Jangan Lakukan Apa-apa!

**STOP PLAGIAT KARYA SAYA! MAU DI YOUTUBE ATAU DIMANAPUN TOLONG LAPOR KARENA SUDAH****DITEMUKAN BEBERAPA YANG HANYA MENGGANTI JUDUL JUGA NAMA TOKOH. **

BUAT PLAGIAT TOLONG HARGAI KARYA SAYA JUGA KISAH HIDUP KELUARGA SAYA!

Esok hari...

Tidak adanya kelas pagi, diputuskan ketiga sahabat itu untuk melakukan jogging bersama. Hanya disekitar tempat kost mereka tinggal saja, sudah cukup membuat terengah dan kelaparan. Terutama Sonya yang tak pernah sanggup menahan rasa lapar.

Kruyuk..kruyuk..

Terdengar keras suara protes dari perut Sonya, menandakan cacing tengah kelaparan dan membutuhkan asupan makanan. Rena dan Andin saling tatap mendengar suara terdengar lucu tersebut, dan mulai terbahak bersama. Mereka memutuskan menyudahi joging dan pergi ke sebuah warung langganan untuk membeli sarapan, selain harganya murah tentu saja rasanya juga sangat enak.

Walaupun hanya warung kecil yang cukup sesak diisi satu meja dan kursi kayu panjang, namun warung yang dijaga oleh seorang Ibu juga anak perempuannya itu sangat ramai dikunjungi. Hampir tiap pagi selalu saja ramai orang orang menyantap sarapan di warung berdinding anyaman bambu tersebut, menikmati rawon juga nasi pecel terkenal enak.

Setibanya di warung dengan banyak kendaraan terparkir di depan, Andin memesan tiga bungkus nasi pecel untuk dinikmati di tempat kost. Selama menunggu pesanan siap, mereka seperti biasa berbincang juga tertawa untuk menyingkat waktu menjenuhkan ketika menunggu.

Menunggu beberapa menit, pesanan pun di antarkan oleh putri pemilik warung dan segera dibayar oleh Rena dari uang dikumpulkan bersama. Mereka berjalan kembali menyusuri jalanan kompleks untuk menuju kost, dan menikmati sarapan yang membuat Sonya menelan salivanya.

"Sabar ya cacing cacing, Sonya." Rena meledek seraya mengusap perut sahabatnya dan tertawa bersama Andin.

"Apaan sih?!" kesal Sonya menepis tangan sahabatnya, makin membuat Rena dan Andin terpingkal mencubit gemas pipi Sonya.

Berjalan tanpa menghentikan ledekan pada Sonya, mereka pun tiba di tempat kost lalu masuk kedalam dapur umum dan keluar kembali untuk menikmati sarapan di teras. Lebih menyukai makan di teras, karena dirasa akan menyebabkan bau ketika harus menikmati makan di dalam kamar.

Dengan lahapnya mereka menyantap nasi pecel dalam bungkusan kertas minyak, sejenak melegakan perut sebelum akhirnya melakukan aktifitas lain. Rutinitas harian yang tak pernah absen, yaitu membersihkan kamar serta mencuci baju lalu membersihkan diri sebelum datang ke kampus untuk kelas siang mereka bersama.

****

"Hm, gila ya tuh Dosen. Masa iya kita di bagi tugas segini banyaknya cuma dalam waktu satu minggu harus selesai?" gerutu Sonya, mendapat anggukan dari dua sahabat juga merasa kesal akan tugas diberikan.

"Eh, Cafe yuk! ada Cafe baru buka tuh, ada live musiknya juga. Denger denger disana juga ada diskon 50% selama opening loh," kata Andin menghentikan langkah dan menghadang dua sahabatnya.

"Serius,Lo?!" tanya Sonya berwajah ceria dengan mata berbinar.

"Lo itu salah kasih info kali, info masalah Cafe ada diskon kok di depan Sonya, ya langsung deh cacing diperutnya berdisko saking senengnya." Rena melirik ke arah perut Sonya, terpingkal kemudian bersama Andin karena selalu berhasil membuat sahabatnya itu manyun.

Cafe tak terlalu jauh dari Kampus, membuat ketiganya memutuskan untuk berjalan saja tanpa memperdulikan terik matahari siang membuat kulit mereka kecoklatan.

