ada Kakak aku nggak akan sakit kok," katanya.

Bocah lelaki yang bernama lengkap Leonardo Davidson itu hanya tersenyum tipis sembari menggelengkan kepalanya.

"Kak, Eon. Kakak sayang nggak sama aku?"

"Sayang," jawabnya.

"Berarti Kak Eon nggak akan pernah ninggalin aku, kan?" Bocah laki-laki itu mengangguk.

"Janji?" Vanya mengulurkan jari kelingkingnya tepat di depan wajah sahabatnya.

"Janji!" Leon mengangguk sambil menautkan jarinya pada jari kelingking milik Vanya.

Flashback off

Mengingat masa lalu indah itu membuat seorang perempuan yang kini telah tumbuh remaja tersebut meneteskan air matanya. "Kamu bohong, semua perkataan mu itu bohong!"

Ya. Anak perempuan bernama Zivanyalia Natasha itu kini telah berumur sembilas belas tahun dan ia duduk di bangku sekolah menengah akhir kelas tiga semester ganjil. Perempuan yang sekarang lebih akrab disapa Natasha itu tumbuh menjadi perempuan manis dan sangat menjaga dirinya sebagai perempuan. Menjaga auratnya, pergaulannya, bahkan pandangannya.

Malam yang terasa sunyi nan sepi sama seperti keadaan hati Natasha kala mengingat masa lalunya bersama pangeran kecilnya Eon di negara kelahirannya. Perempuan berdarah Indonesia-Filipina itu hanya bisa memandangi foto sepasang anak kecil tengah saling merangkul dengan wajah menunjukkan kebahagiaan.

Dadanya sangat sesak menahan rindu ini. Hingga buliran bening berhasil lolos dari sudut pelupuk matanya.

"Aku harap Tuhan kembali mempertemukan kita."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pagi ini Natasha telah siap dengan seragam dan segala perlengkapan sekolahnya. Ia menuruni anak tangga satu per satu dengan langkah santai. Sementara Riana yang merupakan Ibu Natasha malah semakin kesal karena melihat lagak santai dari anak satu-satunya itu.

"Ya allah, Sha. Ini udah jam berapa? Buruan ih!"

Natasha malah menarik kursi saat ia telah berada di ruang makan, bersiap untuk ikut bergabung sarapan.

"Apaan sih, Ma. Ini masih jam setengah tujuh kok masih lama. Natasha sarapan dulu, laper!" ujar Natasha. Namun, Riana menarik tangan Natasha agar berdiri.

"Udah sarapannya nanti aja di sekolah. Ini kamu 15 menit lagi masuk lho, " ujar Riana.

Bukannya terkejut, Natasha malah mengibaskan satu tangannya sambil terkekeh. "Udah deh, Mam. Nggak usah sok ngeprank gitu. Aku mah nggak mempan! " kekeh Natasha.

"Ck, ngeprank apaan sih, tuh lihat jam itu!" ujar Riana sembari menunjuk jam dinding di ruang tamu.

Natasha mengikuti arah jari telunjuk Riana dan seketika kedua matanya membulat sempurna. Wajahnya terlihat tegang, ia mengingat satu fakta yang mungkin akan menjadi masalah buat Natasha.

"Astagfirullah, Mama. Kenapa Mama baru bilang. Aduh gimana ini bakal telat beneran, ya udah Natasha berangkat dulu ya, assalamu'alaikum!" Ia berlari terburu-buru bahkan sampai lupa menyalami Riana.

Saat di perjalanan Natasha mengendarai mobilnya di atas rata-rata. Ia kembali melirik arlojinya yang menunjukkan sepuluh menit lagi akan masuk, dan hari ini adalah hari Senin, di mana upacara bendera akan dilaksanakan. "Ya allah semoga nggak telat," gumamnya cemas.

Dan saking terburu-burunya, Natasha tidak melihat jika di depannya ada genangan air, ia langsung melintasinya begitu saja dengan kencang sampai tak sengaja air kotor itu mengenai seorang pengendara yang berhasil ia lewati.

"WOY KURANGAJAR! BERHENTI LO!" pekik orang tersebut yang memberhentikan motornya.

Natasha berhenti, melihat pengendara itu dari kaca spionnya.

"Ya allah ada aja halangan nya, duh gimana ini? Turun, nggak, turun, nggak, turun, hah? Masa turun sih?"

