Penjahit Cantik

Penjahit Cantik

Pertemuan

Hari itu sore menjelang Maghrib, hujan turun tapi tidak terlalu lebat. Namun cukup membasahi jalanan dan membuat cuaca cukup dingin. Gadis penjahit muda itu sedang sibuk menjahit baju yang besok pagi-pagi sekali akan diambil oleh pelanggannya.

Tidak seperti hari biasanya ia selalu pulang tepat waktu, sore sebelum maghrib. Tapi hari ini gadis itu tidak ingin mengecewakan pelanggannya yang akan mengambil baju hasil jahitannya besok.

Setelah dua jam lebih berlalu akhirnya baju dengan bahan berenda yang berwarna tosca itu selesai dijahitnya. Setelah bersiap-siap, ia keluar dari kios jahit peninggalan bapaknya yang berukuran tiga kali empat meter itu, tidak lupa ia mengunci pintu kios.

Sekarang sudah jam delapan lebih tiga puluh menit pasti ibunya akan memarahinya karena pulang malam pikirnya. Bukan marah karena khawatir ia pulang malam, tapi karena tidak ada makanan yang mau dimakan oleh ibu tirinya. Karena biasanya gadis itulah yang memasak untuk orang tuanya.

Mungkin karena malam itu dingin sehabis hujan sehingga orang-orang tidak ada yang keluar rumah. Jadi suasana malam itu tampak sepi. Biasanya ramai warga yang berlalu lalang di gang kecil itu. Tapi malam ini dirinya berjalan sendiri di gang itu.

Ia berjalan di gang yang akan menuju ke rumahnya, gang yang akan menuju rumah gadis itu cukup sempit, hanya bisa dilewati satu mobil saja. Rumah-rumah warga di kiri dan kanan cukup rapat namun malam ini tidak terlihat penghuninya entahlah kemana mereka, padahal jam masih menunjukkan pukul delapan lebih tiga puluh menit.

Tapi rumah warga cukup terang sehingga gadis itu tidak takut meski berjalan sendiri di jalan yang sepi.

Setelah jalan beberapa langkah gadis itu merasa ada yang berjalan di belakangnya. Dia tidak tahu apakah orang di belakangnya mengikutinya atau orang itu juga akan melewati jalan yang sama dengannya.

Setelah di persimpangan, ia belok ke kanan dan jalannya lumayan besar tidak seperti di gang tadi. Dari persimpangan, rumah gadis yang memiliki wajah cantik itu tidak jauh lagi, hanya tinggal jalan beberapa meter saja.

Di jalan itu juga masih sepi. Dan orang yang ada di belakangnya tadi masih tetap ada di belakangnya dan ia merasa memang orang itu mengikuti dirinya.

Akhirnya gadis penjahit cantik itu memberanikan diri untuk melihat ke belakang. Dilihatnya ada seorang laki-laki berbadan tinggi dan besar memakai jaket hoodie menutupi kepalanya berada kira-kira lima langkah di belakangnya.

Namun dia tidak berani untuk menanyakan siapa laki-laki itu dan mau apa mengikuti dirinya. Lalu ia kembali lagi melihat ke depan namun tetap berhenti.

Gadis itu tidak merasa takut sama sekali saat melihat laki-laki di belakangnya. Ia pun tidak tahu mengapa dirinya tidak merasa takut.

Laki-laki itu terus berjalan meski gadis itu sempat berhenti sejenak karena melihatnya tadi. Tapi, laki-laki itu terus menunduk dan tidak sengaja bahu kirinya menabrak punggung gadis itu.

"Aw," pekik gadis itu di keheningan malam.

Gadis muda itu terhuyung ke depan dan hampir saja terjatuh kalau saja laki-laki itu tidak memegang tangannya.

"Lo mabuk juga ya," kata laki-laki itu.

"Hah! juga?" Gadis itu berpikir sejenak, mencerna kata-kata yang diucapkan laki-laki itu.

"Berarti anda sedang mabuk ya?" tanya gadis itu pada laki-laki itu.

