Cintai Aku Suamiku
Harap baca: Sepenggal kisah nyata yang saya rangkai menjadi novel, dimana nama dan kota saya palsukan untuk****menjaga identitas tokoh. Terjadi sudah beberapa tahun lalu tapi saya bumbui dengan era sekarang agar tak terlalu kuno, seperti lagu juga taksi online. Terimakasih banyak.
JANGAN MENYAMAKAN NOVEL INI DENGAN NOVEL LAIN SEBELUM MEMBACA PENUH! DAMPAKNYA SANGAT BESAR PADA AUTHORNYA! INI MURNI PEMIKIRAN SENDIRI! KESAMAAN TOKOH, LATAR BELAKANG, ITU HAL WAJAR DALAM SEBUAH KARYA ATAU DUNIA PERFILMAN! JANGAN ASAL KETIK DAN MENIMBULKAN MASALAH! TANGGUNG AKHIRATKU DENGAN FITNAHMU!
Rena, Andin dan Sonya adalah sahabat yang tinggal di satu kost dan juga belajar di sebuah Kampus dan mengambil jurusan sama. Mereka berasal dari beberapa Daerah berbeda, namun tidak menyulitkan mereka untuk beradaptasi dengan kebiasaan dan bahasa Daerah masing masing.
Suatu sore ketika kelas telah bubar, Andin dan Sonya memutuskan untuk pergi ke sebuah Cafe di Kota "A" dengan menggunakan jasa taksi online yang mereka pesan melalui sebuah aplikasi. Sedangkan Rena, memilih untuk menyusul mereka karena harus menghadap ke ruang Dosen untuk beberapa hal.
Beberapa waktu menyelesaikan beberapa hal dengan Dosen, Rena memutuskan untuk beranjak menyusul kedua sahabatnya di Cafe yang sudah disepakati bersama ketika bubar kelas tadi. Pergi seorang diri, Ia memilih menggunakan jasa ojek online saja, karena dinilai terlalu sayang jika harus membayar lebih. Lagipula, Rena merasa tak nyaman jika harus berada satu mobil bersama orang tidak dikenal.
Di pertengahan jalan, Rena meminta Abang ojek untuk berhenti di sebuah taman Kota. Ia melihat seorang gadis kecil tengah duduk menangis di taman tersebut seorang diri. Merasa iba, dengan cepat Rena turun dari motor dan bergegas menuju anak perempuan tengah menangis.
"Hai, Kamu kenapa nangis dek?" tanya Rena dengan halus sambil membelai ujung kepala anak tersebut.
"Aku mau pulang Tante," ucap bocah kecil tengah menatap ke arah wajah cantik disampingnya..
"Adik tadi kesini sama siapa sayang?" tanya kembali perempuan pemilik suara lembut itu seraya menaikkan bocah disamping ke atas pangkuan.
Mengajak berbicara dengan sangat lembut, mengusap setiap bulir air mata keluar dari wajah polosnya. Rena menoleh ke arah lain tengah berteriak seraya berlari mendekat.
"Non, Non Aulia!" suara itu menggelegar dalam kekhawatiran, langkah terus berlari mendekat.
"Bibi!" jawab Aulia menoleh ke arah sumber suara, tak kalah berteriak dari orang yang memanggilnya.
Rena masih menoleh ke arah perempuan paruh baya berbalut pakaian baby sitter dengan rambut terikat dibelakang. Aulia yang telah memaksa turun lebih dulu, mendekati ke arah pengasuhnya dengan diikuti oleh Rena dari belakang.
"Non Aulia, Bibi khawatir banget sama Non. Non, baik baik saja kan?" khawatir perempuan paruh baya tersebut berjongkok di tanah dan memeluk erat putri majikannya.
"Maaf, Bu. Saya tadi tidak sengaja lewat sini dan melihat Adik ini menangis, makanya Saya menghampiri takut jika ada apa apa." Tutur Rena pada seseorang tetap berekspesi khawatir sembari memeluk tubuh kecil di depannya.
"Iya, Neng tidak apa apa. Saya yang teledor tadi, kurang memperhatikan Non Aulia sampai terlepas dari tangan Saya. Terima kasih banyak karena Neng mau untuk menjaga Non Aulia, kalau Neng tidak ada.." kata Bi Lastri tak melanjutkan perkataan, tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi.
"Iya, Bi sama sama. Lagipula Saya seneng kok ketemu sama Aulia, dia lucu banget, Bi." Rena tersenyum, mencubit kecil pipi bocah kecil tersenyum menggemaskan ke arahnya.
