Sejak umurnya sepuluh tahun Tari sudah ditinggal pergi untuk selamanya oleh ibu kandungnya, ibu Aini. Ibu Aini mengidap penyakit kanker payudara.
Kanker itu cukup lama menjalari tubuh Bu Aini bertahun-tahun lamanya. Sehingga dirinya harus bolak-balik ke Rumah sakit untuk menjalankan serangkaian perobatan untuk menyembuhkan penyakitnya, menjalankan operasi, kemoterapi dan itu semua mengeluarkan biaya yang tidak sedikit jumlahnya.
Oleh karena itu Pak Syabani sebagai suamilah yang kerja keras agar istrinya sehat. Namun, setelah uang habis banyak dikeluarkan Bu Aini tak juga kunjung sembuh namun malah meninggalkan Tari dan bapaknya untuk selamanya.
Lima tahun setelah kepergian Bu Aini, Pak Syabani menikahi Bu Rosita hingga kini.
Dulu Bu Rosita baik terhadap Tari. Tidak semena-mena seperti sekarang. Dulu ia menyayangi Tari seperti anak kandungnya sendiri. Memasak makanan kesukaan Tari, mengajari gadis itu bagaimana cara merawat diri, merias wajah.
Tari pun senang karena ada sosok pengganti ibunya yang juga tidak kalah baik dan memberikan ia kasih sayang layaknya anak kandung sendiri.
Tari sering bercerita tentang kesehariannya di sekolah ketika pulang sekolah. Bercerita tentang teman-temannya, gurunya dan banyak hal yang dikerjakannya di sekolah.
Bu Rosita juga sering membantu Tari mengerjakan tugas sekolah. Mereka juga dulu sering memakai baju couple ibu dan anak perempuan jika pergi kesebuah hajatan.
Namun kebahagiaan itu tidak bertahan lama dirasakan Tari. Hanya berjalan tiga tahun saja. Setelah itu semua berubah.
Bu Rosita hanya mau membereskan rumah saja. Urusan mencuci baju, memasak dan lainnya dia tidak peduli.
Ketika itu usia Tari 18 tahun, ia sebelumnya tidak pernah tahu cara memasak, bahkan bumbu-bumbu dapur juga ia tidak mengenalnya.
Karena sejak kecil ibu kandungnya tidak pernah menyuruhnya memasak. Meskipun hanya menggoreng telur dadar.
Dan ketika ibu kandungnya meninggal, selama lima tahun bapaknya lah yang mengambil alih urusan dapur.
Namun sejak Bu Rosita berubah menjadi tidak sayang lagi terhadapnya Tari dipaksa untuk memasak. Jika makanan yang ia masak tidak enak maka Bu Rosita akan memarahinya, bahkan memasuk-masukkan paksa makanan itu ke dalam mulut Tari.
Banyak sekali perlakuan kasar Bu Rosita terhadapnya. Namun dirinya enggan untuk mengadukan perbuatan ibu tirinya itu kepada bapaknya. Karena Tari mengingat ibu tirinya itu pernah memberikan kebahagiaan kepadanya dan juga mengajarkan banyak hal tentang perawatan diri kepadanya.
Sedangkan ibu kandungnya belum sempat mengajarkan banyak hal kepadanya karena penyakit menahun yang diderita ibunya.
Karena itulah Tari merasa Bu Rosita cukup berjasa padanya. Meskipun hanya beberapa tahun saja.
Semenjak kehadiran Sandilah Bu Rosita jadi berubah galak seperti singa kepada Tari.
Ya, semua itu berawal ketika Sandi seorang pria dewasa berumur 28 tahun datang dan meminta uang kontrakan bulanan ke rumah Tari. Kemudian bertemulah Sandi dengan Tari.
Tari sebelumnya sudah pernah bertemu dan bahkan mengenal Sandi dari cerita sang ibu yang selalu membanggakan anak-anaknya. Tapi Sandi, pria itu tidak pernah bertemu dan mengenal Tari padahal mereka tinggal di kampung yang sama bertahun-tahun.
Sandi adalah anak Ibu Hanifa yang tak lain adalah pemilik rumah kontrakan tiga pintu yang ditempati Tari dan keluarganya.
Bu Hanifa juga dulu sering menjahit baju pada Pak Syabani, bapaknya Tari. Kini Bu Hanifa masih tetap menjadi pelanggan bapaknya meskipun yang menjahit sekarang adalah Tari, namun Bu Hanifa mengaku puas dengan jahitan Tari yang hasilnya hampir sama dengan hasil jahitan bapaknya.
Bu Hanifa lah yang menyebabkan Tari pulang terlambat malam ini, karena harus menyelesaikan baju tempahannya.
Sandi adalah anak bungsu Bu Hanifa. Bu Hanifa memiliki tiga orang anak yang semuanya laki-laki. Sandi baru seminggu pulang ke kampung halamannya setelah dua tahun ia berlayar. Karena pekerjaannya adalah crew kapal pesiar mewah milik majikan ayahnya.
Setelah Sandi bertemu dengan Tari, Sandi merasa tertarik dengan Tari. Ia mencoba mendekati Tari. Beberapa kali ia datang ke rumah untuk berkenalan dengan Tari secara langsung.
Tari pun mempersilahkan, tidak ada yang salah kalau hanya datang untuk berkenalan dan pada saat itu Sandi datang baik-baik.