"Gue tanya lo, eh! lo malah nanya balik. Tau dari mana lo kalau gue mabuk?"

"Anda bilang tadi, 'lo mabuk juga ya?'. Ada kata juga-nya. Berarti anda mabuk dan saya mabuk, begitu kan maksud anda?" gadis itu berargumen.

Laki-laki itu tidak menjawab.

"Tapi maaf, saya sadar sepenuhnya dan sedang tidak dalam keadaan mabuk," tambah gadis itu.

"Kalau anda mabuk, jangan tuduh-tuduh orang lain mabuk dong," tambah gadis itu lagi.

Kembali laki-laki tadi terdiam. Namun kali ini raut wajahnya terlihat tidak senang dengan argumen gadis itu yang panjang tadi.

Laki-laki berwajah tampan itu pergi tanpa banyak bicara meninggalkan gadis itu sendiri.

Sesaat setelah laki-laki tadi pergi gadis itu memperhatikan ke mana arahnya berjalan.

Kini gadis cantik itu melongo. Menatap punggung kekar milik lelaki berwajah tampan itu melangkah. Dan sepertinya dia tahu kemana laki-laki itu akan pergi.

Rumah kontrakan gandeng tiga yang dari persimpangan sudah terlihat. Ke situlah laki-laki itu melangkah.

Dan tidak lain itu adalah rumah kontrakan di mana gadis itu dan orang tuanya tinggal.

Kening gadis penjahit itu mengkerut, ia tampak berpikir sejenak. Tamu bapaknya kah. Karena rumah kontrakan itu ada tiga, dan sementara hanya dia dan keluarganya yang menempati salah satu rumah itu. Dua rumah lainnya masih kosong, belum ada yg hendak mengisinya.

Laki-laki itu tampak telah sampai di depan salah satu pintu rumah kontrakan, tepat di samping rumah yang ia tinggali bersama keluarganya.

Laki-laki itu mengeluarkan kunci dan membuka pintu rumah itu lalu masuk ke dalamnya.

"Oh! penghuni baru ya ternyata," Gumamnya sendirian.

Setelah hampir setahun akhirnya rumah kontrakan tiga pintu itu bertambah satu penghuninya. Tadinya hanya ia dan keluarganya saja yang menempati satu petak rumah kontrakan itu.

Ia pun melangkah menuju rumahnya.

Di rumah kontrakan kecil itu gadis itu tinggal bersama dengan bapak kandungnya dan ibu tirinya.

Lestari Syafira adalah nama lengkap gadis penjahit itu. Umurnya 21 tahun, masih terbilang muda. Disaat teman sebayanya mengenyam dunia perkuliahan tapi ia sudah bekerja sebagai seorang penjahit muda. Namun ia senang melakukan pekerjaan itu. Tidak ada penyesalan maupun kesedihan saat ia tidak melanjutkan sekolahnya dan hanya tamat sekolah menengah pertama saja.

Ia terlihat cantik alami, karena menuruni wajah ibunya. Badannya tidak terlalu tinggi namun terlihat bagus, Pipi tirus, hidung mancung, bibir kecil yang berwarna merah jambu menghiasi wajahnya.

Keluarga, teman-teman dan orang-orang sekitarnya memanggilnya Tari. Tari berprofesi sebagai penjahit. Ia mewarisi keahlian bapaknya.

Bapaknya sejak dulu adalah seorang penjahit, namanya bapak Syabani. Beliau membuka kios jahit kecil-kecilan. Beliau adalah penjahit handal meskipun hanya memiliki kios kecil, namun hasil jahitannya rapi, tarif yang dikenakan juga terbilang murah. Maka dari itu bapaknya selalu banjir orderan.

Semua bisa dijahit bapaknya, seperti kemeja laki-laki, dress wanita, kebaya, hingga kain penutup pintu dan jendela atau gorden.

Ketika sudah kewalahan seperti itu bapaknya selalu meminta Tari untuk membantu. Awalnya Tari hanya diajarkan menjahit lurus saja, seperti menjahit gorden.