Setibanya di Cafe mereka mulai mencari tempat kosnong dengan menatap sekitar dan menemukan tempat di dekat jendela, segera Andin berlari agar tak sampai keduluan orang karena memang sangat ramai saat ini. Duduk santai usai memesan pada pelayan langsung menghampiri, mata ketiganya tertuju pada seorang di balik piano.

Mata mereka berbinar bersama mengamati lelaki tampan tersebut, lelaki yang memang sedari tadi cukup mencuri pandangan setiap kaum hawa yang datang. Decak kagum tak sanggup ditutupi dari ekspresi mereka, terus mengamati hingga air liur hampir tumpah.

"Gila nih suara main piano syahdu banget," gumam Andin memuji.

"Meleleh hati adek, Bang.." seru Rena memegang dada dengan mata berbinar serta telinga terpasang.

"Tuh orang manusia apa maequin hidup?!" kata Sonya dengan nada sedikit meninggi, dibungkam cepat kedua sahabatnya agar tak berlanjut membuat malu.

Tampak sosok lelaki dengan gaya rambut ala oppa korea, berwajah bule. Kemeja putih tergulung hingga lengan, ekspresi penghayatan semua tampak begitu sempurna. Senyumnya indah menghiasi ketika ia menyapa pengunjung Cafe dengan tetap memainkan piano.

Matanya terlihat tajam mempesona, siap membius siapapun yang dipandang, Tak mampu berkata apa apa lagi, Semuanya tampak seperti sebuah keindahan yang tercipta sempurna pada sosok lelaki pemilik jari jari mahir tersebut.

Rena hendak meraih minum di meja, namun matanya tertuju ke arah pintu Cafe. Segera ia bangkit dari duduk dan keluar menghampiri dua orang tampak familiar. Tanpa pamitan dan berucap kata, Ia meninggalkan meja dimana sahabatnya langsung menoleh tajam.

"Eh, mau kemana Lo?!" teriak spontan Andin dan Sonya tanpa menyadari tempat, tak dihiraukan oleh Rena terus menuju arah pintu Cafe. Kedua sahabatnya pun menaikkan kedua bahu bersamaan dengan sorot mata berhadapan tersirat ketidaktahuan.

"Eh, sayang kita ketemu lagi." Rena berucap pada seorang anak kecil tengah dipegangi oleh perempuan tersenyum mengenal juga.

"Aku mau ketemu Papi, Tante." jawab Aulia tersenyum dengan suara manja.

"Papi kamu kerja disini ya, sayang?" tanya lembut Rena, mendapat anggukan dari bocah kecil berikat rambut dua tersebut.

Memberikan senyuman manis dalam ketulusan, Rena meraih tubuh Aulia untuk digendong dan dibawa masuk kedalam Cafe. Mereka menuju ke meja dimana tadi ditempati Rena juga sahabatnya diikuti Bi Lastri dibelakang membawa tas kecil berwarna pink.

"Sepertinya sudah penuh, Bi. Kita duduk di meja sana aja ya? kasian kalau Aulia harus nunggu sama berdiri," ucap Rena menunjuk ke arah meja dekat jendela.

"Anak siapa Lo colong?" tanya Andin terkejut melihat Rena membawa seorang gadis kecil dalam gendongan.

"Anaka Gue lah, Lo aja engga tau kalau Gue udah punya anak." Rena menjawab santai, duduk di tempatnya tadi dan meminta Sonya untuk bergeeser agar Bi Lastri bisa duduk.

Mereka duduk bersama memulai obrolan ringan, dengan Aulia duduk nyaman di atas pangkuan seseorang pernah menyelamatkannya dulu. Terlihat seorang pelayang tinggi kurus menghampiri meja, menyapa dengan nada sopan seraya sedikit membungkuk.

"Nona kecil, mau pesan apa?" tanya pe;ayan tersebut sopan, dibalas gelengan kepala oleh Aulia menandakan jika dirinya tak menginginkan apapun.

"Tidak usah, Mas. Kita cuma mau tunggu Bapak sebentar kok," sahut Bi Lastri mewakili majikan kecilnya.

"Baik, kalau begitu Saya permisi dulu." Tersenyum pelayan lelaki berseragam hitam serta celemek melingkar pada pinggang lalu pergi.

Terpopuler

Comments

Rosikh Nurhayati

Rosikh Nurhayati

haduhhhh amit2

2023-03-25

0

RahaYulia

RahaYulia

marah krn merasa tersentil bukannya sadar malah makin sesat, GILA LU!!!