Mereka pun mulai saling berbincang di sebuah kursi taman, karena Aulia masih ingin di pangku oleh penyelamat cantiknya. Namun tiba tiba Rena teringat dengan janji yang telah dibuat dengan kedua sahabatnya, Ia pun bergegas dan mohon pamit kepada perempuan paruh baya masih duduk di bangku taman bersama Aulia, seraya mencium pipi kiri dan kanan bocah kecil berbisik ucapan terima kasih.
Rena memilih untuk berjalan dari arah taman menuju Cafe, karena memang jaraknya tidak terlalu jauh. Terlalu sayang kalau harus panggil ojek dan bayar lagi, sementara uang masih dapat dipergunakan untuki kebutuhan lain.
Setibanya di Cafe, Rena mengambil posisi di dekat Andin yang di depan terdapat Sonya tengah asik menikmati makanan. Seperti biasanya, Sonya memang tak pernah bisa diam mengunyah, seakan dirinya terlahir sebagai penikmat makanan saja ke dunia ini.
"Sorry, Gue telat." Rena berucap dalam sesal, meneguk minuman dingin di atas meja tanpa bertanya lebih dulu siapa pemiliknya.
"Lo tuh kebiasaan ya ngaret kalau janjian, gak suka Gue!" protes kesal Andin, menunjukkan sorot mata malas.
"Iya maaf, Gue tahu kok kalau salah. Maafin ya?" sesal Rena kembali, memeasang wajah dibuat imut yang menjadi senjata andalan selama ini.
"Gini nih kalau lagi ada salah, selalu aja senjata terampuh keluar. Kesel Gue!" gerutu Andin seraya membuang napas kasar, dibalas senyum sahabat meraih tangan disampingnya.
"Ih, baik deh! makin cinta sama kamu," goda Rena mengedipkan mata berulang, hingga Andin bergidik jijik sendiri mendengar juga melihat sahabat dengan wajah dibuat imut.
Rena dan Andin terus berbincang membahas ini dan itu tanpa tahu arah pembicaraan, sementara Sonya masih terlalu asik dengan makanannya sendiri. Terus memasukkan makanan meski mult masih begitu penuh, seperti seseorang lama tak makan.
Dengan jahil, Rena menyeret piring berisi makanan di depan sahabatnya, agar berhenti mengunyah. Namun apa yang dilakukan justru membuat Sonya memasang wajah melas seketika.
"Lo iru, makan terus tapi engga gendut gendut. Makanan Lo masuk kemana sih?" kata Andin disam[ih tawa Rena, semakin membuat wajah melas di depannya menjadi kesal dan memajukan bibir kearah dua orang suka meledek.
Makanan coba di ambil kembali Sonya, tanpa menjawab sahabatnya. Namun dengan jahilnya, Rena dan Andin justru menggeser berulang piring berisi makanan di atas meja dan seketika wajah Sonya berubah hendak menangis. Wajah sukses membuat dua sahabatnya tak tega dan mengembalikan piring ke arahnya, ditangkup oleh Sonya untuk di sembunyikan dan dinikmati sendiri.
Waktu dilalui mereka dengan canda tawa juga perbincangan ringa, hingga memutuskan kembali pulang ke kost karena merasa bosan berlama lama duduk. Lagipula, hari juga sudah hampir gelap, yang membuat ketiganya akan takut saat berjalan ke arah kost.
Melewati dua makan untuk bisa sampai di tempat kost, ketiga sahabat karib tersebut tak jarang merasa merinding dan berlari ketika terpaksa kembali dalam keadaan gelap. Mereka pun bergegas pergi meninggalkan cafe, taksi yang dipesan pun sudah tiba di depan cafe siap mengantar ketiganya kembali.
Butuh sekitar 45 menit untuk mereka tiba di kost, dan membersihkan diri sebelum akhirnya berkumpul bersama. Andin, Sonya dan Rena memang memiliki kamar masing masing, namun lebih sering tidur bersama setiap harinya. Tidak hanya satu kamar saja, tapi mereka bergantian kamar tergantung mood yang ada untuk saling bergosip hingga ketiduran.
Meskipun tanpa adanya keluarga di antara mereka, tak membuat kesepian sama sekali karena mampu saling mengisi dan melengkapi satu sama lain. Perhatian, cinta dan kasih sayang dicurahkan tanpa membedakan satu sama lain dan selalu ada ketika dibutuhkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Rudi Yanto
bacakan
2023-06-13
0
Ryanti Yanti
haduuuhh tiap novel sllu tentang perjodohan
2022-07-18
0
💞 Hati Hampa 💞
mampir
2022-07-17
0