Namun lama kelamaan Tari penasaran dan ingin mempelajari banyak hal tentang pekerjaan bapaknya itu seperti membuat pola, memotong pola dan lainnya. Padahal saat itu usianya masih terbilang sangat muda bahkan bisa dikatakan masih kecil.

***

Sementara di rumah petak sebelah Tari tinggal, laki-laki tampan itu terkekeh.

"Disangka gue ngikutin dia kali ya, hahaha.. KeGRan banget sih jadi cewek. Cantik juga gak."

'Bruk!'

Laki-laki itu merebahkan dirinya di kasur empuk yang baru dibelinya tadi pagi dan langsung diantarkan di rumah kontrakan yang sekarang ditempatinya oleh bawahannya. Lalu ia merogoh kantongnya mengambil benda pipih yang digunakan sebagai alat komunikasi itu.

"Eh! cantik juga sih," gumamnya, menyambung ucapan yang ia lontarkan sendiri.

Ia pun kembali terkekeh..

To Be Continue...

Testing dulu ya..

Semoga suka dengan ceritanya 😊

Terpopuler

Comments

Neldes Novber

Neldes Novber

Semangat thor... jangan lupa mampir ya thor. Judulnya Azeela

2023-09-20

0

Silvi Aulia

Silvi Aulia

hallo Thor aku mampir nih ,ke novel nya author 🤗

2023-08-03

0

Ara Julyana

Ara Julyana

makasih kak, udah mampir di karyaku ini aku mampir ya

2023-07-31

0

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan
2 Pintu Yang Salah Terbuka
3 Tari
4 Awal Dari Sebuah Dendam
5 Fadly
6 Tetangga Yang Baik
7 Tetangga Yang Baik Part 2
8 Diagnosis
9 Ingin Bertemu
10 Pingsan
11 Saling Mengenal
12 Jadi Rebutan
13 Kencan Pertama
14 Kuliner Alam Cafe
15 Ciuman Pertama
16 Keluarga Dewantara
17 Majalah Bekas
18 Kecelakaan
19 Fadly Bingung
20 Perasaan Fadly
21 Menjenguk Tari
22 Bahagianya Hati Tari
23 Salah Paham
24 Kabar Buruk
25 Mengetahui Kebenaran Tentang Fadly
26 Bertemu
27 Akan Dikenalkan
28 Janji Fadly
29 Ponsel Baru
30 Sang Penguntit
31 Penjelasan Fadly
32 Fadly Menyatakan Perasaannya
33 Kembalinya Sandi
34 Kedatangan Sandi
35 Bertemu Keluarga Dewantara
36 Penolakan
37 Perdebatan
38 Mobil Membawa Petaka
39 Dicaci Dan Direndahkan
40 Diusir
41 Tari Tidak Mau Didekati Max
42 Ditekan Bu Hanifa Dan Sandi
43 Penawaran
44 Rencana Jahat
45 Tragedi
46 Pasca Tragedi
47 Kritis
48 Menemui Sandi
49 Kabar Baik
50 Penilaian
51 Fadly Merindukan Tari
52 Raga Menjauh Hati Selalu Terikat
53 Pertengkaran Menjelang Pernikahan
54 Hari Pernikahan Semakin Dekat
55 SAH
56 Acting Tari
57 Dibela Mertua
58 Godaan Barang Haram
59 Sandi Tidak Pulang
60 Perhiasan Dari Sandi
61 Melarikan Diri
62 Suami Kejam
63 Konsekuensi Atas Sebuah Kebohongan
64 Gugurnya Cinta Pertama Tari
65 Di Fitnah
66 Fadly Kembali Ke Indonesia
67 Kenyataan Pahit
68 Dimana Tari?
69 Menjadi Guide
70 Mencari Tari
71 Lestari Hat Collection