Iapun kembali melihat arlojinya yang waktu sudah berjalan lima menit lagi. Waktunya semakin menipis. "Astagfirullah telat nih aku, terpaksa deh. Ya Allah maafkan hamba!"

Natasha dengan berat hati melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu.

Sedangkan pria muda nan tampan tadi hanya mampu mengumpat kesal karena pemilik mobil tersebut tak bertanggung jawab. "Untung gue udah foto platnya. Kalau ketemu awas aja nggak bakal gue kasih ampun!"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di sisi lain Natasha telah sampai di sekolahnya, untung saja gerbangnya belum tertutup. Namun, sebuah pemandangan buruk itu membuat dirinya menelan ludah berkali-kali. Pasalnya upacara bendera telah dimulai, dan pasti ia akan dihukum.

Natasha pun keluar dari mobilnya tetapi, suara seseorang membuat langkahnya terhenti. "Woy tunggu!" pekik orang tersebut.

Pria berjaket itu menghampiri Natasha dengan motor ninja nya. Sesaat telah berada tepat di depan Natasha, ia membuka helm nya, melihat itu Natasha langsung menundukkan pandangannya, tak mau terlalu berlebihan mengagumi ketampanan yang dimiliki pria tersebut.

"Jadi Lo yang punya mobil ini?"

"Iya emang kenapa?" tanya Natasha bernada ketus, ia memang seperti itu jika dengan lelaki yang tidak terlalu ia kenal.

"Lo pura-pura lupa apa emang amnesia, hah? Lo nggak lihat jaket gue ini?" tanyanya lagi sembari menunjukkan jaket kotornya.

Seketika mata Natasha membulat saat mengingat kesalahannya. "Ah itu, eum ... maaf aku bener-bener nggak sengaja, aku-"

"Gue nggak mau tau. Lo harus tanggung jawab lah!" potong pria itu.

"Oke-oke, aku bakal tanggung jawab tapi nanti, aku udah tel-"

"LEVIN! NATASHA!" pekik seseorang dari balik gerbang. Keduanya pun mengalihkan pandangannya ke arah suara itu.

Seketika wajah Natasha kembali menegang. Ia yakin hari ini akan mendapat masalah. Apalagi saat guru killer itu mendekat ke arah mereka. "Kalian ini ya udah telat masih aja ngobrol di sini! Kamu juga Levin, kamu itu harusnya sebagai murid baru nggak usah cari masalah. Dan Natasha, kenapa telat? Kamu murid teladan lho di sini," cerca guru itu.

"Eum ... maaf, Bu. Saya kesiangan dan tadi ada masalah sedikit di jalan," jawab Natasha.

"Iya, Bu. Masalah sama saya, nih jaket saya jadi kotor gini gara-gara dia bawa mobilnya ugal ugalan!" Sela Levin.

Natasha menoleh tak terima. "Apa kamu bilang? Ugal-ugalan?Aku itu buru-buru bukan ugal-ugalan. Lagian aku sudah minta maaf," ujar Natasha.

"Itu sama aja lo ugal-ugalan."

"Enggaklah itu beda! "

"Sama!"

"Beda!"

"Sam-"

"STOP! Kalian berdua ini malah buat Ibu pusing. Udah sana kalian bersihin kamar mandi! Kalau udah selesai langsung ke ruangan Ibu!" tegas guru itu yang langsung berlalu meninggalkan mereka.

"Tuh kan dihukum!" kesal Natasha sembari mendelik tajam ke arah Levin.

"Ini salah Lo tau nggak, kalau Lo nggak nyipratin air ke gue, gue nggak bakal berhenti dan telat gini!"

"Apaan sih kamu kok dari tadi nyudutin aku terus? Salah siapa  berhenti?"

"Lo itu-"

"Udah diem berisik deh! Bersihin tuh wc!"

Natasha berlalu setelah melempar kain pel dan ember ke arah Levin dengan kasar.

Terpopuler

Comments

Reeyantie

Reeyantie

nyimak dulu

2021-03-07

0

Happyy

Happyy

👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼

2021-01-22

0

Ilwa Iradian, D.R

Ilwa Iradian, D.R

lanjut up nya kak, dan tetap semangat untuk menjadi penulis hebat.

Oh iya, dukung juga aku ya kak,
like komen, kalau berkenan vote
terimakasih kak,
semoga karyanya sukses

2020-04-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!