Awalnya pembicaraan mereka biasa saja, tetapi lama kelamaan pembicaraan Sandi tidak jauh seputar harta dan kemewahan yang ia dan keluarganya miliki, persis seperti Bu Hanifa, ibu dari Sandi.
Pembicaraan mereka tidak lebih hanya menyombongkan diri dengan harta yang mereka miliki disetiap kalimat demi kalimat.
Hal itulah yang membuat Tari tidak suka. Meskipun ia hidup sangat sederhana namun ajaran bapak dan ibunya yang telah membentuk kepribadian gadis itu sehingga ia tidak silau dengan harta.
Setelah menunggu moment yang tepat menurutnya, akhirnya Sandi melamar Tari.
Pada saat itu usia Tari baru 18 tahun, pikir Tari itu adalah usia yang sangat muda untuk menerima lamaran seseorang, dimana teman seusianya saja masih harus menyelesaikan sekolah menengah atas.
Ia menolak lamaran Sandi dengan sopan dan kata-kata yang halus agar tidak menyinggung perasaan Sandi.
Lagi pula pria itu adalah Sandi, yang selalu menyombongkan diri dengan hartanya. Tidak sekali dua kali Tari juga pernah melihat Sandi memaki orang yang datang ke rumahnya untuk meminta-minta.
Dilain waktu Tari juga melihat bagaimana Sandi memarahi pembantu dengan kata-kata kasar di depan rumahnya. Waktu itu Tari disuruh mengantarkan hasil jahitan oleh bapaknya yang dipesan Bu Hanifa ke rumah Sandi.
Pembantunya sudah tua, Tari juga mengenal pembantunya itu yang tak lain adalah Bi Lela, rumahnya di ujung gang kecil yang akan menuju rumah Tari. Mereka sering bertegur sapa.
Bi Lela, dia sudah lama bekerja di rumah keluarga Sandi. Yang seharusnya Sandi bisa lebih mengenal Bi Lela. Bahkan ada majikan yang menganggap pembantu adalah saudaranya sendiri karena pembantu rumah tangga itu sudah membantu meringankan pekerjaan rumah seorang ibu yang tidak ada habisnya, namun tidak bagi Sandi.
Ketika Bi Lela sedang menyapu halaman rumah keluarga Sandi. Tari sudah sampai di depan dibalik pagar tinggi rumah itu. Ia sudah melihat keberadaan Bi Lela dan akan menyapanya, namun detik berikutnya ia terkejut dengan bentakan pria sombong yang ia kenal.
"Heh! pakai mata dong kalau nyapu, saya ada disini."
Sampah dedaunan dan tanah yang ikut tersapu Bi Lela ternyata mengenai kaki Sandi sehinggaa kakinya kotor penuh dengan abu dan tanah. Bi Lela tidak tahu menahu kalau Sandi sedang berjongkok dan mengutak-atik motornya yang tidak jauh dari tempat Bi Lela menyapu.
"Kamu buta atau kamu sengaja mau mengotori saya ha!!!" kembali Sandi memarahi Bi Lela.
Kata-kata itu terlontar begitu saja untuk orang tua yang meskipun dia adalah seorang pembantu tapi tidak pantas dimarahi seperti itu dan memakai panggilan kamu bukan Bibi.
Bi Lela hanya terdiam tertunduk dan hanya mengucapkan maaf.
Tidak sampai situ Sandi belum puas membentak, memarahi, juga menunjuk-nunjuk Bi Lela dan sempat menyentuh kepala Bi Lela dengan telunjuknya sambil mengucapkan kata, "Udah tua gak ada ot*k emang dasar."
Tari melihat Bi Lela menahan tangis sambil mengucapkan maaf dan maaf berulang kali.
Karena sudah melihat kejadian itu Tari jadi enggan untuk menemui Bu Hanifa. Akhirnya ia kembali ke kiosnya dan berbohong kepada bapaknya kalau Bu Hanifa tidak ada di rumah. Ia tidak menyangka perbuatan Sandi seperti itu kepada orang tua.
Semenjak kejadian itu, Tari malas untuk menemui Sandi bila datang ke rumahnya untuk bertamu. Semenjak ia menolak lamaran Sandi, Sandi tidak putus asa, ia masih terus merayu Tari.
Sesekali ia datang ke kios jahit milik bapak Tari. Memperkenalkan dirinya sebagai anak dari Bu Hanifa orang yang paling kaya di kampung mereka. Ia juga mengatakan pekerjaannya bagus dan pendapatannya besar. Maka nanti Tari tidak akan hidup susah jika menerima lamaran dan menikah dengannya.
Pak Syabani tidak langsung mengiyakan ajakan lamaran Sandi. Tapi ia hanya mengatakan itu terserah Tari, karena Tari yang akan menjalani kehidupan pernikahannya nanti bukanlah dirinya.
Sandi berpikir sia-sia berbicara dengan pak Syabani tidak ada hasilnya. Lalu ia mencoba berbicara dan memulai pendekatan dengan Bu Rosita agar Bu Rosita mempengaruhi Tari untuk menerima lamarannya.
#####
Bersambung...
Semoga suka dengan ceritanya ya readers😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Silvi Aulia
mantap Thor cerita bagus saya suka 👍🥰
2023-08-03
0
𝐌𝐀⃝🥀𝐗
bru juga bab awal thor sih tari emaknya udah gak ada aja
2023-06-08
1
@💞Lophe💝💗💓🤵👰
Kasihan ibunya Tari mengidap penyakit kanker payudara sehingga ibunya Tari meninggal dunia
2023-06-08
0