72 Menjadi Tour Guide Lagi
73 Bali
74 Sedang Banyak Job
75 Pucuk Di Cinta Ulam Pun Tiba
76 Bertemu Untuk Yang Kedua Kali
77 Mr dan Mrs. Kohler
78 Membuka Usaha
79 Rumah Baru
80 Lestari Tour and Travel
81 Meneleponnya
82 Menemui Tari
83 Divya Patah Hati
84 Pertemuan Tari dan Fadly
85 Cuma Kamu
86 Melamar Tari
87 Melamar Tari part 2
88 Lamaran Diterima
89 Bertemu Bryan
90 Dipingit
91 Nasib Baik
92 Memaafkan
93 Lea
94 Kisah Lea dan Andi
95 Kisah Lea dan Andi part 2
96 Bertemu Si Biang Kerok
97 Pernikahan
98 Penerimaan Tari
99 Penerimaan Andi
100 Akhir Yang Indah
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Pertemuan
2
Pintu Yang Salah Terbuka
3
Tari
4
Awal Dari Sebuah Dendam
5
Fadly
6
Tetangga Yang Baik
7
Tetangga Yang Baik Part 2
8
Diagnosis
9
Ingin Bertemu
10
Pingsan
11
Saling Mengenal
12
Jadi Rebutan
13
Kencan Pertama
14
Kuliner Alam Cafe
15
Ciuman Pertama
16
Keluarga Dewantara
17
Majalah Bekas
18
Kecelakaan
19
Fadly Bingung
20
Perasaan Fadly
21
Menjenguk Tari
22
Bahagianya Hati Tari
23
Salah Paham
24
Kabar Buruk
25
Mengetahui Kebenaran Tentang Fadly
26
Bertemu
27
Akan Dikenalkan
28
Janji Fadly
29
Ponsel Baru
30
Sang Penguntit
31
Penjelasan Fadly
32
Fadly Menyatakan Perasaannya
33
Kembalinya Sandi
34
Kedatangan Sandi
35
Bertemu Keluarga Dewantara
36
Penolakan
37
Perdebatan
38
Mobil Membawa Petaka
39
Dicaci Dan Direndahkan
40
Diusir
41
Tari Tidak Mau Didekati Max
42
Ditekan Bu Hanifa Dan Sandi
43
Penawaran
44
Rencana Jahat
45
Tragedi
46
Pasca Tragedi
47
Kritis
48
Menemui Sandi
49
Kabar Baik
50
Penilaian
51
Fadly Merindukan Tari
52
Raga Menjauh Hati Selalu Terikat
53
Pertengkaran Menjelang Pernikahan
54
Hari Pernikahan Semakin Dekat
55
SAH
56
Acting Tari
57
Dibela Mertua
58
Godaan Barang Haram
59
Sandi Tidak Pulang
60
Perhiasan Dari Sandi
61
Melarikan Diri
62
Suami Kejam
63
Konsekuensi Atas Sebuah Kebohongan
64
Gugurnya Cinta Pertama Tari
65
Di Fitnah
66
Fadly Kembali Ke Indonesia
67
Kenyataan Pahit
68
Dimana Tari?
69
Menjadi Guide
70
Mencari Tari
71
Lestari Hat Collection
72
Menjadi Tour Guide Lagi
73
Bali
74
Sedang Banyak Job
75
Pucuk Di Cinta Ulam Pun Tiba
76
Bertemu Untuk Yang Kedua Kali
77
Mr dan Mrs. Kohler
78
Membuka Usaha
79
Rumah Baru
80
Lestari Tour and Travel
81
Meneleponnya
82
Menemui Tari
83
Divya Patah Hati
84
Pertemuan Tari dan Fadly
85
Cuma Kamu
86
Melamar Tari
87
Melamar Tari part 2
88
Lamaran Diterima
89
Bertemu Bryan
90
Dipingit
91
Nasib Baik
92
Memaafkan
93
Lea
94
Kisah Lea dan Andi
95
Kisah Lea dan Andi part 2
96
Bertemu Si Biang Kerok
97
Pernikahan
98
Penerimaan Tari
99
Penerimaan Andi
100
Akhir Yang Indah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!