2022-10-22

0

Nursiah Nursi

Nursiah Nursi

sabar vania

2022-10-09

0

lihat semua
Episodes
1 Tidak Bisa Mencintai
2 Jangan Lakukan Apa-apa!
3 Bersikap Sinis
4 Ingin Merebut Vania
5 Nurutin Semua?!
6 Kok Merah?
7 Laki-laki Normal
8 Siapa Jodoh Vania?!
9 Jangan Periksa!
10 Kemarahan
11 Murka Daffa
12 Tak Ingin Menyalahkan
13 Menggarapnya Kembali
14 Mengamati Diam-diam
15 Nomor Vania
16 Gugup
17 Nama Sama yang Menjengkelkan
18 Suka Tindakan, Bukan Omongan
19 Salah Tingkah
20 Kedatangan Arif
21 Tak Berniat Membentak
22 Pertemuan Kali Pertama
23 Pak Johan?
24 Rumah Sama
25 Kepolosan Vania
26 Memasak Untuk Vania
27 Kata Polos Mengundang Tawa
28 Kecemburuan Vania
29 Seksi!
30 Cemburu Lagi
31 Memata-matai?
32 Kakak?
33 Membawa Kabur
34 Suami Utuh
35 Jawaban Polos Mengundang Tawa
36 Penyesalan Daffa
37 Pamer Suami!
38 Menikah Lagi
39 Hukum Tabur Tuai
40 Bendera Perang
41 Program Kehamilan
42 Ketakutan Daffa
43 Melamar Langsung
44 Berhenti Menghubungi dan Menemui
45 Mencari Tahu
46 Identitas Berbeda
47 Tak Semua Bisa Jujur
48 Terbuat Dari Apa?
49 Apa Ini?
50 Cucian Kotor
51 Nanti Panuan!
52 Telefon Dari Linda
53 Seperti Saudara Kembar
54 Tidak Mungkin!
55 Perusak Suasana
56 Campur Tangan Tuhan
57 Bersemu Merah
58 Bukan Bodoh
59 Ingin Bersama
60 Cintai Aku, Mas!
61 Rencana Alya dan Bagas
62 Menikah Rasa Duda
63 Ingin Vania Berubah
64 Me VS Master (Noveltoon)
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Tidak Bisa Mencintai
2
Jangan Lakukan Apa-apa!
3
Bersikap Sinis
4
Ingin Merebut Vania
5
Nurutin Semua?!
6
Kok Merah?
7
Laki-laki Normal
8
Siapa Jodoh Vania?!
9
Jangan Periksa!
10
Kemarahan
11
Murka Daffa
12
Tak Ingin Menyalahkan
13
Menggarapnya Kembali
14
Mengamati Diam-diam
15
Nomor Vania
16
Gugup
17
Nama Sama yang Menjengkelkan
18
Suka Tindakan, Bukan Omongan
19
Salah Tingkah
20
Kedatangan Arif
21
Tak Berniat Membentak
22
Pertemuan Kali Pertama
23
Pak Johan?
24
Rumah Sama
25
Kepolosan Vania
26
Memasak Untuk Vania
27
Kata Polos Mengundang Tawa
28
Kecemburuan Vania
29
Seksi!
30
Cemburu Lagi
31
Memata-matai?
32
Kakak?
33
Membawa Kabur
34
Suami Utuh
35
Jawaban Polos Mengundang Tawa
36
Penyesalan Daffa
37
Pamer Suami!
38
Menikah Lagi
39
Hukum Tabur Tuai
40
Bendera Perang
41
Program Kehamilan
42
Ketakutan Daffa
43
Melamar Langsung
44
Berhenti Menghubungi dan Menemui
45
Mencari Tahu
46
Identitas Berbeda
47
Tak Semua Bisa Jujur
48
Terbuat Dari Apa?
49
Apa Ini?
50
Cucian Kotor
51
Nanti Panuan!
52
Telefon Dari Linda
53
Seperti Saudara Kembar
54
Tidak Mungkin!
55
Perusak Suasana
56
Campur Tangan Tuhan
57
Bersemu Merah
58
Bukan Bodoh
59
Ingin Bersama
60
Cintai Aku, Mas!
61
Rencana Alya dan Bagas
62
Menikah Rasa Duda
63
Ingin Vania Berubah
64
Me VS Master (Noveltoon)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!